Berdiam diri di rumah agar tidak tertular covid-19 ternyata bukan pilihan Ganjar Pranowo. Saat tidak banyak Gubernur lain berani mengambil resiko itu, orang nomor satu di Jawa Tengah itu justru rajin blusukan ke tempat-tempat kerumunan warga seperti pasar, mall, pabrik, kampung-kampung dan tempat umum lainnya. Tak pernah lelah, ia selalu mengedukasi warga secara langsung untuk menaati protokol kesehatan, tanpa sedikitpun rasa takut tertular.
Keberanian Ganjar ini ternyata diapresiasi masyarakat. Buktinya, saat sejumlah lembaga survei melakukan jajak pendapat tentang bursa calon presiden 2024, tingkat elektabilitas politisi PDI Perjuangan itu terus melejit.
Lembaga survei Cyrus Network misalnya, dari hasil jajak pendapat terkait simulasi bursa calon presiden 2024 pada bulan Maret 2020, elektabilitas Ganjar Pranowo lebih tinggi dari kepala daerah lainnya, sebut saja Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil maupun Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Dalam survei itu, Ganjar mendapat dukungan 13,2 persen, Anies Baswedan 13 persen, Ridwan Kamil 8,2 persen dan Khofifah 5,8 persen.
Disusul kemudian Lembaga Survei Indikator Politik, yang juga sama menyebut elektabilitas pria yang identik dengan rambut putih itu terus melejit. Dari semula 9,1 persen di bulan Februari, naik menjadi 11,8 persen di bulan Maret.Â
Sementara lembaga survei New Indonesia Research & Consulting menyebut Ganjar menjadi tokoh yang dinilai paling tepat maju sebagai Capres dengan hasil survei 23 persen. Sementara kandidat lain seperti Ridwan Kamil hanya mendapat 16,8 persen dan Anies Baswedan sebesar 8,1 persen.
Hasil survei Saiful Mujani Research Center (SMRC) juga tak jauh berbeda. Meski riset dilakukan untuk mengetahui siapa kepala daerah yang paling tanggap dalam menghadapi covid-19, namun perolehan survei Ganjar melesat di angka 73 persen. Capaian itu bahkan mengalahkan tingkat kepercayaan publik kepada Presiden Joko Widodo dalam penanganan covid-19, yakni hanya sebesar 52 persen.
Bahkan yang terbaru, survei dari Indikator Politik menunjukkan elektabilitas Ganjar naik pesat di angka 16,2 persen di bulan Juli. Angka itu jauh mengungguli kandidat terkuat lainnya seperti Anies Baswedan sebesar 15 persen dan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto sebesar 13,5 persen.
Apa sih yang dilakukan Ganjar?
Penulis mencoba mengulik langkah Ganjar dalam strategi menangani wabah covid-19 di Jawa Tengah. Ketika awal virus merebak dan daerah lain belum serius menyiapkan anggaran penanganan wabah, Ganjar sudah melakukan refocusing dan realokasi anggaran sebesar Rp1,4 triliun dari anggaran APBD yang hanya Rp28 triliun, khusus untuk penanganan covid-19.
Angka Rp1,4 triliun itu menjadi angka terbesar yang dikeluarkan pemerintah daerah saat itu. Awal bencana ini muncul di Indonesia sekitar Maret 2020, Pemprov DKI Jakarta dengan APBD Rp87,9 triliun hanya mengganggarkan Rp130 miliar untuk penanganan covid-19. Sementara Jawa Barat dengan APBD Rp46 triliun, hanya menganggarkan Rp500 miliar.Â
Meski selanjutnya, anggaran covid di daerah-daerah itu meningkat drastis melebihi Jawa Tengah setelah presiden Joko Widodo meminta kepala daerah serius dalam melakukan refocusing dan realokasi anggaran.
Tak hanya soal anggaran, langkah humanis Ganjar dalam mengedukasi masyarakat untuk sadar dalam penerapan protokol kesehatan juga menjadi daya tarik tersendiri.Â
Tanpa rasa takut, setiap hari selama pandemi, Ganjar gowes ke tempat-tempat kerumunan warga untuk mengedukasi, mulai pakai masker, jaga jarak dan cuci tangan pakai sabun. Filosofi yang diambilnya pun sederhana, 'kamu tetap di rumah, biar kami yang bekerja untuk kamu'.
Ia bahkan terjun sendiri ketika ada tenaga medis yang mendapat perlakuan tidak menyenangkan oleh masyarakat. Ketika ada jenazah salah satu perawat yang meninggal dan pemakamannya ditolak warga di Kabupaten Semarang, Ganjar langsung menelpon pemerintah setempat dan juga warga yang menolak untuk melakukan edukasi dan mencarikan solusi. Efek kejut diberikan, dengan menggandeng aparat penegak hukum untuk memproses penolak pemakaman itu.
Untuk mengantisipasi hal serupa, Ganjar menjadi satu-satunya Gubernur yang menyiapkan Taman Makam Pahlawan untuk memakamkan para pahlawan covid-19 yang gugur saat menjalankan tugas.Â
Meski ada pula yang nyinyir, namun langkah itu diapresiasi banyak pihak. Pun saat ada perawat yang diusir dari tempat kos-kosan di Solo, ia langsung menelpon sang perawat serta ibu kosnya sehingga persoalan langsung beres.
Penanganan medis juga menjadi fokus utama Ganjar. Ia dengan sigap menyiapkan 58 rumah sakit rujukan untuk penanganan covid-19. Sejumlah laboratorium tes PCR juga dipastikan beroperasi dengan penambahan sarana prasarana serta sumber daya manusianya. Kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) yang sempat membuat tenaga medis khawatir karena langka dan mahal, tidak terjadi di Jawa Tengah.Â
Dengan kelihaiannya, Ganjar menggerakkan sektor UKM untuk membuat APD yang tentunya sesuai standar pemerintah. Belum lagi, sumbangan dari perusahaan dan filantropi terus mengalir ke Jawa Tengah, sehingga kebutuhan-kebutuhan itu terjamin stoknya hingga saat ini.
Dari sisi bantuan sosial, sepertinya hanya Ganjar yang paling perhatian dengan warganya. Selain sejuta lebih warga Jateng yang mendapat bantuan sosial berupa sembako, ia juga rajin sepedaan keliling ke asrama-asrama mahasiswa luar Jawa Tengah untuk memastikan mereka aman. Tentunya, dengan buah tangan, berupa bahan sembako untuk mahasiswa-mahasiswa luar daerah itu untuk mampu bertahan.
Satu lagi, sepertinya hanya Jawa Tengah, yang memastikan warganya yang merantau di Jabodetabek tetap aman dengan pengiriman sembako, ketika daerah-daerah itu dikunci dengan pemberlakuan PSBB. Tercatat, sebanyak 27.699 warga Jawa Tengah yang ada di Jabodetabek telah menerima bantuan sembako dari Ganjar yang dibagikan melalui PT POS.
Hebatnya lagi, sembako-sembako yang dibagikan Ganjar, baik untuk warga Jawa Tengah maupun perantauan di Jabodetabek dibeli dari warung rakyat dan BUMDes. Semua paket sembako itu, bukan dibeli dari para tengkulak dan pengusaha besar. Bak pepatah mengatakan, sekali mendayung, dua tiga pulau terlampau. Warga yang kesulitan mendapatkan bantuan paket sembako, sementara ekonomi pemilik warung kecil dan BUMDes tetap bisa berputar.
Tentunya masih banyak yang dilakukan pria yang identik dengan rambut putihnya itu dalam penanganan pandemi. Termasuk bagaimana ia menggerakkan kearifan lokal masyarakat dengan program Jogo Tonggonya yang menasional.Â
Namun setidaknya, apa yang ada di atas ternyata cukup membuat masyarakat puas dengan kinerjanya. Hasilnya, banyak yang percaya pada Ganjar dan saat diminta menjadi responden survei, mereka mantap memilih Ganjar.
Alih-alih senang dengan hasil survei-survei itu. Dalam beberapa kesempatan diwawancarai media, Ganjar justru tidak tertarik dengan elektabilitasnya yang terus menanjak itu.
"Saya sebenarnya tidak terlalu tertarik untuk membicarakan soal survei," kata Ganjar.
Menurutnya, perbincangan tentang survei tidak etis dilakukan dalam masa-masa seperti ini. Lebih baik menurutnya, fokus diutamakan pada penyelesaian pandemi yang masih menunjukkan tren kenaikan.
"Biarlah survei menjadi diskursus publik. Saya lebih menyiapkan diri untuk urusan penyelesaian covid-19. Itu jauh menjadi perhatian saya. Jadi yang survei biarkan survei begitu, saya mengurusi yang ini saja," ucapnya.
Pernyataan itu selalu diucapkan Ganjar setiap awak media meminta komentarnya terkait survei. Tak hanya sekali, namun berulang-ulang. Seolah ia ingin menegaskan, bahwa masih ada urusan yang lebih penting dibanding elektabilitas politik saat ini, yakni bagaimana caranya agar dampak pandemi covid-19 tidak semakin meluas.
Sebuah sikap yang patut ditiru para kepala daerah lain. Karena kata Gus Dur, yang lebih dari politik adalah kemanusiaan. Begitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H