Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - MedPsych Student at VUW New Zealand | LPDP Scholarship Awardee

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Child Bribing vs Rewarding: Catatan Pengasuhan yang Perlu Orangtua Anggap Penting

17 Agustus 2021   06:27 Diperbarui: 19 Agustus 2021   01:41 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orangtua memberikan hadiah/reward pada anak| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

"Though the bribe be small, yet the fault is great"

-Edward Coke

Ada tidak sih dari kamu yang suka sekali dengan film berbau politik atau action? Salah satu adegan dalam sebuah film bergenre tadi pasti tidak akan asing dengan scene "menyuap" orang lain demi mencapai tujuan yang diinginkan. 

Awalnya, mungkin dari kita hanya menyangka penyuapan-penyuapan tadi hanya akan muncul dan memang muncul ketika berhubungan dengan dunia politik atau terjadi dalam film saja. 

Padahal, adegan suap-menyuap ini bisa saja terjadi begitu dekat dengan kehidupan kita, atau bisa jadi terjadi setiap hari dan kita tidak menyadari hal tersebut terjadi. 

Well, pada tulisan kali ini aku ingin sedikit membagikan fakta bahwa bisa saja kita sering menjadi pelaku penyuapan ini dan kita sendiri sebenarnya tidak sadar kalau kita sedang melakukannya dan orang lain menjadi korbannya. 

Siapa korbannya? Adalah anak kita sendiri. Aku akan mencoba mengungkapkan beberapa fakta bahwa kejadian seperti ini sangat perlu diluruskan dan dihilangkan dalam sebuah pengasuhan. 

So, kalau kamu penasaran mengenai tulisanku kali ini maka aku sarankan kamu untuk membaca tulisan ini hingga selesai agar kamu mendapatkan insight atas apa yang aku bagikan. 

Aku yakin, banyak dari kamu yang sudah pernah mendengar istilah "Rewarding" bukan? Sebagaimana kata ini yang diambil dari bahasa Inggris, pemaknaannya aku yakin banyak dari kamu yang sudah bisa mengetahui secara general maksud dari istilah yang satu ini. Atau secara sederhananya, maksud dari rewarding ini adalah

Pemberian hadiah dari orangtua kepada anak dikarenakan anak telah melakukan sebuah hal baik atau lainnya yang membuat ia mendapatkan apresiasi dari orangtuanya. 

Misalnya ketika anak mendapatkan prestasi baik di sekolah, maka ia diberikan reward berupa mainan di akhir semester. Pemberian hadiah ini tentu saja sangat disukai anak dan memacu anak untuk tetap menjaga prestasinya dan selalu bersikap baik. 

Namun ternyata, pemberian hadiah atau rewarding ini justru banyak orangtua yang salah dan justru terjebak dalam "Bribing" alias menyuap atau menyogok anak. 

"Ah, masa iya ada orangtua yang menyogok anaknya sih?"

Bila kamu meminta jawaban, maka aku akan jawab "Iya, banyak!" banyak sekali fenomena yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari mengenai hal ini. 

Memang, banyak dari para orangtua, terutama yang memang minim edukasi mengenai parenting atau pengasuhan terjebak mengenai hal ini dikarenakan ketidaktahuan serta kesulitan untuk membedakan antara rewarding dengan bribing.

Walaupun sebenarnya apabila diteliti lebih dalam, perbedaan yang ada tadi tidak akan membingungkan para orangtua. Itulah mengapa, dalam tulisan kali ini aku hendak sedikit menjelaskan mengenai perbedaan yang nyata antara rewarding vs bribing yang perlu untuk orangtua ketahui. 

Sumber: Meridian Magazines/Child bribes
Sumber: Meridian Magazines/Child bribes

Adapun perbedaan tersebut adalah sebagai berikut,

Pertama, alasan yang mendasari. 

Maksudnya bagaimana? Kita pasti tahu bahwa sejatinya sebuah hadiah atau reward diberikan untuk menimbulkan efek kejutan bagi anak. 

Misalnya, ketika orangtua dan anak tengah berjalan-jalan di pusat perbelanjaan lalu anak menginginkan sebuah mainan karena benar-benar menyukainya dan orangtua membelikan mainan tersebut sebagai bentuk hadiah karena anak telah berperilaku baik, maka itu disebut sebagai rewarding.

Lain halnya apabila ketika sedang berjalan-jalan lalu anak merengek hingga tantrum, lantas orangtua memberikan mainan dengan harapan anak harus tenang dan diam, maka itu adalah contoh dari bribing alias penyogokan. 

Dari sini saja, bisa kita lihat bahwa alasan yang mendasari rewarding dan bribing adalah berkebalikan, yakni positif dan negatif. 

Kedua, Bergantung pada suasana hati orangtua.

Kembali menilik contoh sebelumnya, maksud dari bergantung pada suasana hati orangtua di sini adalah tentu saja ketika alasan orangtua melakukan rewarding adalah menimbulkan perasaan positif, maka itu disebut sebagai rewarding. Pun sebaliknya, biasanya dilakukannya bribing terhadap anak adalah dibarengi dengan perasaan negatif pada orangtua. 

Bisa saja seperti orangtua bingung bagaimana untuk mendiamkan anak secara instan itulah mengapa kemudian menyogok anak dengan mainan, atau perasaan negatif lainnya. 

Ketiga, Berkaitan dengan perilaku anak

Seperti yang sudah aku mention di atas, biasanya pemberian reward ini dilakukan dikarenakan anak telah berbuat hal baik. Sedangkan apabila sebuah hadiah diberikan dikarenakan anak berlaku kurang baik atau dengan keinginan anak berlaku buruk tersebut, maka itu disebut dengan bribing. 

Orangtua telah menyuap anak apabila memang benar begitu. Sebenarnya banyak sekali contoh reward yang bisa orangtua berikan tanpa selalu memberikannya dalam bentuk barang, sebut saja pujian. 

Hal sederhana seperti ini juga penting untuk diberikan kepada anak ketika ia berperilaku baik. Dan nasihat yang mendidik apabila anak berperilaku yang kurang menyenangkan. 

Keempat, efek pada perilaku anak

Antara rewarding dan bribing memang memberikan dampak berupa motivasi dalam diri anak untuk mendapatkan hadiah tersebut lagi dan lagi. Namun, motivasi yang dibangun atas keduanya berbeda. 

Kalau rewarding, ketika anak diberikan hadiah karena telah berusaha keras belajar untuk mendapatkan prestasi, maka anak akan berusaha kembali untuk mempertahankan hal tersebut. 

Tentu itu merupakan hal baik, dan hadiah yang diberikan orangtua tak harus selalu barang juga kan, jadi masih aman apabila anak termotivasi akan hal tersebut.

Yang menjadi salah ketika kita terbiasa memberikan atau mengabulkan keinginan anak ketika anak berperilaku tantrum atau kurang baik, maka yang akan muncul dalam pikiran anak adalah "Ah, nanti kalau aku ingin sesuatu aku akan menangis lagi saja, toh Mama Papa akan mengabulkan permintaanku kalau aku melakukan hal ini." 

Bisa dilihat, motivasi yang dibangun dalam diri anak jelas berbeda dan ini tidak baik dalam pembentukan kepribadiannya. Karena terdapat kemungkinan anak juga akan menggunakan cara yang sama ketika berada di luar rumah, sebut saja di sekolah atau akan terbawa di dunia kerja hingga ia dewasa apabila orangtua benar-benar tidak menghentikan kebiasaan anak yang satu ini. 

Kalau memang sudah begitu, hal yang akan terus terjadi adalah orangtua akan selalu melakukan negosiasi dengan anak di setiap kali menginginkan sesuatu atau ingin anaknya melakukan sebuah hal yang diinginkan oleh orangtua. 

Terkadang suatu hal yang instant dirasa menyenangkan, padahal juga melenakan. Banyak dari orangtua yang kurang sabar dan kurang memiliki pengetahuan atas bagaimana cara membentuk dan membangun kebiasaan baik dalam diri anak yang justru membangun dengan tindakan kotor seperti bribing. Itulah mengapa, ketidaktahuan terkadang memang pintu kehancuran. 

Jadi, berulang kali aku mengingatkan kepada kamu yang membaca tulisanku bahwa selagi kamu belum menjadi orangtua, maka perbanyak pengetahuanmu dengan hal-hal yang bisa berguna ketika nantinya kamu berkeluarga dan memiliki anak. 

Atau apabila kamu sudah menjadi orangtua, maka perlu untuk kamu terus belajar karena mengasuh anak sifatnya berkelanjutan. 

Jangan sampai, anak menjadi tumbuh menjadi robot percobaan pengasuhan orangtua yang di dalam dirinya penuh dengan ketidaktahuan. Karena hal ini merupakan hal yang fatal dan perlu untuk diberikan perhatian. 

Terakhir, jangan sekali-kali untuk menyogok atau menyuap anak hanya agar anak tenang atau melakukan hal baik, karena seperti kutipan dari Robert Coke di awal tulisan ini, sekecil apapun suap yang dilakukan tadi, itu adalah kesalahan yang sangat besar. 

Terima kasih sudah membaca, semoga tulisan ini bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun