Itulah yang membuat pemikiran politik Ganjar muncul. Sikap merakyat, tegas, berwibawa, cerdas, nasionalis dan lainnya yang saat ini ada, adalah hasil dari proses nyantrik itu. Sampai akhirnya ia dipercaya PDIP maju sebagai anggota DPR RI dan menjadi Gubernur Jateng dua kali.
Itulah mengapa PDIP bagi Ganjar adalah segalanya. Dari orang yang bukan siapa-siapa, kini ia bertransformasi menjadi tokoh yang tak bisa dipandang sebelah mata. Politisi matang dengan gaya kepemimpinan menawan.
Bayangkan kalau Ganjar tak belajar dari PDIP, belum tentu ia bisa jadi seperti sekarang ini. Atau kalau dia dulu ikut partai lain, jadinya juga tak akan sama.
Konklusinya, Ganjar adalah PDIP, PDIP adalah Ganjar.
Kalau dulu ia tidak masuk PDIP, tentu ia tak akan bisa jadi anggota DPR RI dan menjadi gubernur. Kalau tak ada tandatangan Megawati Soekarno Putri sebagai Ketua Umum PDIP, Ganjar mungkin hari ini adalah warga biasa yang menghabiskan masa hidup di Tawangmangu sana. Siapa yang kenal Ganjar. Tak ada. Paling banter warga satu desa saja.
"Terus bagaimana? Kalau Ganjar tetap di PDIP bisa jadi dia tidak dicalonkan, lho. Dia kan pemimpin bagus, sayang sekali kalau tidak ikut kontestasi di Pilpres nanti. Katanya kalau rakyat menghendaki pak Ganjar siap maju. Lha ini kalau rakyat menghendaki tapi PDIP tidak, gimana?"
Pertanyaan-pertanyaan itu pasti menjadi perbincangan banyak orang. Dan sampai sekarang, belum ada satupun yang bisa memberikan jawaban.
Hanya Megawati Soekarno Putri yang bisa memutuskan. Dan saya kira, Megawati bukanlah politisi sembarangan. Beliau sangat rasional dan menempatkan semua keputusannya demi kemaslahatan rakyat.
Kita tunggu saja kabar baiknya....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI