Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tentang Aku dan Delapan Bulan Terakhir

18 Juni 2022   12:03 Diperbarui: 18 Juni 2022   13:14 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Kegiatan Jumat Berkah-Berbagi nasi bungkus kepada masyarakat sekitar

"Time is the coin of your life. It is the only coin you have, and only you can determine how it will be spent. Be careful lest you let other people spend it for you."

-Carl Sandburg

Ah, rindu sekali rasanya menumpahkan segala apa yang ada di pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan. Pagi ini, kembali aku buka laman Kompasiana yang ternyata sudah cukup lama juga aku tak singgah. 

Delapan bulan terakhir, begitu banyak hal terjadi dalam kehidupanku. Menjadi mahasiswa semester akhir yang disibukkan dengan berbagai kegiatan dan pengharapan membuat diri ini tak memiliki kesempatan untuk menulis dan bertukar pikiran. Delapan bulan terakhir, adalah titik balik untuk diriku mengenang sudah sejauh mana aku melangkah dan mengukir pencapaian. 

Pencapaian yang diukir tak hanya untuk diriku seorang, namun juga memberikan dampak bagi orang-orang sekitar. Menghilang sejenak dari menulis disini setidaknya memberikan ruang bagiku untuk lebih melibatkan diriku dalam masyarakat dan mempersiapkan diri untuk mengejar apa-apa saja yang aku cita-citakan. 

Baiknya, aku berniat untuk berbagi sedikit mengenai apa yang terjadi pada kehidupanku dalam delapan bulan terakhir setidaknya agar kamu yang berkesempatan membaca tulisan ini dapat mengambil hikmah dan lebih memaknai setiap waktu dalam usia yang Tuhan berikan kepadamu sudah seberapa jauh kamu manfaatkan dan pergunakan.

Pertama, menyelesaikan studi.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Hai, apabila kamu adalah seorang mahasiswa semester akhir laiknya diriku delapan bulan yang lalu atau bahkan sekarang masih disibukkan dengan mengerjakan tugas akhir sebagai syarat menyelesaikan studi, bersemangatlah. Tentu saja tidak mudah. 

Dulu, ketika aku masih berstatus sebagai seorang mahasiswa baru, seringkali aku mendengar kakak tingkat mengatakan bahwa "Sensasi menjadi mahasiswa itu akan paling terasa ketika sudah berada di semester tua". 

Well, awalnya aku tidak paham akan makna kata-kata itu. Namun, ternyata benar adanya. Mengerjakan skripsi atau tugas akhir begitu menguras pikiran dan tenaga rupanya. Namun, sulit bukan berarti tidak bisa. 

Dalam delapan bulan terakhir, aku gunakan sekitar 5 bulan untuk benar-benar menyelesaikan studi dan bebas dari bayang-bayang penelitian. Tepatnya, bulan Oktober aku melaksanakan Seminar Proposal, November melakukan penelitian di lapangan, Desember-Januari untuk olah data penelitian, awal Februari aku melaksanakan Sidang Skripsi dan akhirnya dinyatakan lulus pada bulan Maret 2022. Dari 5 bulan yang begitu padat itu aku begitu banyak belajar. Mungkin, akan coba aku ceritakan lain kali.

Kedua, melakukan berbagai kegiatan kerelawanan.

Dokpri: Kegiatan Jumat Berkah-Berbagi nasi bungkus kepada masyarakat sekitar
Dokpri: Kegiatan Jumat Berkah-Berbagi nasi bungkus kepada masyarakat sekitar

Sungguh membosankan dan melelahkan rasanya apabila waktu di sisa perkuliahan hanya aku habiskan untuk penelitian tanpa sama sekali memberikan dampak positif bagi sekitar. Akhirnya, di sela kesibukan itu aku mencoba untuk mendaftar dan mengikuti berbagai kegiatan kerelawanan. Salah satunya, adalah menjadi relawan Tameem Care Indonesia di Kota Malang. 

Selama mengikuti program kerelawanan disini, banyak sekali pelajaran dan hikmah yang aku rasakan khususnya dalam memaknai rasa syukur dan bagaimana menjalani hidup yang seharusnya. Dimana, menjadi manusia tidak cukup rasanya apabila hanya cukup dengan dirinya sendiri tanpa peduli apakah ada saudaranya di luar sana yang kesusahan atau tidak.

Aku yang sering kali merasa kurang, tidak bijak dalam mempergunakan uang, atau bahkan sering lupa  akan kematian, menjadi sadar bahwa di luar sana masih begitu banyak orang yang tidak seberuntung diriku dan hidup dengan penuh kekurangan. 

