Mohon tunggu...
Puja Triana dan Putri Andayani
Puja Triana dan Putri Andayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Dosen Pengampu : Indri Arrafi Juliannisa, SE, ME

Saya Puja Triana dan Putri Andayani merupakan mahasiswa aktif (semester 3) di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Prodi S1 Ekonomi Pembangunan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kondisi Industri yang Melesu Akibat Adanya Pandemi Covid-19

27 Oktober 2021   21:00 Diperbarui: 29 Oktober 2021   01:20 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid-19 ini menyebabkan beberapa sektor industri melesu sehingga mengalami penurunan pendapatan yang sangat drastis. Hanya beberapa sektor industri saja yang tidak terkena dampak pandemi dan mampu bertahan sampai saat ini. Banyaknya sektor industri di Indonesia yang merugi akibat dari pandemi ini menyebabkan beberapa sektor industri tersebut harus membuat kebijakan dan strategi baru agar bisa bertahan di masa yang sulit ini. Melesunya beberapa sektor industri dan usaha di Indonesia berakibat pada meningkatnya pengangguran di Indonesia. Hal ini terjadi karena sebagian besar perusahaan-perusahaan atau usaha yang terdampak pandemi Covid-19 tidak mampu untuk membayar tenaga kerjanya, sehingga mereka mem-PHK para tenaga kerjanya untuk mengurangi pengeluaran perusahaan.

Dari banyaknya sektor industri dan usaha yang terkena dampak pandemi Covid-19, berikut ini merupakan sektor-sektor industri dan usaha yang mengalami kerugian sangat parah dan terkena dampak dari pandemi yang sangat signifikan.

Pariwisata dan Agen Travel

Industri ini berada diurutan pertama yang terkena dampak paling parah dari adanya pandemi Covid-19. Karena dengan adanya kebijakan lockdown membuat sektor industri ini terpaksa harus berhenti agar rantai penyebaran Covid-19 tidak semakin menyebar di Indonesia dan untuk menghindari adanya kluster baru dari jenis Covid-19. Hal ini menyebabkan industri pariwisata dan agen travel menjadi sepi dan bahkan terpaksa tutup sebab tidak adanya pemesanan tiket dari wisatawan yang ingin berwisata, karena masyarakat pada saat ini takut untuk berpergian ketika pandemi dan juga adanya kebijakan PPKM. Sektor industri ini bahkan anjlok mencapai 40% dan jika hal ini terus terjadi atau bahkan kondisi dari sektor industri ini semakin menurun, maka akan berdampak sangat besar dalam keberlangsungan pariwisata. Hal ini mampu membuat terjadinya pengurangan pegawai pariwisata dan agen travel, yang nantinya berakibat juga pada perekonomian Indonesia, karena sektor pariwisata sebagai penyumbang terbesar dalam devisa Negara.

Maskapai Penerbangan

Selain industri hotel dan pariwisata, industri maskapai penerbangan juga menjadi salah satu yang terkena dampak cukup parah akibat pandemi. Masyarakat masih takut untuk berpergian dengan menggunakan kendaraan umum bahkan banyak yang membatalkan penerbangannya dan meminta refund, sehingga sektor ini pun ikut melesu. Tidak hanya di Indonesia saja, di Negara lain pun sektor ini terkena dampak yang cukup tinggi karena bahkan di Negara lain menyetop dan melarang penerbangan dari Negara lain untuk masuk ke Negara tersebut. Penurunan di industri ini mnempati urutan pertama diantara sektor industri lainnya, karena penurunanya mencapai 46% berdasarkan data dari McKinsey pada April 2020. Pandemi Covid-19 ini menyebabkan beberapa maskapai penerbangan terpaksa berhenti beroperasi dan sebagiannya lagi melakukan pemutusan hubungan kerja dengan karyawan untuk mengurangi jumlah kerugian. Beberapa maskapai penerbangan juga melakukan pengurangan pada penerbangan internasional sesuai dengan arah kebijakan Negara tujuan guna penyebaran Covid-19 tidak semakin parah.

Ritel Modern

Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 menyebabkan sektor ritel modern menjadi salah satu sektor yang paling berdampak. Tercatat sejak kasus pandemi Covid-19 yang sudah terjadi satu setengah tahun lebih dari 1.500 toko ritel yang tutup. Hal tersebut diakibatkan karena adanya kebijakan pemerintah seperti PPKM maupun PSBB, membuat sektor ritel mau tidak mau harus membatasi jumlah pengunjung. Selain itu, penutupan toko ritel modern juga diakibatkan karena tergerusnya tingkat konsumsi masyarakat pada daerah yang menutup toko, karena konsumen yang seharusnya dapat berbelanja harus menunda atau mengalihkan belanjanya. Sehingga banyak toko ritel modern yang gulung tikar diakibatkan karena banyak kehilangan omzet akibat tidak dapat mengimbangi antara pendapatan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan di saat pandemi Covid-19.

Wedding Organizer

Wedding Organizer juga menjadi salah satu sektor yang menjadi penerima dampak cukup besar akibat pandemi ini. Dikarenakan adanya larangan tidak diperbolehkan untuk berkerumun di tempat umum menyebabkan banyak para pasangan yang ingin menikah menunda pelaksanaan resepsi pernikahan. Tidak sedikit juga yang memilih membuat acara pernikahan yang sederhana untuk menghemat pembiayaan pada masa pandemi ini. Sehingga pada saat seperti ini, peran dari wedding organizer tidak terlalu dibutuhkan. Banyaknya pembatalan acara pernikahan membuat industri industri acara pernikahan, mulai dari sewa gedung, vendor, catering sampai dekorasi pernikahan banyak yang melesu dan gulung tikar akibat mengalami keanjlokan omzet yang cukup parah. Sekiranya ada 30% wedding organizer yang gulung tikar dan menjual peralatan wedding dengan harga yang murah, lalu setelah itu beralih profesi meninggalkan pekerjaan lamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun