Mohon tunggu...
Puja Ocktaviani
Puja Ocktaviani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Univeritas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Representasi Kelas melalui Praktik Kebudayaan dalam Film "Parasite" Karya Bong Joon Ho

8 Juni 2024   11:21 Diperbarui: 8 Juni 2024   11:34 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: The Movie DB

Proses pembuatan film terus berlangsung setiap tahunnya, bermacam genre diproduksi dengan menggunakan berbagai teknologi dan teknik sinematik. Sebuah film dapat dikatakan sebagai bentuk cerminan budaya bangsa dan juga menjadi representasi sebuah kondisi tatanan sosial suatu bangsa (Idola, dkk. 2017). Film sebagai produk budaya memang memiliki peran penting dalam menyampaikan suatu pesan budaya lokal, salah satunya film parasite yang bertujuan untuk mengkritik pengaruh kapitalisme di Korea Selatan terhadap sistem kelas. Film Parasite merupakan film bergenre black comedy yang disutradarai dan ditulis oleh Bong Joon Ho. Setelah perilisannya dan ditonton hingga luar Korea Selatan, Film ini berhasil meraih kesuksesan besar dan mendapatkan banyak penghargaan. Film parasite berhasil menjadi film pertama di Korea Selatan yang memenangkan Palme d’Or pada Festival Film Cannes ke-72. Selain itu, film ini juga berhasil memperoleh empat penghargaan sekaligus dalam Academy Award ke-92, sebagai film terbaik, sutradara terbaik, skenario terbaik, dan film internasional terbaik. Tidak sampai disitu, film parasite juga kembali meraih penghargaan pada Golden Globe Awards, British Academy Film Awards, dan Screen Actors Guild Awards (Narasi, 2023) sebagai pelengkap kesuksesan film ini di kancah internasional. 

Dalam kisahnya, film parasite bercerita mengenai dua keluarga dengan latar belakang yang berbeda, keluarga Kim dan keluarga Park. Kim yang hidup dengan banyak keterbatasan hanya tinggal di sebuah rumah semi-basement. Dalam mencukupi kehidupan sehari-harinya, seluruh keluarga Kim harus bekerja sama dengan mengerjakan berbagai pekerjaan sederhana, salah satunya melipat kardus Pizza. Di tengah keterbatasan hidup, putra sulung keluarga Kim berhasil memperoleh pekerjaan sebagai guru les privat untuk keluarga kaya raya, Park. Disaat itulah keluarga Kim menghalalkan segala cara agar dapat masuk ke dalam kehidupan keluarga Park, hingga pada akhirnya berujung tragedi. 

Pada keseluruhan cerita, film ini menonjolkan isu  perbedaan kelas sosial antara dua keluarga. Di mana dalam teori kelas, Karl Marx membedakan dua kelas utama yang terdapat dalam masyarakat kapitalis, yaitu borjuis atau pemilik alat-alat produksi sebagai kelas atas, dan kaum proletar sebagai kelas bawah yang merupakan pekerja dengan hanya mengandalkan tenaga kerja (John Storey, 2009). Pada film parasite, isu kelas sosial dapat terlihat dalam konflik yang terjadi antara keluarga miskin Kim yang merupakan kelas proletar, dan keluarga kaya Park yang merupakan pemilik alat produksi atau borjuis.

  • Perspektif Marxisme dalam Analisis Kelas Pada Film Parasite

 Berdasarkan pembagian kelas sebelumnya, Karl Marx memberikan perhatian lebih terhadap ketidakadilan yang terjadi di antara kedua kelas tersebut. Hal ini dikarenakan kaum borjuis melaksanakan kegiatan ekonomi yang eksploitatif terhadap kaum proletar. Eksploitatif disini terjadi saat kaum borjuis membeli jasa yang dimiliki kaum proletar  dengan harga yang tidak sesuai dengan keuntungan yang didapat nya (Franz Magnis, 2003). Dalam pemikiran masyarakat kapitalis, pekerja adalah agen bebas dan penjualan tenaga kerja merupakan kontrak yang bebas dan adil. Namun menurut Marx, pemikiran  tersebut  hanya menutupi eksploitasi mendasar di tempat kerja, karena pada  dasarnya kapitalisme bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dan melakukannya dengan mengambil nilai lebih besar dibandingkan pekerja (Chis & Emma, 2016). Keluarga Park yang merupakan kelas borjuis dengan kepemilikan alat-alat produksi berupa  rumah mewah dan kekayaan, cenderung bergaya hidup konsumtif dan memiliki budaya eksklusif. Sebagai kelas atas, keluarga ini juga turut memainkan peran dalam melakukan tindakan eksploitasi terhadap keluarga Kim yang merupakan kelas proletar. Tindakan eksploitasi ini terlihat dari pemberian upah dan jam kerja yang berlebihan. Keluarga Park juga secara tidak langsung mendiskriminasi dan memandang rendah status sosial keluarga Kim dengan memperlakukan keluarga Kim sebagai bawahan alih-alih sebagai mitra kerja. Marx mengatakan dalam bukunya Communist manifesto, kelas yang tinggi akan selalu menindas kelas yang lebih rendah, dan hal ini merupakan sejarah manusia (Pramono, 2014).

Keluarga Kim yang berasal dari kelas proletar hidup dalam kondisi yang miskin dan keterbatasan ekonomi. Dalam bertahan hidup pada sistem kapitalisme, keluarga Kim bergantung pada pekerjaan upahan. Jika keluarga Park cenderung bersikap konservatif dengan mempertahankan dominasi kelas dan struktur sosialnya. Sebagai kelas proletar keluarga Kim justru bersikap progresif dan revolusioner. Dengan statusnya sebagai kelas bawah dan hidup dalam perekonomian terbatas, keluarga Kim berusaha untuk dapat mengubah nasib mereka dengan melakukan berbagai cara, termasuk secara radikal. Keluarga ini melakukan penipuan dan penyusupan pada kehidupan keluarga Park. Mereka mencoba untuk merebut kekuasaan dan keuntungan ekonomi dari kelas borjuis dengan cara radikal dan tidak etis. Tindakan yang dilakukan keluarga Kim ini merefleksikan semangat perjuangan kelas proletar dengan menentang dominasi kelas borjuis. Perjuangan kelas ini dianggap keluarga Kim sebagai sebuah perjuangan untuk menuntut kebebasan penindasan yang sebelumnya mereka rasakan. 

  • Representasi Praktik Kebudayaan sebagai Alat Pembeda Kelas

Pada film parasite, praktik kebudayaan dapat direpresentasikan sebagai alat untuk membedakan kelas antara kelas borjuis dan kelas proletar. Dalam konsumsi budaya, keluarga Park yang merupakan kelas borjuis memiliki akses dalam mengonsumsi budaya eksklusif, seperti menikmati musik klasik dan menghadiri acara-acara seni. Sementara keluarga Kim tidak memiliki akses akan budaya tersebut. Gaya hidup mewah keluarga Park juga terlihat dari keberadaan tempat tinggal, kepemilikan barang-barang elit, dan menyediakan makanan dengan kualitas tinggi. Di mana keluarga Kim justru hidup dalam kondisi sederhana dan lingkungan yang kumuh, hal ini tentu menunjukkan perbedaan gaya hidup yang sangat signifikan. Dalam mengakses pendidikan dan pengetahuan, keluarga Park tentu memiliki latar belakang pendidikan yang jauh lebih baik dan berpengetahuan luas mengenai sejarah seni, sedangkan keluarga Kim juga tidak memiliki akses akan pengetahuan budaya dominan tersebut. Penggunaan bahasa yang digunakan keluarga Park dan keluarga Kim juga dapat menjadi pembeda kelas di antara keduanya. Keluarga Park terbiasa menggunakan bahasa yang lebih halus dan formal yang dapat menunjukkan status sosialnya. Sementara keluarga Kim cenderung menggunakan bahasa yang lebih kasar dan informal, yang mencerminkan perbedaan kelas sosial mereka.

  • Kritik Marxis terhadap Sistem Kelas dalam Film Parasite

Ketidaksetaraan akses yang dialami keluarga Kim terhadap modal ekonomi dan budaya merupakan salah satu pemicu terjadinya kesadaran palsu. Menurut Marx, kesadaran itu berakar pada  praxis manusia, yang pada gilirannya bersifat sosial. Dengan kata lain, kehidupan sosial merekalah yang dapat menentukan kesadaran mereka (Giddens, 2009). Apa yang dilakukan keluarga Kim untuk dapat  diterima oleh keluarga Park merupakan gambaran kaum kapitalis dalam  menciptakan kesadaran palsu pada kelas pekerja. Di mana munculnya kesadaran palsu  adalah akibat dari pengaruh ideologi yang dikembangkan untuk mendukung kelas yang dominan dan struktur yang telah ada sebelumnya. Perjuangan kelas yang dilakukan oleh keluarga Kim merupakan upaya dalam memperoleh perubahan sosial, meskipun tindakan yang mereka lakukan menggunakan cara radikal atau kekerasan. Marx sendiri meramalkan dengan adanya perjuangan kelas yang dilakukan oleh kaum proletar baik yang dilakukan dengan damai maupun kekerasan dapat menghasilkan masyarakat yang ideal tanpa kelas atau disebut komunisme. Meskipun pada akhirnya keluarga Kim tidak dapat meraih apa yang telah diramalkan oleh Marx, karena pada dasarnya sistem kapitalis yang ada tidak memberikan kesempatan yang adil bagi semua kelas. Hal ini sejalan dengan kritik yang dilemparkan Marx, jika sistem kapitalis cenderung mempertahankan hirarki kelas dan menjaga status quo.

Secara keseluruhan, film parasite telah berhasil mencerminkan budaya yang terdapat di Korea Selatan mengenai ketidaksetaraan sosial dalam menciptakan kesenjangan antar kelas. Film ini berhasil mengkritik pengaruh dari kapitalisme yang ada di Korea Selatan terhadap sistem kelas di masyarakat. Dari film ini, kita dapat mengetahui jika praktik kebudayaan nyatanya dapat menjadi alat pembeda kelas, di mana ketidaksetaraan akses terhadap modal ekonomi dan budaya pada kehidupan sosial, dapat menjadi akar dalam menciptakan kesadaran palsu untuk dapat diterima oleh kelas atas. 

Daftar Pustaka

Barker, Chris, and Emma A. Jane. Cultural Studies Theory and Practice. Edisi kelima., SAGE Publications, 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun