Istri saya tentu kecewa. Bukan hanya karena anak tak suka, sepertinya dia menyadari bahwa tadi di toko mainan, kami berdebat hanya untuk hal yang sia-sia. Tak ingin membuatnya berlarut, saya mencoba menghibur dengan membungkus kembali mainan itu dan saya taruh di atas lemari.
"Mungkin nanti kalau dia sudah agak dewasa lagi, dia suka mainan ini. Kan bisa dikado pada ulang tahunnya yang ke 6, 7 atau 8 nanti," hibur saya.
Akhirnya, terpaksa kami balik lagi ke toko mainan, dan membelikan truk pemadam kebakaran yang saya pilih sebelumnya. Dan benar saja, ketika diberikan, anak saya begitu menyukainya. Ia langsung membuka dan memainkannya dengan ceria.
Sebagai orang tua dengan anak tunggal, tentu saya dan istri belum begitu pengalaman dalam hal mengurus anak. Ternyata, teori-teori psikologi perkembangan anak yang selama ini kami pelajari, tak mudah diterapkan dalam kehidupan nyata.
Memang terkadang, sebagai orang tua kita berharap banyak pada anak. Padahal tentunya, itu bukanlah sikap yang bijak. Karena sejatinya, orang tua yang baik adalah yang selalu mendampingi, membimbing dan mensuport pertumbuhan anaknya. Mengarahkan anak pada hal yang menunjan masa depannya memang penting, tapi bukan dengan cara yang memaksa. Semuanya harus dilakukan dengan perlahan, dengan pemikiran waktu yang tepat.
Sedih juga melihat anak-anak yang masa kecilnya kurang menyenangkan, saat ini. Mereka dipaksa sekolah, belajar, les dan lainnya demi memenuhi keinginan orang tua yang selalu berharap perfeksionis pada anak. Padahal, mereka sejatinya ingin bermain bebas dan mengekspresikan keceriannya.
Betapa kita selama ini telah kejam merenggut kebahagiaan mereka? Atau memang ini harus dilakukan demi menyiapkan masa depannya? Entahlah...
Mungkin tidak sedikit dari pembaca yang mengalami hal serupa. Tapi setidaknya, kisah saya ini menyadarkan, bahwa anak kita, memiliki dunianya sendiri. Biarkan dia tumbuh dengan dunianya itu, dan menikmati masa kecilnya yang selalu indah. Itu sudah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H