Bahkan World Bank yang juga berperan penting dalam pembiayaan institusi internasional berbagai negara termasuk Indonesia juga membantu untuk terlaksananya berbagai program-program penting dimana salah satunya bidang pendidikan juga mengemukakan fakta yang serupa.
Tidak berbohong, aku bahkan merasa aku masih menjadi bagian dari anak Indonesia yang masa kecilnya hingga saat ini sepertinya cukup kesulitan untuk membaca dan memahami tulisan namun dalam Bahasa Inggris. Dari empat kemampuan yang diujikan dalam tes kemampuan bahasa asing, bagian reading atau membaca adalah yang aku rasa masih sangat lemah.Â
Tentu saja fakta ini membuatku kaget. Jauh berbanding terbalik dengan kondisiku sebagai seseorang yang juga menekuni bidang pendidikan itu sendiri. Â Aku harap, kamu tidak termasuk menjadi bagian seseorang yang juga kesulitan untuk memahami sebuah bacaan atau cerita sederhana ya.
Well, Indonesia tidak tinggal diam kok setelah mengetahui fakta ini, melalui Menteri Pendidikan, masalah ini pelan-pelan diperbaiki. Terhitung sejak tahun 2000, terdapat peningkatan partisipasi anak sekolah sebagai 10 juta siswa dimana hal ini berpengaruh pada peningkatan skor rata-rata matematika yang dicatat oleh Programme for International Student Assesment (PISA) antara tahun 2003 hingga 2015.Â
Pencapaian besar ini masih terus berlanjut hingga saat ini 2022 dibantu oleh banyaknya organisasi pemuda dan pendidikan di Indonesia yang bekerjasama membantu pemerintah dengan melaksanakan berbagai kegiatan dengan mengusung semangat mewujudkan SDGs ke-4 yaitu Education for All.Â
Lalu, apakah ini sudah cukup? Tentu tidak. Pak Ahmad mengemukakan bahwa program yang dilaksanakan oleh pemerintah, sekolah, atau masif diadakan oleh organisasi atau komunitas itu belum mencapai sasaran yang merata. Kalau diminta menawarkan solusi paling tepat mengatasi learning poverty sendiri adalah membudayakan literasi dari lingkup paling sederhana yaitu keluarga dan pertemanan.Â
Sama halnya seperti apa yang dilakukan Pak Ahmad sore itu, meski menemani cucunya bermain sepeda, ketika cucunya lelah dan beristirahat, Pak Ahmad akan membacakan cucunya sebuah cerita sembali diselangi canda. Satu hal lagi manfaat dari sering membaca dan bercerita menurutnya, yaitu biar tidak demensia dan awet muda.
Kalau dirangkum, selain menerapkan budaya literasi dimulai dari keluarga, aku juga memiliki beberapa opsi cara yang dapat kamu lakukan yaitu,
Pertama, Membaca dengan seksama dan mengulang bila kurang paham.
Salah satu kesalahan dalam penerapan budaya baca bagi anak-anak adalah dilihat dari jumlah bacaan yang telah diselesaikan. Namun, ketika ditanya hasil dari apa yang mereka baca, anak cenderung bingung dan tidak mengetahui isi bacaan mereka. Hal ini terjadi karena anak tidak dibiasakan untuk membaca dengan seksama dan mengulang bacaan atau bertanya apabila ada hal yang kurang mereka pahami terkait bacaan mereka.Â
Tidak ada salahnya sebenarnya memiliki keterampilan membaca cepat, atau yang biasa kenal dengan skimming, namun aku rasa hal ini kurang tepat bila diterapkan dalam semua waktu membaca dan pada usia anak-anak. Kalau mau menerapkan ini, pas ujian aja deh sepertinya karena berpacu dengan waktu pengerjaan.