Aku hanya berharap, kedepannya kegiatan seperti ini akan semakin menjamur dan banyak anak muda yang turun dan turut mengambil peran membantu sesama. Serta teruntuk kamu yang barangkali masih kebingungan untuk mengisi kegiatan dengan hal positif apa, cobalah untuk mendaftar atau aktif di berbagai kegiatan kerelawanan. 

Meskipun terkadang melelahkan dan tak dibayar, namun setiap senyuman dan doa yang ditujukan kepada kita atas apa yang kita lakukan itu sungguh merupakan puncak kebahagiaan yang tak dapat diuangkan dan dibandingkan. Kalau kamu penasaran bagaimana sensasinya, jangan pikir panjang dan jadilah seorang relawan!

Ketiga, berbagi ilmu dan pengalaman.

Aku bukan seorang penulis yang begitu mahir. Aku masih perlu banyak belajar dan mengembangkan pengetahuan. Jujur, aku cukup terkejut bahwa tulisan-tulisanku di Kompasiana beberapa kali dijadikan sebagai rujukan beberapa teman untuk mereka turut menulis atau bahkan menghibur mereka ketika tengah dipusingkan atas suatu keadaan. 

Beberapa orangtua juga mengatakan bahwa beberapa dari mereka mengetahui beberapa cara pengasuhan dari apa yang aku bagikan. Dari sana kemudian, aku menjadi sedikit dikenal sebagai seorang mahasiswa yang suka menulis dan membagikan tulisan khususnya berkenaan dengan topik pendidikan. Senang? Tentu saja. 

Dari sana kemudian beberapa tawaran untuk menjadi pembicara di beberapa kegiatan kepenulisan mulai berdatangan walaupun aku selalu menekankan bahwa aku bukanlah seorang penulis professional. Malu? Tentu tidak. 

Justru aku merasa bahagia karena telah diberikan ruang dan kesempatan untuk membagikan ilmu dan pengalaman yang aku miliki dan dapatkan selama memulai kebiasaan menjadi mahasiswa yang merangkap sebagai seorang penulis amatiran.

Namun, jujur saja cukup malu ketika aku diajak untuk mengisi kegiatan serupa belakangan ini sedangkan diri sendiri sama sekali tidak pernah mengirim tulisan baru dalam delapan bulan terakhir.

Keempat, mempersiapkan masa depan.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Well, yang satu ini bisa dikatakan adalah hal paling klise yang aku lakukan dalam delapan bulan terakhir. Klise namun juga hal paling berat dan menantang sebagai salah satu tujuan yang ingin segera aku wujudkan. Ada sebuah kata-kata bijak yang tertanam dalam pikirku, isinya seperti ini, "Goals without a plan is just a wish". Aku adalah seorang pemimpi.

Aku suka sekali bermimpi akan masa depan dan segala cita-cita yang ingin segera aku wujudkan. Namun, berani bermimpi itu artinya kita juga harus berani untuk mengatur cara bagaimana mimpi itu dapat kita wujudkan. 

Aku suka sekali melibatkan diriku dalam berbagai kerelawanan, pendidikan serta dunia anak-anak. Kalau boleh menggantungkan mimpi, aku ingin mengambil peran dan bekerja untuk UNICEF Indonesia di masa depan. Sebagai seorang sarjana pendidikan anak usia dini, aku merasa perlu untuk selalu mengembangkan ilmu dan pengalaman yang aku miliki sebagai bekal mengejar posisi yang aku cita-citakan tadi. 

Tentu saja, aku sebagai manusia hanya dapat berencana dan berusaha lantas Tuhan yang membantu menuntun dan mewujudkan. Itulah kenapa, usaha dan doa harus berjalan beriringan. Kalau kamu juga memiliki cita-cita yang sama dengan apa yang aku cita-citakan, semoga harapan itu dapat mendapatkan sebaik-baiknya perwujudan.

Delapan bulan terakhir, lama atau singkatnya ia adalah bergantung dari sisi sebelah mana kita memandang. Delapan bulan terakhir, bermakna atau tidaknya ia adalah bergantung dari sudah sejauh mana ia kita manfaatkan. 

Delapan bulan terakhir, aku berterima kasih kepada diriku sendiri yang telah mau berjuang walaupun begitu banyak tangis, tawa, resah, serta doa berselang dan tertuang. 

Untuk sekian banyak bulan kedepan hingga entah sampai kapan aku masih diberikan kesempatan untuk menggantungkan harapan dan berikhtiar mewujudkan, tetaplah menjadi sosok pembelajar yang tidak enggan untuk merasakan kegagalan. Tetaplah menjadi sosok perempuan pemimpi besar yang juga memiliki jiwa besar.

Sebuah tulisan dariku yang banyak belajar darimu, delapan bulan terakhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun