Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jateng, Edi Wuryanto menegaskan pihaknya sangat setuju dan mendukung gerakan Jateng di Rumah Saja yang dicanangkan Ganjar. Menurutnya, langkah itu penting sebagai upaya merubah perilaku masyarakat untuk disiplin protokol kesehatan khususnya di sektor hulu.
Edi menjelaskan, penanganan pandemi di Indonesia selama ini fokus pada sektor hilir, yakni penanganan kesehatan. Padahal, hilir tidak akan selesai kalau hulu tidak diperbaiki.
Menurut Edi yang juga Anggota Komisi IX DPR RI ini, perilaku masyarakat saat ini masih abai terhadap protokol kesehatan. Masih banyak masyarakat yang keluar rumah untuk kegiatan yang tidak perlu atau prioritas, seperti nongkrong, ngopi di cafe, rekreasi dan sebagainya.
Gerakan Jateng di Rumah Saja lanjut Edi merupakan terobosan Ganjar untuk merespon hal tersebut. Dengan mengajak masyarakat tetap di rumah saja selama dua hari, dan sejumlah sektor yang biasanya menimbulkan kerumunan ditutup, maka physical distancing dapat benar-benar dilakukan.
Menurutnya, apa yang dilakukan Ganjar adalah upaya untuk mengurangi kerumunan sehingga penyebaran Covid-19 bisa menurun. Dan itu menurutnya Iangkah positif. Ketika tidak banyak kerumunan, maka pasti akan efektif untuk menurunkan angka kasus positif Covid-19.
Hal senada disampaikan Ketua IDI Cabang Kota Semarang, Dr Elang Sumambar. Dirinya mengatakan sangat setuju dengan Gerakan Jateng di Rumah Saja selama dua hari, karena menilai langkah itu penting diambil sebagai upaya untuk menekan angka kesakitan yang terus meninggi.
Elang berharap masyarakat Jateng mendukung program tersebut dan dengan sadar melaksanakannya. Selain untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, gerakan itu penting sebagai bentuk membantu tenaga kesehatan melawan pandemi.Â
Dirinya mencontohkan, sampai saat ini sudah banyak teman-teman sejawatnya yang gugur selama menghadapi pandemi ini, masyarakat juga sudah banyak yang meninggal. Artinya, gerakan ini layak dicoba sebagai dukungan pada nakes sekaligus memberikan penghormatan pada mereka yang telah gugur.
Meski hanya dua hari, namun Elang menilai gerakan itu dipastikan dapat memberikan dampak positif. Ia menjelaskan, kebiasaan masyarakat berlibur saat akhir pekan, membuat mobilitas di luar rumah sangat tinggi. Sabtu-Minggu menurutnya waktu dimana banyak orang keluar rumah. Seperti terkompensasi, sehingga kadang kontrolnya lepas.Â
Banyak yang pergi wisata, nongkrong dan lainnya karena itu sudah budaya. Meskipun ini hanya dua hari, tapi kalau bisa dilakukan pasti bisa berdampak bagus untuk mengurangi mobilitas masyarakat yang tinggi.
Plus Minus Lockdown Jakarta dan Gerakan Jateng di Rumah Saja