Salah satu terapi yang biasanya disarankan dan dilakukan oleh dokter adalah terapi kognitif. Bisa juga dengan melakukan psikoterapi, bermeditasi atau relaksasi, hipnoterapi, bahkan dengan menggunakan sebuah terapi listrik yang lebih dikenal dengan istilah transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS).Â
Bisa juga dengan melakukan fisioterapi serta mengonsumsi obat-obatan seperti antidepresan atau obat penghilang rasa sakit yang diresepkan dokter.Â
Ingat, segala hal yang berhubungan dengan tipe pengobatan ini dapat kamu lakukan ketika kamu sudah melakukan konsultasi dan mendapatkan diagnosis oleh profesional ya.Â
Jadi, penanganannya tidak bisa sembarangan. Sebab, khawatir bukannya sembuh tapi justru akan semakin parah apabila kamu berbekal dengan melakukan self-diagnosis atas kondisi mental dan dirimu. Alih-alih tepat, kamu justru menjadi semakin tersesat tanpa kamu sadari.Â
Dari berbagai tipe pengobatan di atas, aku ingin memberikan contoh salah satu, yaitu pada terapi kognitif perilaku.Â
Pada metode terapi tersebut, biasanya penderita gangguan psikosomatis akan diminta oleh dokter untuk mencari tahu hal apa saja yang akan memperburuk gejala yang ia alami.Â
Nah, dari situ maka si penderita akan berpikir dan kalau berbicara mengenai efeknya, terapi ini dapat membantu meredakan pikiran yang berlebihan serta mengatasi perasaan serta perilaku yang memiliki kaitan dengan gejala penyakit yang sedang dialami oleh si penderita.Â
Kalau melihat berdasarkan data yang ada, gangguan ini rentan untuk terjadi dan menyerang milenial. Bukan tanpa alasan, dengan tekanan quater life crisis serta berbagai permasalahan yang terjadi baik secara lokal maupun global menyebabkan banyak dari milenial sering berpikir mengenai sesuatu dengan berlebihan.Â
Sebenarnya, kalau berpikir secara berlebihan yang dimaksud ini lebih mengarah pada critical thinking atau deeply thinking tidak ada salahnya, itu akan memicu kerja otak.Â
Namun, yang menjadi masalah adalah ketika para millenial sering kali hanya overthinking atas sesuatu dan mengesampingkan permasalahan kesehatan mental. Yang ada tentu saja tidak menyelesaikan sama sekali apa yang sedang ia pikirkan justru kondisi pikir dan dirinya menjadi bermasalah.Â
Adapun yang bertanggung jawab untuk menangani gangguan psikomatis ini adalah profesional yaitu psikiater. Dan memang tak jarang dalam hal penangannya, ia membutuhkan kolaborasi yang baik antara psikoterapi serta obat-obatan medis.Â