Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Sering Overthinking, Ini Dia Gangguan Psikosomatis yang Rentan Serang Milenial

25 Mei 2021   15:07 Diperbarui: 26 Mei 2021   06:42 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pikirkan sesuatu seperlunya saja, kalau sudah jadi stres yang sakit tak akan hanya pikir dan hatinya. Namun, diri juga bisa sakit tanpa diduga." (Puja Nor Fajariyah)

Siapa sih yang gak pernah ngerasain stres? Sepertinya, khusus untuk manusia yang hidup di masa sekarang, dengan berbagai dinamika kehidupan yang ada memungkinkan stres menjadi sebuah hal yang lumrah untuk terjadi pada setiap orang. 

Awalnya memang hanya terjadi bermula, sebab terpikirkan mengenai suatu hal. Karena dipelihara, ujung-ujungnya yang sakit tak hanya pikir dan hatinya namun juga dirinya. 

Tentu saja kita perlu untuk berhati-hati mengenai hal ini. sebab, apabila gejala stres dibiarkan bukan tak mungkin akan menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan dan salah satunya adalah gangguan psikosomatis. 

Gangguan psikosomatis termasuk dalam sebuah golongan penyakit yang dapat bermunculan serta memperparah gejala akan keluhan fisik tertentu yang sudah dirasakan oleh tubuh sebelumnya. Contoh yang paling terjadi adalah gejala nyeri yang biasanya dirasakan oleh tubuh. 

Well, kali ini aku akan membahas mengenai psikosomatis ini secara lebih sederhana. Dengan harapan, nantinya kamu dapat mengetahui dan paham bagaimana harus mengambil sikap atas hal ini. 

Jadi, kalau kamu penasaran mengenai tulisanku kali ini, aku harapkan kamu membaca tulisan ini hingga selesai agar kamu mendapatkan insight atas apa yang aku bagikan.

Berbicara mengenai psikosomatis, kita harus kembali pada asal katanya terlebih dahulu. Psikosomatis ini terdiri atas dua kata, yaitu Psyche yang bermakna pikiran dan Soma yang memiliki arti tubuh. 

Sedangkan, gangguan psikosomatis sendiri merupakan penyakit yang melibatkan keduanya, yaitu pikiran dan tubuh. Maksudnya, pikiran ini memengaruhi tubuh sehingga mengakibatkan munculnya sebuah penyakit yang membuat keadaan menjadi lebih parah. 

Dari sini kita juga ketahui bahwa istilah gangguan psikosomatis sendiri digunakan dalam hal menyatakan keluhan fisik yang diduga disebabkan atau menjadi semakin parah sebab faktor psikis atau mental seseorang. Nah, yang dimaksud kondisi mental ini adalah perasaan stres atau rasa cemas seseorang tadi. 

Kalau menilik dalam istilah yang ada dalam ilmu psikologi sendiri, psikosomatis ini adalah kondisi yang dapat berakibat rasa sakit serta masalah pada fungsi tubuh, meskipun tak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan penunjang lain yang biasa dilakukan, sebut saja tes rontgen atau tes darah terhadap seseorang. 

Kita juga mengetahui bahwa pikiran seseorang dapat mengakibatkan munculnya gejala atau perubahan fisik atas seseorang tadi. 

Kalau melihat pada contoh yang ada adalah, ketika seseorang merasa cemas, maka tanda-tanda tubuh yang biasanya mengikuti orang tersebut adalah denyut jantung yang berdetak cepat atau berdebar-debar, cemas, mual, ataupun gejala yang muncul pada fisik lainnya. 

Dari gejala fisik yang aku sebutkan barusan, ini terjadi dikarenakan meningkatnya aktivitas listrik atau impuls saraf dari otak ke berbagai bagian tubuh. Juga, karena pelepasan zat adrenalin atau epinefrin yang masuk ke dalam aliran darah. 

Nah, itu dia alasan mengapa kemudian ketika seseorang tengah banyak pikiran, ia larut atas hal tersebut, badannya juga ikut menjadi sakit semua atau menimbulkan gejala sakit yang konstan. 

Kalau menilik berdasarkan alasan persis mengenai bagaimana cara pikiran bisa menyebabkan gejala tertentu dan berpengaruh atas penyakit fisik seperti halnya ruam kulit atau darah tinggi belum dapat diketahui dengan jelas. 

Ilustrasi Psikosomatis | Sumber: Halodoc
Ilustrasi Psikosomatis | Sumber: Halodoc
Namun pada dugaannya, ini adalah peran dari impuls saraf yang arahnya menuju bagian-bagian tubuh atau otak sehingga memengaruhi sel-sel tertentu dalam sistem kekebalan tubuh. Tetapi, karena masih dugaan, maka keseluruhan mengenai hal ini belum dapat dipahami dan diyakini dengan benar. 

Saat yang mengambil peran dalam munculnya sebuah penyakit adalah kondisi mental, maka penyakit yang muncul itu sendiri tak dapat ditemukan atau dideteksi secara fisik atau mengeluh sakit yang tak sesuai dengan gejala yang biasa muncul, maka ini dikategorikan dalam beberapa gangguan psikosomatis. 

Keluhan psikosomatis ini terkadang memang begitu sulit untuk dapat dikenali, baik oleh si penderita atau bahkan dokter yang bertugas untuk menangani. Sebab tak semua gangguan psikosomatis menunjukkan tanda dan gejala yang spesifik. Tetapi ada satu hal yang pasti, yaitu gangguan ini dapat menyebabkan masalah yang nyata terhadap penderita begitupun juga orang-orang yang ada di sekitar penderita. 

Karena ini termasuk dalam sebuah gangguan, maka kamu pasti akan bertanya mengenai bagaimana cara yang tepat untuk dapat menangani hal ini bukan? 

Well, pada gangguan psikosomatis sendiri dapat diringankan atau diatas dengan beberapa metode pengobatan serta terapi. 

Salah satu terapi yang biasanya disarankan dan dilakukan oleh dokter adalah terapi kognitif. Bisa juga dengan melakukan psikoterapi, bermeditasi atau relaksasi, hipnoterapi, bahkan dengan menggunakan sebuah terapi listrik yang lebih dikenal dengan istilah transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS). 

Bisa juga dengan melakukan fisioterapi serta mengonsumsi obat-obatan seperti antidepresan atau obat penghilang rasa sakit yang diresepkan dokter. 

Ingat, segala hal yang berhubungan dengan tipe pengobatan ini dapat kamu lakukan ketika kamu sudah melakukan konsultasi dan mendapatkan diagnosis oleh profesional ya. 

Jadi, penanganannya tidak bisa sembarangan. Sebab, khawatir bukannya sembuh tapi justru akan semakin parah apabila kamu berbekal dengan melakukan self-diagnosis atas kondisi mental dan dirimu. Alih-alih tepat, kamu justru menjadi semakin tersesat tanpa kamu sadari. 

Dari berbagai tipe pengobatan di atas, aku ingin memberikan contoh salah satu, yaitu pada terapi kognitif perilaku. 

Pada metode terapi tersebut, biasanya penderita gangguan psikosomatis akan diminta oleh dokter untuk mencari tahu hal apa saja yang akan memperburuk gejala yang ia alami. 

Nah, dari situ maka si penderita akan berpikir dan kalau berbicara mengenai efeknya, terapi ini dapat membantu meredakan pikiran yang berlebihan serta mengatasi perasaan serta perilaku yang memiliki kaitan dengan gejala penyakit yang sedang dialami oleh si penderita. 

Kalau melihat berdasarkan data yang ada, gangguan ini rentan untuk terjadi dan menyerang milenial. Bukan tanpa alasan, dengan tekanan quater life crisis serta berbagai permasalahan yang terjadi baik secara lokal maupun global menyebabkan banyak dari milenial sering berpikir mengenai sesuatu dengan berlebihan. 

Sebenarnya, kalau berpikir secara berlebihan yang dimaksud ini lebih mengarah pada critical thinking atau deeply thinking tidak ada salahnya, itu akan memicu kerja otak. 

Namun, yang menjadi masalah adalah ketika para millenial sering kali hanya overthinking atas sesuatu dan mengesampingkan permasalahan kesehatan mental. Yang ada tentu saja tidak menyelesaikan sama sekali apa yang sedang ia pikirkan justru kondisi pikir dan dirinya menjadi bermasalah. 

Adapun yang bertanggung jawab untuk menangani gangguan psikomatis ini adalah profesional yaitu psikiater. Dan memang tak jarang dalam hal penangannya, ia membutuhkan kolaborasi yang baik antara psikoterapi serta obat-obatan medis. 

Memang sih, gangguan psikosomatis ini tidak nampak secara fisik, namun pada kenyataannya gangguan ini menimbulkan keluhan yang nyata atas penderitanya. 

So, kalau kamu mengalami gangguan ini atau mengetahui seseorang yang mengalami gangguan ini maka aku menyarankan kamu untuk berkonsultasi dengan psikiater untuk mendapatkan penanganan yang tepat atas gangguan yang kamu alami. 

Nah, itu dia sedikit penjelasanku mengenai gangguan psikosomatis ini. Semoga kamu benar-benar mendapatkan insight atas apa yang aku bagikan. Terima kasih sudah membaca hingga akhir dan semoga tulisan ini bermanfaat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun