Negara Indonesia terdiri dari beragam pulau-pulau yang tentunya memiliki karateristik dan kebudayaan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya sehingga setiap pulau memiliki keunikan yang berbeda-beda. Tak terkecuali pulau Bali, dimana adat istiadatnya masih sangat amat kental. Bali dijuluki sebagai pulau seribu pura, dimana mayoritas penduduk di Pulau Bali memeluk agama Hindu. Dalam kepercayaan Hindu, terdapat banyak sekali upacara-upacara yang sudah dilakukan secara turun-temurun.Â
Salah satu upacara adat yang masih sering dijumpai hingga saat ini ketika mengunjungi pulau Bali yaitu adanya Upacara Ngaben. Ngaben merupakan salah satu upacara Pitra Yadnya. Pitra Yadnya dilakukan sebagai bagian dari tugas dan kewajiban seorang terhadap leluhur mereka. Upacara ini diyakini memberikan dukungan spiritual kepada roh leluhur dan membantu mereka mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di alam spiritual. Selain itu, Pitra Yadnya juga diyakini dapat membersihkan dosa-dosa leluhur dan membebaskan mereka dari siklus kelahiran dan kematian yang berkelanjutan.
Upacara Ngaben dapat didefinisikan sebagai salah satu upacara keagamaan yang sangat penting dan sakral bagi umat Hindu khususnya umat Hindu di Bali. Upacara Ngaben ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan terakhir bagi orang-orang yang telah meninggal dunia. Selain itu, upacara ngaben juga dianggap sebagai bentuk pembebasan roh dari ikatan dunia yang fana. Selain itu, upacara ini juga dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan.Â
Adapun tata cara pelaksanaan upacara Ngaben di Bali terdiri atas beberapa tahapan, persiapan jenazah seperti menyiapkan "bade dan lembu" yang dibuat dari kayu, bambu, lalu tahap berikutnya ada yang disebut proses pemandian jenazah atau ritual nyiramin dilakukan setelah keluarga mendapat hari baik dari pendeta. Setelah proses pemandian, jasad akan dikenakan pakaian adat Bali lengkap sebagai simbolis. Selanjutnya jenazah dibawa ke tempat pembakaran dan dibakar. Setelah jenazah dibakar, abu jenazah dikumpulkan dan diberi sesajen. Sesajen ini kemudian dihayutkan ke laut.Â
Akan tetapi dibalik upacara ngaben yang sering kita jumpai, tentunya kita memahami bahwa upacara tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Banyak pula masyarakat Hindu yang merasa masih keberatan akan hal itu. Upacara Ngaben di Bali dianggap mahal karena beberapa alasan, seperti serentetan acara yang merangkai upacara Ngaben, seperti upacara Ngulapin, yaitu mediasi antara keluarga dengan leluhur dan Tuhan, serta upacara pembersihan jenazah dan mempersiapkannya untuk prosesi selanjutnya.Â
Biaya untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan dalam upacara Ngaben, seperti banten, bunga, dupa, dan sesajen. Biaya untuk membeli bade dalam upacara Ngaben. Biaya untuk membayar para pemangku atau pendeta yang terlibat dalam upacara Ngaben. Meskipun demikian, upacara Ngaben di Bali dianggap penting dan tidak dapat dihindari oleh umat Hindu di Bali. Oleh karena itu, banyak keluarga yang menabung atau meminjam uang untuk membiayai upacara Ngaben bagi anggota keluarga yang telah meninggal dunia.
Perekonomian masyarakat yang satu dengan yang lainnya tentu berbeda-beda, oleh karena itu ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan untuk menekan pengeluaran akibat biaya ngaben antara lain bisa dengan mengikuti ngaben masal ataupun dengan cara kremasi. Upacara Ngaben massal sering dilakukan di desa-desa di Bali atau daerah lain di Indonesia dengan populasi Hindu yang cukup besar. Dalam ngaben massal, beberapa keluarga atau bahkan seluruh komunitas desa dapat mengadakan upacara Ngaben secara bersama-sama.
Tujuan utama dari ngaben massal adalah untuk menghormati dan menghantar roh leluhur ke alam baka. Dengan dilaksanakannya ngaben massal, warga yang berada maupun warga yang kurang mampu berada di posisi yang sama, yakni sama-sama melaksanakan kewajiban kepada leluhur. Bahkan menjadi kesempatan bagi yang mampu untuk membantu yang kurang mampu. Alasan mengapa ngaben massal jauh lebih terjangkau hal itu dikarenakan biayanya ditanggung secara bersama-sama, oleh sebab itulah bisa meringankan banyak pihak.
 Apabila ngaben dilaksanakan secara perseorangan, banyak fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa beberapa orang sampai menjual warisan serta harta benda yang mereka miliki demi membiayai upacara ngaben tersebut. Tentunya dengan ngaben massal sangat membantu menekan pengeluaran, hal itu karena dilakukan secara gotong-royong dan pastinya itu akan jauh lebih ringan. Namun, meskipun dilaksanakan secara massal, agar tidak mengurangi maknanya, maka harus tetap menggunakan sarana dan prasarana yang lengkap.Â
Ngaben massal melibatkan partisipasi seluruh komunitas setempat. Warga desa atau keluarga yang memiliki anggota yang meninggal pada waktu yang hampir bersamaan dapat berbagi biaya dan sumber daya yang diperlukan untuk upacara ngaben. Dengan mengumpulkan dana dan sumber daya bersama, beban keuangan akan lebih terjangkau bagi setiap keluarga yang terlibat. Ngaben massal juga memungkinkan penggunaan sumber daya secara efisien dan juga bisa memperkuat ikatan sosial dan solidaritas antar anggota komunitas.Â
Dalam tradisi ini, anggota komunitas hadir dan saling mendukung dalam upacara ngaben massal. Dan terakhir, ngaben massal merupakan bagian penting dari warisan budaya Bali. Dengan melanjutkan tradisi ini, umat Hindu di Bali dapat menjaga identitas budaya mereka dan meneruskan nilai-nilai yang diwariskan oleh leluhur mereka. Melalui ngaben massal, mereka memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalam upacara keagamaan yang signifikan, yang secara bersama-sama menghormati dan menghantar roh orang-orang yang telah meninggal.Â
Selain ngaben massal, dalam agama Hindu kremasi juga dianggap meringankan biaya karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tidak memerlukan biaya untuk pemakaman tanah. Pemakaman dengan cara melakukan penguburan memerlukan lahan pemakaman yang harus dibeli atau disewa. Namun, dengan kremasi, tidak ada kebutuhan akan lahan pemakaman yang luas. Setelah proses kremasi, abu mayat dapat dihanyutkan ke lautan.Â
Jadi kesimpulannya upacara ngaben diyakini sebagai cara untuk membebaskan jiwa yang meninggal dari tubuh fisiknya dan membantu mereka melanjutkan perjalanan mereka ke alam spiritual. Ngaben juga dianggap sebagai tanggung jawab sosial dan kewajiban keluarga untuk menghormati dan menghantar jiwa orang yang meninggal dengan baik. Namun, pelaksanaan ngaben dapat melibatkan biaya yang signifikan dan persiapan yang rumit. Prosesnya melibatkan persiapan dan pembelian barang-barang ritual, penyediaan makanan dan minuman untuk tamu, serta biaya pemakaman itu sendiri.Â
Keputusan untuk melaksanakan ngaben atau tidak sepenuhnya menjadi keputusan individu dan keluarga yang berduka, serta dapat dipengaruhi oleh faktor budaya, tradisi, keyakinan, dan sumber daya finansial yang tersedia. Setiap keluarga dapat memutuskan sejauh mana mereka ingin melaksanakan upacara ini sesuai dengan kemampuan dan kepercayaan mereka. Namun dalam tradisi, ngaben masih dianggap sebagai upacara yang sangat penting bagi masyarakat Hindu Bali. Ada beberapa alternatif agar bisa mengurangi biaya ngaben, yakni upacara kremasi yang lebih sederhana sebagai pengganti upacara ngaben.
Kremasi umumnya lebih ekonomis karena tidak melibatkan persiapan dan biaya yang sama seperti upacara ngaben. Selain itu ada pula ngaben masal, yakni upacara ngaben yang dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa keluarga dalam satu waktu dan tempat yang sama. Dalam ngaben masal, biaya dapat dibagi antara keluarga-keluarga yang terlibat, sehingga dapat mengurangi beban finansial secara signifik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H