Mohon tunggu...
Pujakusuma
Pujakusuma Mohon Tunggu... Freelancer - Mari Berbagi

Ojo Dumeh, Tansah Eling Lan Waspodho...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anies Lempar Handuk, Ganjar Pasang Badan

21 Januari 2021   08:33 Diperbarui: 21 Januari 2021   08:46 3012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibarat perang, kondisi Indonesia menghadapi pandemi saat ini sedang genting-gentingnya. Musuh masih terlalu tangguh, jumlahnya semakin banyak. Sementara amunisi bangsa ini tinggal sedikit, pun nyali menciut melihat jumlah pasukan yang terus berkurang karena mati di medan pertempuran.

Sejumlah strategi telah dilakukan, tapi hasilnya belum jua memuaskan. Meski begitu, bangsa ini tak boleh menyerah. Apapun harus dihadapi dan terus berusaha untuk memenangkan pertempuran ini.

Di tengah kondisi yang serba tak pasti ini, rakyat butuh pemimpin yang tangguh. Pemimpin yang mampu terus mengobarkan semangat perlawanan dalam dada, bukan pemimpin yang mlempem dan lemah. Optimisme harus terus digelorakan, meskipun berat untuk mewujudkannya.

Tak boleh ada kata menyerah. Karena menyerah berarti kalah. Kalah berarti terpuruk. Dan terpuruk berakhir pada penderitaan.

Terkejut juga mendengar kabar bahwa Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan seolah menyerah dengan penanganan Covid-19 di daerahnya. Meski tak secara gamblang dikatakan seperti itu, namun keputusannya menyerahkan penanganan Covid-19 di DKI Jakarta pada pemerintah pusat adalah bentuk ketidakmampuan Anies menangani pandemi.

Anies beralasan, kondisi Jakarta saat ini sudah tidak bisa terkendali. Seluruh fasilitas rumah sakit terbebani karena harus menampung pasien dari luar DKI Jakarta. Dengan diserahkan penanganan Covid-19 pada pusat, ia berharap ketersediaan fasilitas rumah sakit bisa bertambah.

Yah, Anies sepertinya sudah melempar handuk putih. Ia menyerah dalam penanganan Covid-19 di Jakarta dan meminta pemerintah pusat mengambil alih.

Entah apa yang membuat Anies mengambil keputusan itu. Padahal ia sadar, secara politis keputusan itu sangat-sangat tidak populis. Masyarakat akan menilai bahwa Anies tak mampu menjadi seorang presiden, karena menyelesaikan masalah Covid-19 di Jakarta saja tidak bisa. Atau yang terparah, Anies dicap sebagai pemimpin yang bermental kerupuk, tak punya daya juang untuk menyelamatkan rakyatnya apapun yang terjadi dan bagaimanapun caranya.

Beda Anies, beda pula Ganjar Pranowo. Jika Anies memilih lempar handuk, Ganjar memilih pasang badan dalam penanganan Covid-19 di Jawa Tengah. Berkali-kali ia menegaskan, tak ada yang salah jika penanganan pandemi di Jateng buruk. Hanya ada satu orang yang pantas disalahkan, yakni Ganjar Pranowo.

Semangat itulah yang membuat seluruh instansi di Jateng bekerja all out dalam penanganan pandemi. Sejumlah persoalan yang muncul, dihadapi oleh Ganjar sendiri, tanpa menyalahkan atau mengumpankan bawahannya.

Sebagai daerah dengan luas wilayah dan jumlah penduduk cukup besar di Indonesia, Ganjar menghadapi persoalan yang lebih kompleks dari Jakarta. Dengan 35 Kabupaten/Kota yang memiliki otonomi daerah sendiri, Ganjar tidak bisa semudah Anies untuk memerintahkan para kepala daerah itu bekerja menyukseskan penanganan Covid-19. Jika Anies dapat memerintah seenak hati pada Wali Kota yang ada di bawahnya karena ditunjuk langsung, Ganjar harus menggunakan pendekatan-pendekatan intensif pada 35 kepala daerah di bawahnya untuk satu suara dalam rangka menyelesaikan pandemi.

Belum lagi ketidakmerataan fasilitas kesehatan di Jawa Tengah yang tentunya menjadi persoalan cukup berat dihadapi Ganjar. Beda dengan Jakarta dengan banyaknya fasilitas kesehatan lengkap, di Jateng masih banyak daerah blank spot kepemilikan fasilitas kesehatan ini. Tapi dengan kemampuan Ganjar, ia bisa mengoptimalkan fasilitas kesehatan yang ada sebagai benteng terakhir penanganan Covid-19.

Melalui tangan dinginnya, Ganjar memerintahkan semua rumah sakit rujukan terus meningkatkan ketersediaan ICU dan tempat tidur isolasi. Sejak pandemi Covid-19 melanda sampai saat ini, belum pernah rumah sakit di Jateng sampai kewalahan menangani pasien. Bed Occupacion Rate (BOR) di semua rumah sakit Jateng sampai saat ini juga masih aman.

Data minggu ke-2 Januari, ketersediaan ICU di rumah sakit rujukan Jateng sejumlah 877. Sementara tingkat keterpakaian hanya 504. Sementara tempat tidur isolasi berjumlah 8.880 dan baru terisi 6.125. Jumlah itu terus digenjot Ganjar untuk dilakukan peningkatan-peningkatan agar masyarakat tenang soal penanganan Covid-19 di rumah sakit itu.

Belum lagi, Ganjar juga memerintahkan semua daerah membuat tempat karantina terpusat. Ia sendiri sudah menggunakan asrama haji Donohudan sebagai tempat isolasi terpusat. Dari kapasitas 846 tempat tidur, saat ini baru terisi 88 orang. Sementara gedung BPSDM Jateng juga digunakan sebagai tempat isolasi terpusat, hotel kesambi dan beberapa tempat lain. Dan sampai saat ini, tingkat keterisian semua tempat itu belum ada 50 persen.

Artinya, secara medis penanganan Covid-19 di Jateng tertangani dengan baik. Tak hanya ketersediaan fasilitas di rumah sakit, Ganjar juga menggenjot suksesnya program vaksinasi untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Jateng. Ia juga mengomandoi program terapi plasma konvalesen yang dilakukan di RSUD Moewardi Solo dan RSUP dr Kariadi Semarang.

Langkah-langkah preventif juga terus digenjot pria berambut putih ini. Hampir setiap hari, dirinya gowes keliling ke sudut-sudut kota untuk mengingatkan masyarakat tentang pentingnya disiplin protokol kesehatan. Ia menggandeng tokoh agama, tokoh masyarakat dan kalangan pemuda untuk gencar sosialisasi melalui program Jogo Tonggonya. Media sosialnya juga digunakan sebagai pedang menyukseskan edukasi taat 3M pada masyarakat luas.

Apakah Anies sudah melakukan apa yang dilakukan Ganjar? Kalau belum, kenapa tidak dicoba dulu untuk mengoptimalkan semua sektor di DKI agar penanganan Covid-19 bisa sukses.

Agak risih mendengar Anies seolah menyerah dengan penanganan Covid-19 di Jakarta. Karena sejatinya, itu adalah tugasnya sebagai orang yang dipercaya memimpin DKI Jakarta. Masyarakat Jakarta percaya Anies mampu memimpin dan membawa perubahan untuk kebaikan bersama, termasuk saat menghadapi pandemi.

Kalau Anies mundur, akan banyak masyarakat yang kecewa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun