Dan memang berdasarkan data yang berada di dalam buku DSM-V, yaitu buku pedoman yang biasanya dijadikan acuan dalam ilmu kejiwaan dalam mendiagnosa sebuah gangguan mental atau kelainan pada manusia, echolalia ini sendiri masuk dalam salah satu gejala yang ada pada seseorang yang mengalami autisme.Â
Masih seputar anak autis juga, kita ketahui bersama bahwa kemampuan berbicara atau perkembangan bahasa pada anak autis memang bisa dikategorikan sebagai kurang baik. Di mana, terdapat banyak anak autis yang terhenti pada fase echolalia dan memang kesulitan dalam menggunakan bahasa sebagai bentuk komunikasi yang bermakna.Â
Echolalia atau pengulangan kata-kata atau kalimat pada anak ini dapat terjadi langsung ketika anak selesai mendengar sesuatu. Tetapi bisa juga dalam kurun waktu berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan setelahnya.Â
Salah satu kunci anak melakukan echolalia sebab anak mendengar sebuah hal yang baru dan membuatnya terkesan. Hanya saja yang membuat durasi atau jangka waktu anak melakukan echolalia ini sendiri adalah berdasar pada kepribadian serta kemampuan masing-masing anak usia dini yang berbeda-beda.Â
Pada contoh yang sering terjadi adalah kita seringkali mendengar seorang anak autis menirukan sesuatu yang ia dengar melalui TV, gawai, atau pada film yang ia tonton dan tak sengaja dengar.Â
Berdasarkan beberapa studi dikemukakan bahwa gangguan yang satu ini merupakan sesuatu yang kurang baik serta harus dihilangkan. Namun anggapan ini tak sepenuhnya diterima sebab ada salah satu studi yang membuktikan bahwa echolalia dapat juga memiliki fungsi dasar sebagai tanda proses belajar bahasa. Sebab, sebagaimana kita ketahui bersama, echolalia ini dapat membuktikan bahwa anak mampu untuk mengingat sesuatu atau ingat akan contoh percakapan sehingga diharapkan dapat menjadi kekuatan mereka sendiri.Â
Meskipun begitu, ada penelitian lain yang membenarkan bahwa echolalia juga memunjukkan masalah dalam aspek pembelajaran pada anak autis.Â
Diketahui bahwa anak autis mempelajari bahasa secara besar atau berupa kalimat bukan dengan kata per kata. Serta, anak autis juga kesulitan untuk dapat berpikir secara kreatif serta logis untuk dapat mengubah echolalia ini menjadi bahasa fungsional mereka sendiri.Â
Bisa kita ketahui bersama pula bahwa munculnya echolalia ini dikarenakan anak-anak tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan sederhana atau bahkan kompleks yang biasanya menyasar pada anak-anak. Karena hal tersebut kemudian echolalia muncul disebabkan oleh rasa stres yang dirasakan oleh anak atau ia yang tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Sehingga pada kasus yang terjadi, anak hanya akan mengikuti semua kalimat yang tadi ditujukan kepadanya atau mengulang kata-kata terakhir yang ditanyakan kepadanya.Â
Dalam hal ini, echolalia memiliki fungsi sebagai stimming kemudian anak tengah mencari keseimbangan sensorinya. Jadi, kita kemudian harus turut serta dalam hal memberikan perhatian terhadap fungsi dari echolalia itu sendiri.Â