Ingatkan mereka bahwa kamu ada untuk membantu, dan ketika mereka berbagi saat-saat sulit, kamu akan bekerja sama untuk menentukan solusi yang tepat untuk masalah tersebut.
3. Tanamkan rasa berani pada anak
Anak-anak perlu tahu bahwa itu bukan kesalahan mereka karena diintimidasi. Pengganggu sering kali mencoba untuk mengendalikan atau menanamkan rasa takut untuk mendapatkan perasaan berkuasa.Â
Masalah umum ketika intimidasi terjadi adalah reaksi kawanan, di mana anak-anak lebih cenderung berpihak pada pengganggu karena takut diintimidasi sendiri.Â
Pastikan anak  memahami bahaya dari perilaku ini dan ajari mereka untuk tidak menambahkan ketika seseorang ditindas. Bicaralah dengan mereka tentang keberanian yang diperlukan untuk menghadapi orang-orang dalam situasi stres dan tanyakan apakah mereka pernah melihat orang lain diganggu sebelumnya dan seperti apa pengalaman itu bagi mereka.
4. Latih tanggapan yang sesuai pada anak
Satu hal yang tidak dimiliki anak-anak adalah pengalaman hidup. Kebanyakan orang dewasa tidak mengalami bullying dengan cara yang sama seperti yang dialami anak-anak karena kita mengerti kapan harus pergi dan bagaimana meredakan situasi.Â
Misalnya, jika kamu membuka percakapan lebih awal, kemungkinan besar anak akan datang kepada orang tua jika ada masalah. Ketika anak-anak dihina atau diejek, mereka sering merasa tercengang dan kesulitan memberikan tanggapan yang tepat saat itu.Â
Dibekali dan diajarkan dengan beberapa kalimat yang dapat membantu anak-anak agar tidak menyerang atau meningkatkan situasi yang buruk. Ini juga dapat membantu untuk mengidentifikasi orang lain yang aman (selain ibu dan ayah) yang dapat diajak bicara oleh anak untuk mendapatkan dukungan ketika mereka jauh dari rumah.
5. Ajarkan membangun persahabatan yang baik
Memiliki ikatan sosial yang kuat merupakan strategi yang efektif untuk mengurangi bullying. Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika para pengamat menyuarakan ketidaksetujuan terhadap intimidasi, situasi seringkali dengan cepat menyebar.Â