Kemudian, Plotner akan semakin memperjelas kondisi penderitaanya. Nah, kalau sampai dalam kurun waktu 90 detik tak ada yang membantunya, maka ia akan mengambil tissue sendiri. Berdasarkan apa yang ditemukan dalam penelitian tersebut, ketika anak-anak lain yang hadir dan bersedia untuk membantu, anak-anak lain tidak bereaksi untuk mengambilkan tissue yang ia butuhkan.Â
Ketika ada anak-anak lain yang tidak membantunya, barulah ada anak lain mengambil tissue untuk membantunya. Anak-anak yang sendirian dengan peneliti di ruangan ternyata lebih cepat membantu daripada ketika mereka ditempatkan dalam ruangan yang sama dengan banyak anak lainnya.Â
Hal yang kemudian membuat hal ini menarik adalah anak-anak yang memang menjawab bahwa itu bukanlah tanggung jawab dari mereka untuk membantu Plotner ketika berada banyak orang di dalam ruangan. Dari studi atau penelitian ini kemudian dapat diambil kesimpulan bahwa meskipun anak-anak biasanya memiliki kecenderungan untuk membantu, namun dalam keadaan tertentu mereka menjadi enggan untuk melakukan hal tersebut.Â
Dari sini kemudian kita bisa ketahui mengenai besarnya peran orangtua dan guru untuk menanamkan pemahaman akan pentingnya berempati atas sebuah kejadian tak berbatas ketika ada orang atau dalam keadaan banyak orang sekalipun.Â
Sebab, yang namanya orang yang tengah membutuhkan pertolongan maka yang perlu kita lakukan hanyalan memberikan ia pertolongan. Nah, ini dia sedikit pembahasanku mengenai bystanders effect yang barangkali pernah kamu alami setidaknya satu kali dalam hidupmu atau kamu pernah mengetahui hal ini terjadi pada orang disekitarmu. Terima kasih sudah mampir membaca dan semoga tulisan ini bermanfaat. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H