Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

"Cry it Out Method", Membiarkan Anak Menangis yang Bisa Berujung Fatal

20 Januari 2023   15:38 Diperbarui: 21 Januari 2023   08:12 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak menangis (Shutterstock/PAULAPHOTO)

Sumber: Suara.com
Sumber: Suara.com

Ada banyak hal yang dapat terjadi dan berbahaya apabila orangtua membiarkan anak menangis. Namun, dalam bukunya, Erica menjelaskan ada dua hal yang paling umum dapat terjadi. Pertama, anak akan mengalami depresi dan merasa jauh secara emosional dengan sosok orangtuanya. 

Kita sepakat, kalau anak atau kita sebut saja bayi, ketika mereka kesulitan atau kesusahan maka hal pertama yang akan mereka lakukan adalah menangis. Ketika dengan menangis biasa tidak ada respon dari orangtua, biasanya mereka akan semakin menangis lebih keras hingga menjerit. Ketika dengan menjerit tetap tidak membuahkan hasil, maka bayi biasanya akan terdiam.

Banyak dari orangtua yang percaya kalau diamnya bayi tadi adalah bermakna mereka telah berhasil membuat bayi mereka mengatasi rasa frustasi lalu memilih untuk tidur. Tetapi sebenarnya, hal ini sama sekali keliru. Hal yang terjadi sebenarnya adalah bayi telah menyerah dan menyadari kalau ibu atau orangtuanya tidak ada di situ. Bahkan, kalau hal ini terjadi di kereta seperti yang aku alami dan tidak ada orang lain yang berinisiatif untuk menenangkan mereka, maka bayi itu akan beranggapan kalau tidak ada sama sekali orang di lingkungan itu yang peduli dengan keadaan dan perasaan mereka lalu berusaha untuk menghibur baik pada saat itu atau akan terjadi di masa depan.

Hal ini akan terlihat pada perubahan sikap bayi setelahnya di mana bayi biasanya akan sama sekali seolah tidak memiliki kelekatan dengan orangtua dan memilih untuk bersikap defensif. Hal ini terjadi karena bayi atau anak secara naluriah akan beranggapan bahwa lingkungannya tidak akan memenuhi kebutuhan mereka dan mereka harus memenuhi kebutuhan mereka sendiri. 

Tentu saja, aku yang mengetahui hal ini, ketika menghadapi situasi sebenarnya di depanku saat itu tidak ingin hal itu terjadi. Karena bagaimanapun juga, keamanan secara emosional adalah dasar dari semua hal baik yang akan bayi atau anak lakukan sepanjang hidup mereka. Sederhananya, jangan sampai terjadi ketika anak telah dewasa dan sama sekali tidak peduli dengan orangtuanya karena memiliki luka batin ketika mereka kecil merasa orangtuanya tidak pernah ada dan peduli dengan mereka.

Hal kedua yang bisa terjadi adalah anak biasanya akan menjadi sangat waspada bahkan cenderung cemas. Maksudnya, ketika orangtua meninggalkan bayi atau anaknya dalam kesusahan tanpa berusaha untuk mengatasinya, maka yang terjadi dalam diri anak dari sisi kesehatan adalah otak kanan anak juga tidak mampu mengatasinya. 

Ketika hal itu terjadi, otak akan menghasilkan kortisol atau hormon stres. Kortisol sendiri bukan sesuatu yang sehat baik secara fisik atau emosional. Jika  bayi mengalami kortisol secara berlebihan, maka mereka akan mengalami apa yang kita sebut dengan keadaan cemas di mana sebenarnya mereka berharap bahwa lingkungannya tidak akan memenuhi kebutuhan mereka dan berakibat anak akan ketakutan atau dalam beberapa kasus anak menjadi lebih hiperaktif.

Kembali lagi ke responku setelah Ibu di kereta tadi mengatakan kalau aku tidak perlu menghibur atau mengalihkan perhatian anak agar anak diam, atau aku diminta untuk membiarkan anak menangis saja saat itu, aku spontan memang langsung berhenti tapi tanganku tetap aku gunakan untuk mengusap kepala dan sesekali punggung anak setidaknya aku tidak menenangkan anak hanya dengan verbal.

Sebenarnya, saat itu aku juga ingin menangis. Bukan karena perkataan Si Ibu yang melarang aku untuk menenangkan Si Anak, tapi melihat Si Anak yang sambil menangis terus menatap ke arahku padahal aku tidak mengajaknya bicara. Aku seolah ditamparkan realita bahwa benar adanya pendidikan menjadi orangtua perlu sesederhana bagaimana cara yang harus dilakukan ketika anak menangis masih banyak yang mengetahui di luar sana.

Setelah aku rasa Si Anak tenang, akhirnya ia diam. Ketika diam, aku mencoba untuk mengajaknya mengobrol dan menceritakan sebuah dongeng sederhana. Aku mencoba untuk izin ke Si Ibu apa boleh mengajak anaknya mengobrol, katanya tidak apa karena Si Anak sudah tak lagi menangis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun