Mohon tunggu...
Pujakusuma
Pujakusuma Mohon Tunggu... Freelancer - Mari Berbagi

Ojo Dumeh, Tansah Eling Lan Waspodho...

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Benar Dugaan Saya, Vaksin Nusantara akan "Dibunuh" Sebelum Dilahirkan

24 Maret 2021   12:42 Diperbarui: 24 Maret 2021   12:45 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabar tak mengenakkan terdengar dari kelanjutan penelitian vaksin nusantara. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tidak memberikan izin uji klinis tahap kedua. Alasannya juga tak masuk akal, tak lebih dari sekadar administrasi belaka.

Kepala BPOM Penny K. Lukito mengatakan, izin uji klinis tak diberikan karena ada perbedaan dari lokasi penelitian vaksin yang diprakarsai mantan Menkes Terawan Agus Putranto itu dengan pihak yang mengajukan sebagai komite etik. Dalam berkas yang diterimanya, komite etik penelitian vaksin nusantara berasal dari RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, padahal seharusnya mereka berasal dari RSUP dr Kariadi Semarang. Komite etik lanjut Penny, harus berada di lokasi penelitian vaksin sesuai kaidah klinis pengembangan vaksin.

Alasan ini tentu tak bisa diterima mentah begitu saja. Patut dipertanyakan, kenapa BPOM justru keluar dari kaidah utama dalam penelitian vaksin, yakni tentang efektivitas pengembangan uji coba tahap pertama. Untuk apa menyoroti soal administrasi, toh bukan itu tujuan pengembangan vaksinasi.

Ironisnya, akibat pernyataan Penny itu, penelitian vaksin nusantara dihentikan untuk sementara. Bisa jadi, vaksin nusantara akan bernasib seperti bayi hasil hubungan terlarang sepasang kekasi. Ia berakhir tragis, dengan dibunuh sebelum dilahirkan.

Publik tentu tercengang dengan kabar itu. Di saat ada anak bangsa yang semangat membuat terobosan baru agar tak tergantung pada dunia luar, harus dipatahkan semangatnya hanya karena alasan administrasi. Bahkan saat paparan di DPR RI, ada anggota legislatif yang meminta BPOM lebih terbuka dengan data-data yang ada.

Peristiwa ini sejatinya sudah saya prediksikan jauh-jauh hari. Seperti GeNose, vaksin nusantara karya anak bangsa ini akan jadi sasaran empuk serangan para mafia. Kehadiran mereka harus dihentikan, karena mengancam pendapatan mereka dari bisnis impor produk-produk kesehatan tanah air. Baca ini (https://www.kompasiana.com/pujakusuma/602fc57b8ede4854fc69fa82/seperti-genose-vaksin-nusantara-rawan-diserang).

Selain campur tangan para mafia, ada isu lain yang beredar sampai ke obrolan warung kopi. Bahwa terkendalanya pengembangan vaksin nusantara, dikarenakan ada sosok Terawan di dalamnya. Entah dosa apa yang dilakukan mantan Menkes ini pada Indonesia, sehingga ia harus dibenci dan dijegal inovasinya.

Padahal secara teori, vaksin nusantara yang dikembangkan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dengan RSUP dr Kariadi Semarang ini diyakini paling aman dibanding vaksin lainnya.

Vaksin nusantara merupakan vaksin personal berbasis sel dendritik (dendritic cell) dan diklaim sebagai yang pertama di Indonesia. Cara kerja vaksin ini adalah, calon penerima vaksin akan diambil darahnya, ambil sel darah putihnya dan sel dendritiknya.

Setelah itu, sel dendritik autolog dipaparkan dengan antigen protein S dari SARS-CoV-2. Sel dendritik yang telah mengenal antigen tersebut akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali. Di dalam tubuh, sel dendritik tersebut akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap SARS-CoV-2.

Dari metode dan caranya saja, vaksin ini lebih aman dibanding vaksin import lain yang selama ini beredar. Meskipun banyak pihak yang menilai, metode ini ribet dan membutuhkan waktu lama. Tapi kalau dipastikan aman dan terbukti ampuh, bukan tidak mungkin orang rela antre untuk mendapatkan vaksin nusantara.

Tak hanya para peneliti vaksin nusantara yang kecewa dengan keputusan BPOM itu. Orang yang juga patut kecewa adalah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Sebagai penguasa Jawa Tengah, Ganjar tentu bungah dengan pengembangan vaksin nusantara di daerahnya. Dukungan penuh ia berikan, dengan siap memfasilitasi penelitian pengembangan vaksin nusantara itu sampai tuntas. Tak tanggung-tanggung, 7 RSUD Jateng siap diberikan Ganjar sebagai tempat pengembangan penelitian vaksin.

Ganjar bahkan menjadi orang pertama yang menyatakan siap menggunakan vaksin nusantara jika sudah lulus uji. Seperti GeNose, Ganjar paham betul bahwa karya anak bangsa harus mendapatkan dukungan sekaligus proteksi.

Ganjar tentu sudah mendengar kabar buruk yang menimpa vaksin nusantara. Ia pasti tak tinggal diam, karena ia pernah mengatakan, bahwa semua riset anak bangsa terkait penanganan pandemi harus mendapat dukungan dan proteksi dari pemerintah.

"Apakah vaksin nusantara, vaksin merah putih, GeNose dari UGM dan pengembangan ventilator. Semua tahapan yang telah berjalan itu dan hasilnya bagus, harus mendapat dukungan penuh dan proteksi dari negara. Artinya, proses-proses yang sudah berjalan dan hasilnya bagus, pemerintah mesti memproteksi, negara harus memproteksi ini sehingga kita bisa mandiri. Dengan begitu, maka kita tidak akan terus bergantung pada negara lain," katanya.

Semoga ada kabar baik dari kelanjutan karya anak bangsa ini. Semoga Ganjar mau ikut campur agar uji klinis kedua vaksin nusantara asal Jawa Tengah bisa dilanjutkan. Karena dalam beberapa kesempatan, Ganjar cukup ampuh dalam lobi politik dengan pusat.

Karena kata pepatah....

Ada Sinovac ada AstraZeneca
Semuanya dipakai di Indonesia
Ayo dukung vaksin nusantara
Biar merugi semua para mafia

Salam waras!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun