Mohon tunggu...
Pujakusuma
Pujakusuma Mohon Tunggu... Freelancer - Mari Berbagi

Ojo Dumeh, Tansah Eling Lan Waspodho...

Selanjutnya

Tutup

Nature

Tak Hanya Net Zero Emissions, Kita Bisa Jadi Bangsa Adidaya

22 Oktober 2021   17:05 Diperbarui: 22 Oktober 2021   17:14 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Isu perubahan iklim kini jadi perhatian seluruh dunia. Dampak dari emisi gas rumah kaca, menjadi faktor penyebab maraknya bencana. Bumi sudah tak ramah lagi. Pada manusia yang sejak dulu gemar mengeksplorasi tanpa henti.

Baru-baru ini, para pemimpin telah sepakat menyelamatkan dunia. Salah satunya adalah mengurangi emisi gas rumah kaca. Penurunan intensitas energi, pengembangan energi baru terbarukan, penerapan standar kinerja energi minimum dan optimalisasi kendaraan bermotor listrik menjadi ikhtiar menuju ke sana.

Indonesia sendiri menargetkan Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 nanti. Target itu tidak mudah, mengingat butuh ongkos mahal dan sumber daya manusia yang mumpuni.

Selain itu, tingkat gas emisi rumah kaca negara kita juga cukup tinggi angkanya. World Research Institute mencatat, lebih dari setengah emisi gas rumah kaca global disumbangkan oleh 10 negara di dunia. Salah satunya adalah Indonesia. Totalnya 965,3 metrik ton karbon dioksida ekuivalen (MtCO2e).

Ya wajar saja kenapa emisi gas rumah kaca kita besar. Hampir semua sektor masyarakat, digerakkan oleh alat berbahan bakar karbon tinggi.

Listrik yang digunakan, masih berbahan baku batu bara. Kendaraan yang dipakai, masih berbahan bakar minyak. Berapa juta metrik ton emisi yang dihasilkan, demi membuat kita nyaman nonton televisi di rumah. Berapa juta metrik ton emisi, hanya demi mengantar kita berpegian sehari-hari. Makanya, Indonesia menjadi salah satu negara yang konsen betul soal penurunan emisi gas rumah kaca ini.

Sebenarnya, negara kita memiliki segudang potensi. Apalagi soal sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Dibanding negara lain, potensi Indonesia tak ada tandingannya.

Hampir tiap hari panas matahari tak berhenti menyinari. Angin bertiup kencang, ombak berdebur di lautan. Gunung api bertebaran. Semua bisa dijadikan sumber energi yang tak ada batasnya.

Belum lagi Potensi nikel, kobalt, alumunium sebagai bahan baku baterai lithium di negara kita juga jadi yang terbesar di dunia. Kementerian ESDM menyebutkan, Indonesia memiliki cadangan nikel sebesar 72 juta ton Ni dan merupakan 52 persen dari total cadangan nikel dunia. Luar biasa bukan?.

Ada juga sampah. Berjuta-juta ton sampah di Indonesia kini hanya dibiarkan membusuk di TPA. Padahal di luar negeri sana. Swedia misalnya. Mereka harus impor sampah demi mendapatkan energi.

Di Indonesia juga sudah mulai ada sih pengolahan sampah jadi energi. Tapi belum terlihat hasilnya yang membuat kita berbangga hati.

Kata orang-orang hebat di luar sana, Indonesia adalah negara dengan sumber energi terbarukan terbesar di dunia yang masih perawan. Potensi-potensi yang melimpah itu sama sekali belum terjamah.

PT Pertamina (Persero) sebagaimana dikutip antara mengungkapkan, total potensi energi alternatif di Indonesia sangat besar yakni sebesar 417,8 gigawatt (GW). Tapi yang sudah dimanfaatkan dari potensi itu, kini baru 2,5 persen saja.

Bayangkan saja. Kalau semua sumber energi terbarukan di negara kita itu dikelola, semua kebutuhan bisa tercukupi tanpa harus menimbulkan emisi gas rumah kaca. Net Zero Emissions yang ditargetkan pada 2060 nanti, pasti mudah terealisasi. Pasokan listrik dipenuhi dari energi panas matahari, angin, ombak atau panas bumi. Transportasi dijalankan dengan baterai hasil produksi sendiri. Timbunan sampah tak terlihat lagi.

Bahkan bukan tidak mungkin, Indonesia akan surplus energi. Kalau sudah begitu, maka kita bisa jadi negara pengekspor energi terbarukan terbesar di dunia. Banyak bangsa besar akan bergantung energi pada kita.

Ini tantangan, sekaligus momentum yang tak boleh disia-siakan. Kampanye Net Zero Emissions, adalah pintu masuk Indonesia menjadi negara adidaya.

Apakah Indonesia bisa? Saya jawab pasti bisa. Kuncinya hanya satu. Mau.

Apalagi yang membuat kita ragu? Potensi kita melimpah, sarana prasarana sudah tersedia. Kurang dikit-dikit ya bisa ditambeli. Soal SDM, kita punya anak-anak hebat yang sudah teruji. Tak hanya di dalam negeri, putra-putri terbaik bangsa kita, banyak yang jadi pakar atau peneliti handal di seluruh penjuru dunia.

Panggil pulang mereka secepatnya. Katakan dengan tegas, Ibu Pertiwi membutuhkan pengabdiannya. Mereka pasti mau. Karena saya percaya. Merah Putih masih bersemayam di dada mereka.

Kumpulkan anak-anak hebat itu. Berikan anggaran besar dalam semua proses penelitian dan pengerjaan proyek-proyek optimalisasi sumber energi terbarukan. Karena hanya dengan cara itu, kita akan jadi bangsa yang maju.

Kejayaan sebagai bangsa akan kita dapatkan. Kebahagiaan anak cucu kita juga bisa dipastikan. Karena langkah kita mengurangi emisi gas rumah kaca saat ini. Adalah celengan untuk kebahagiaan anak cucu kita nanti. Begitu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun