Saat daerah lain mengalami kerusakan akibat kerusuhan demo penolakan Undang-Undang Omnibus Law Ciptakerja, Jawa Tengah masih aman-aman saja. Meski aksi demo juga terjadi di beberapa tempat dan juga menimbulkan ketegangan, tak ada korban atau kerusakan yang berarti. Hanya pagar depan Kantor DPRD Jateng saja yang roboh didorong massa, sisanya masih aman-aman saja.
Ketika gubernur lain mendatangi pendemo bahkan ada yang sampai marah-marah, ada juga yang sampai menghitung kerugiannya, Ganjar justru datang ke kantor polisi. Malam-malam, Ganjar menengok para demonstran yang diamankan aparat, karena mendengar ada beberapa pelajar yang ikut ditangkap.
Kedatangannya untuk memastikan mereka aman, ditangani dengan baik sekaligus melakukan edukasi. Pasalnya, banyak di antara pelajar itu hanya ikut-ikutan demo, tanpa mengetahui substansi dari apa yang ditolaknya itu. Usai kejadian itu, Ganjar langsung memerintahkan seluruh kepala sekolah dan orang tua siswa mengajak bicara anak-anaknya agar terhindar dari peristiwa serupa.
Ganjar juga membuka ruang diskusi secara lebar dengan para serikat buruh, mahasiswa, pengusaha dan rektor terkait undang-undang Ciptakerja ini. Tujuannya jelas, agar semuanya paham dan tidak ada informasi yang menyesatkan. Sayang setiap Ganjar mengajak dialog, beberapa serikat buruh dan seluruh BEM universitas yang diundang, menolak datang.
Tapi, Ganjar tetap santai dengan kondisi itu. Bahkan saat terjadi demo pada Senin (12/10), Ganjar mengajak demonstran ambyar nyanyi dangdut bersama. Tanpa ada ketegangan, tanpa ada perusakan. Demonstran tertib dan menyambut kedatangan Ganjar dengan suka cita. Dalam pidatonya, Ganjar menegaskan, tanpa disuruh pun, ia telah menyampaikan aspirasi buruh kepada pemerintah pusat. Caranya tidak konvensional dengan mengirim surat, tapi langsung menelpon sejumlah pejabat.
Belum lagi yang tak banyak diketahui publik, bahwa kondusifnya suasana Jawa Tengah selama gelombang demonstrasi undang-undang Ciptakerja adalah hasil dari gerilya Ganjar. Bersama Pangdam IV Diponegoro dan Kapolda Jateng, Ganjar rutin melakukan pendekatan kepada serikat buruh untuk tidak membuat aksi anarkis. Kepada mereka, Ganjar tak melarang melakukan aksi demonstrasi. Namun catatannya, harus izin, tidak anarkis dan tetap menjaga protokol kesehatan.
Hampir setiap hari, Ganjar rutin gowes pagi menuju ke sejumlah kawasan industri. Dengan santai dan penuh canda, ia berusaha mengedukasi pengusaha dan pekerja terkait tujuan diterbitkannya undang-undang Ciptakerja. Hasilnya, beberapa serikat buruh memahami itu, dan melakukan aksi demonstrasi dengan tertib di depan perusahaannya masing-masing. Setelah itu mereka masuk kerja seperti biasa. Tanpa ada amuk massa, tanpa ada ketegangan.Â
Menarik bukan?
Begitu pula saat gubernur lain beramai-ramai mengirimkan surat cinta ke Presiden Joko Widodo terkait penolakan Undang-Undang Ciptakerja, Ganjar terlihat santai-santai saja. Alih-alih ikut-ikutan menolak dan mengirimkan surat, Ganjar justru mengajak buruh yang tidak sepakat mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi. Ia juga membuka posko pengaduan dan konsultasi bagi buruh, yang ingin memberikan masukan pada rencana penerbitan PP dan Perpres terkait undang-undang Ciptakerja.
Sampai saat ini, setidaknya ada sejumlah kolega Ganjar yang telah mengirimkan surat berisi tuntutan agar Jokowi membatalkan pengesahan Undang-Undang Omnibus Law Ciptakerja. Di antaranya Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono dan Gubernur Kalbar, Sutarmidji.
Kenapa Ganjar bersikap demikian?
Ada banyak kemungkinan faktor penyebabnya. Selain lulusan hukum dan dua periode menjadi anggota DPR RI, Ganjar tentu paham betul sistem kerja dan mekanisme perundang-undangan di Indonesia.
Setelah disahkan DPR, undang-undang hanya bisa dibatalkan dengan judicial review atau menggunakan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu). Namun untuk Perppu ini, kecil kemungkinannya atau bahkan tidak mungkin terjadi, mengingat Jokowi sendiri yang menginginkan adanya Omnibus Law itu. Bahkan, Jokowi juga sudah menyampaikan hal itu secara gamblang.
Untuk itu, Ganjar mengajak buruh berpikir logis. Daripada demo, berkerumun yang bisa membahayakan bahkan menyebabkan ketegangan, lebih baik buruh fokus untuk mengajukan judicial review ke MK atau berkonsolidasi menyusun masukan kepada Presiden dalam penyusunan PP dan Perpresnya. Langkah yang elegan, namun tepat sasaran.
Apalagi, sampai saat ini, keberadaan draft resmi Undang-Undang Omnibus Law juga masih simpang siur. Buruh yang turun ke jalan, pemerintah daerah yang didemo, sama-sama belum mendapat salinan draft undang-undang itu. Demo-demo yang berlangsung selama ini, hanya berlandaskan informasi sepihak dan banyak yang mengandung unsur hoaks.
Lalu apa yang ditolak? Itu juga yang masih membingungkan. Saat gubernur lain dengan lantang menolak, patut diduga mereka menolak sesuatu yang belum pasti.
Selain itu, penolakan para gubernur di daerah terkait undang-undang Ciptakerja juga sangat aneh. Bagaimana tidak, undang-undang ini memiliki semangat untuk memajukan Indonesia. Sejumlah kerumitan peraturan dipangkas, kemudahan-kemudahan diberikan. Mungkin mereka lupa, tak hanya soal tenaga kerja, undang-undang ini juga mengatur bagaimana meningkatkan investasi, perlindungan pada pelaku usaha kecil dan persoalan lain yang bisa menguntungkan daerah. Jadi, aneh jika para gubernur itu dengan gampang menolak undang-undang Ciptakerja hanya karena desakan buruh belaka.
Ganjar sepertinya paham betul akan hal itu. Makanya, ia lebih elegan menghadapi gelombang demonstrasi yang terjadi. Gaya santai dan elegan Ganjar inilah yang menjadi faktor penentu kondusifitas Jawa Tengah. Bahkan, pegiat media sosial, Denny Siregar secara khusus memberikan salam hormat untuk Ganjar Pranowo.
Denny menilai, Ganjar tak perlu bermuka dua dengan berkirim surat kepada Presiden seolah-olah menyampaikan aspirasi buruh atau mendesak Jokowi menunda undang-undang Ciptakerja.
"Ganjar tahu bagaimana menangani situasi di daerahnya sendiri dengan elegan," begitu katanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H