Dugaan ini mungkin ada benarnya. Bagaimanapun, sistem pemerintahan yang dibentuknya sejak periode pertama kini telah membuahkan hasil. Dibanding periode pertama, saat ini Jokowi praktis tak memiliki tantangan berarti dari sisi politik. Partai-partai oposisi berhasil ia rangkul. Bahkan dua lawan politiknya pada Pilpres lalu, Prabowo-Sandi juga telah masuk dalam kabinet.
Gaduh-gaduh politik dengan adanya pelengseran menteri sebisa mungkin ia hindari. Meski sebenarnya, hal ini cukup mengkhawatirkan bagi kemajuan negeri.
Tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) para menteri sudah jelas. Publik sudah pandai melihat, apakah menteri-menteri Jokowi sudah bekerja dengan baik, atau hanya sekadar nampang belaka.
Sehebat apapun seorang Jokowi, ia tak akan mampu memimpin negeri ini sendirian. Di tangan para pembantunyalah, ia bisa mewujudkan janji kampanye yang ia ucapkan saat pencalonan. Kalau memang tak bisa diandalkan, ya sudah diganti saja. Gitu aja kok repot!
Ibarat mobil, kalau sudah mogok dan tak bisa diperbaiki. Kenapa harus dipertahankan? Sudah ganti saja dengan mobil baru, yang bisa dikendarai dengan kencang menuju titik akhir tujuan bernegara. Kesejahteraan.
Atau ini cara Jokowi untuk memberikan efek kejut pada bawahannya. Jokowi mungkin masih yakin, bahwa jajarannya bisa bekerja lebih optimal dalam melayani rakyat. Kali ini Jokowi mungkin masih memberikan kesempatan. Tapi jangan salah, ia bisa berubah pikiran dalam waktu yang tidak ditentukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H