Mohon tunggu...
Puji Astutik
Puji Astutik Mohon Tunggu... -

AKU HANYALAH PEREMPUAN BIASA yang mencoba untuk berjalan dalam perjalann hidup ini,,,,

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tiada Peluang Bagi Dinar dan Dirham di Indonesia

26 Desember 2012   02:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:02 2763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinar dan dirham dikenal sebagai mata uang islam yang tahan terhadap inflasi. Konon, penggunaan mata uang ini akan lebih efektif dan efisien daripada penggunaan mata uang kertas seperti sekarang ini. Namun, dilihat dari segi efisiensi, uang kertas terbukti lebih mudah dibawa kemana – mana ketimbang koin dinar maupun dirham yang berupa logam. Kefisienan ini tidak sepenuhnya benar untuk mampu diterapkan sebagai alat tukar. Jika kita melihat sejarah, mata uang kertas pernah mengalami depresiasi yang luar biasa di negara – negara di dunia. Awal pola depresiasi mata uang ini sebenarnya telah dimulai sejak terjadinya krisis ekonomi yang paling besar pada masa tahun 1997an. Beberapa mata uang kertas yang paling dominan dipergunakan dalam pertukaran termasuk pembayaran ekspor maupun impor semakin memperburuk keadaan.

Tabel 1 Share Mata Uang Dominan dalam Cadangan Devisa Internasional dalam (%)

Mata Uang

1997

1998

1999

2000

20001

2002

2003

2004

2005

Dolar AS

65,2

69,3

70,5

70,7

66,5

65,8

65,9

66,4

17,9

18,8

19,8

24,2

25,3

24,9

24,3

Mark Jerman

14,5

13,8

5,8

6,2

6,4

6,3

5,2

4,5

4,1

3,9

3,7

Poundsterling

2,6

2,7

2,9

2,8

2,7

2,9

2,6

3,3

3,6

Franc Perancis

1,4

1,6

Franc Swiss

0,4

0,3

0,2

0,3

0,3

0,4

0,2

0,2

0,1

Lainnya

10,2

6,1

1,6

1,4

1,2

1,4

1,9

1,8

1,9

Sumber: 1997-1999 (IMF); 1999-2006 (ECB) dalam Satanic Finance hal 83

Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa mata uang dollar Amerika menjadi mata uang yang paling dominan sebagai cadangan devisa internasional. Namun sayangnya, peredaran mata uang tersebut tidak di back up dengan emas yang dimiliki di Amerika. Robbert Triffin, ekonom Belgia menyebutnya Dollar Over Hang. Ini bermula pada tahun 1960-an ketika nilai dollar yang disimpan sebagai cadangan devisa oleh negara – negara mitra AS melampaui nilai emas yang disimpan AS sebagai cadangan setiap dollar yang mereka cetak pada kurs 35 dollar per ons. Hal ini terus memburuk pada tahun sesudahnya hingga kini.

Padahal, berdasarkan sejarah, telah banyak dipergunakan emas sebagai mata uang yang stabil dipergunakan dalam pertukaran. Dalam alqur’an surat at taubah ayat 34 pun dijelaskan“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.”

Pemunculan dinar dan dirham sebagi alat transaksi dalam perdagangan internasional ini sesungguhnya merupakan jawaban untuk mengurangi ketergantungan negara-negara Islam terhadap dominasi dua mata uang dunia tersebut (dolar AS dan Euro). Kedua mata uang ini dapat digunakan sebagai alat untuk meminimalisasi praktik-praktik spekulasi, ketidakpastian, hutang, dan riba. Meskipun mata uang ini sekarang telah menjadi “candu” bagi beberapa dunia, Indonesia tidak serta merta menggunakannya. Penggunaan mata uang dinar dan dirham masih dinilai sebagai doktrin negara Islam meurut masyarakat awam. Selain itu, bukanlah perkara mudah untuk dapat mengganti mata uang rupiah dengan koin perak dan emas seperti halnya dinar dan dirham.

Sebenarnya struktur batuan di Indonesia disinyalir banyak mengandung bijih emas.Wilayah konsesi Freeport di Grasberg menyimpan potensi tembaga, emas dan perak dalam jumlah yang sangat besar. Kandungan logam yang terdapat pada deposit sangat tinggi, yaitu 1,9 miliar ton. Deposit logam tersebut mengandung potensi cadangan tembaga 18 juta ton (40, 3 milyar pond), emas mencapai 1600 ton (52,1 juta ons) dan perak 3400 ton (111 juta ons). Dengan kapasitas yang ada sekarang 115.000 MTPD (million ton per day), diperkirakan umur tambang tersebut sekitar 46 tahun (estimasi tahun 1994 adalah 27 tahun).

Jika di bandingkan dengan negara tetangga, Malaysia sungguh potensi Indonesia jauh sangat potensial. Namun, dilihat dari perkembangan penggunaan dinar dan dirham, Malaysia jauh lebih unggul dalam mengaplikasikannya. Hal ini ditandai dengan diluncurkannya e-dinar tahun 2000 silam dalam IIPEC ke-4, yang diselenggarakan ISNET-USM dan diresmikan oleh Deputi Perdana Menteri Malaysia. Kini sebanyak 300,000 orang dari 160 negara telah mulai menggunakannya. Seharusnya Indonesia, sebagai negara yang mempunyai potensial emas dan perak serta mayoritas penduduknya adalah Islam lebih mampu untuk menerapkan mata uang ini sebagai bentuk alat pertukaran yang mampu menekan inflasi serta sebagai suatu bentuk ibadah dalam menerapkan syariat dan muamalah Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun