Traditional food typical of regions in Indonesia has been around for a long time and still survives today, so it is highly valued as cultural heritage. Many people choose to create traditional snack businesses typical of their region. The traditional snack business is indeed quite promising. Bugis cake is a traditional snack that is still popular today. On average, women in Kandis II Village depend on the business of making traditional snacks for their livelihoods. The development of the bugis cake business still needs attention in developing both taste and packaging which need to be considered to attract consumers or can be used as souvenirs for tourists or as a relatively simple culinary tour. Currently, the women of Kandis II Village only use traditional packaging to package bugis cakes, namely wrapping them in banana leaves. The Bugis cakes produced by these women are only marketed in traditional markets and stalls around where they live. In this service activity, mothers are given assistance in the form of basic materials to increase production levels. Also creating more attractive packaging label designs so that women's products become more well known. This journal was created with the aim of improving and developing the businesses of the women of Kandis II Village as an effort to preserve local culture.
Keyword : Bugis Cake, Typical Food, Kandis II Village, Food Business Development.
PENDAHULUAN
Makanan tradisional atau kuliner lokal menurut Harmayani (Harmayani, 2017), yaitu makanan yang bahan bakunya berasal dari produksi daerah setempat, dengan proses yang telah dikuasai masyarakat dan hasilnya adalah produk yang memiliki cita rasa yang khas, bentuk dan cara memakannya pun dikenal masyarakat, dan menjadi ciri khas suatu kelompok masyarakat tertentu. Satu diantara makanan khas Desa Kandis II yang terkenal yaitu Kue Bugis.
Makanan tradisional khas daerah-daerah di Indonesia sudah ada sejak lama dan masih bertahan hingga saat ini sehingga sangat dihargai sebagai warisan budaya. Resep yang digunakan juga sudah diturunkan dari generasi ke generasi, bahkan cara memasaknya juga masih melestarikan cara lama. Walaupun sudah ada modifikasi atau variasi, namun bahan utama dan prosedur memasaknya tidak berubah. Makanan tradisional menjadi bagian dari suatu daerah, maka makanan-makanan tradisional ini sangat mudah ditemukan, bahkan menjadi icon pariwisata di tempat tersebut (A. S. P., 2017).
Kuliner lokal merupakan makanan yang berasal dari hasil interaksi budaya dalam suatu komunitas yang memiliki keunikan ataupun ciri khas. Setiap daerah memiliki keunikan dalam setiap makanan khas. Ciri khas dari suatu makanan dipengaruhi dari letak geografis daerah yang membuat berbeda dengan daerah lainnya. Makanan yang berasal dari daerah dengan 4 musim berbeda dengan masakan yang berasal dari daerah tropis. Selain itu, perbedaan makanan juga dipengaruhi dari kondisi sosial ekonomi suatu daerah. Pada daerah pantai yang memiliki banyak pedagang, memiliki ciri makanan yang cenderung cepat saji (fast cook), sementara pada daerah yang profesi masyarakatnya banyak petani yaitu daerah pegunungan memiliki ciri makanan yang cenderung slow cook atau makanan yang memasaknya butuh waktu lama. Kondisi alam dari suatu wilayah juga berpengaruh terhadap makanan yang dihasilkan. Kekayaan alam suatu daerah menjadi faktor yang paling mempengaruhi hasil masakan suatu daerah (Alamsyah, 2013).
Warisan budaya merupakan keseluruhan peninggalan dari kebudayaan yang memiliki nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni. Warisan budaya dimiliki secara bersamaan oleh suatu komunitas atau masyarakat dan mengalami perkembangan dari generasi ke generasi dalam alur suatu tradisi. Warisan budaya merupakan jati diri dari suatu masyarakat atau komunitas yang diwariskan dari generasi-generasi sebelumnya, yang dilestarikan dan melindungi untuk generasi-generasi mendatang. Usaha untuk melestarikan warisan budaya disebut dengan konservasi, misalnya seperti perlindungan, dokumentasi, pemulihan, dan pengumpulan benda di museum. Tujuannya yaitu untuk melestarikan dan melindungi suatu warisan budaya dari arus globalisasi (Prabhawati, 2021).
Usaha jajanan tradisional memang cukup menjanjikan. Kue bugis termasuk jajanan tradisional yang masih digemari hingga kini. Ibu-ibu Desa Kandis II rata-rata menggantungkan mata pencahariannya pada usaha pembuatan jajanan tradisional tersebut.
Kue bugis adalah kue yang terbuat dari tepung ketan yang diadonkan dengan santan. Setelah itu diisi dengan centi (ampas kelapa yang disiram dengan air gula merah) kemudian dikukus. Kue tersebut mirip dengan kue lambang sari. Kue tersebut adalah panganan khas Desa Kandis II.
Pengembangan usaha kue bugis ini masih perlu perhatian dalam pembinaan baik dari cita rasa maupun kemasan yang perlu diperhatikan untuk menarik konsumen ataupun dapat dijadikan oleh-oleh wisatawan ataupun sebagai wisata kuliner yang tergolong masih sederhana.