Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Self-Worth, Kamu Perlu Sadar Betapa Dirimu Berharga

13 Mei 2021   19:57 Diperbarui: 14 Mei 2021   22:35 1575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Self-worth (Sumber: Pexels/SimpleBeyond)

"Aku suka momen lebaran, tapi tidak suka dengan topik obrolan yang terkadang dibangun tanpa perasaan" (Puja Nor Fajariyah) 

Siapa sih yang tidak bersuka cita dengan adanya momen lebaran? Ia yang datangnya selalu dinanti dan memang kita berharap untuk dipertemukan. 

Lebaran tentu saja memiliki makna bagi setiap orang. Kalau dikata, ia merupakan momen kemenangan. Tapi, di balik momen lebaran yang seharusnya dijalani dengan penuh sukacita, tak semua orang melakukan hal serupa. 

Terkadang suasana lebaran menjadi ternoda dengan obrolan yang menghancurkan suasana, ia bisa datang dari tetangga atau ya keluarga itu juga. 

Itulah mengapa, banyaknya meme bertebaran di media itu benar adanya. Atau kamu hari ini menjadi salah satu yang merasakannya? 

Ada banyak tipe obrolan yang dibicarakan ketika momen hari raya. Seperti bertanya kabar karier, kondisi keluarga, hingga pertanyaan-pertanyaan lain yang kita sendiri mengharap untuk ditanya. 

Kemarin malam, aku membaca sebuah kiriman di akun Instagram Riliv mengenai bagaimana seharusnya kita menanggapi apabila bertemu dengan orang atau pertanyaan beracun alias toxic di hari raya.

Bukan tanpa alasan, karena memang pada faktanya, kita yang berada di fase umur dua puluhan kerap menjadi sasaran paling empuk untuk dibicarakan dan dipertanyakan mengenai mau ngapain di masa depan. 

Sebenarnya, tak ada yang salah dengan itu semua, namun menjadi salah ketika pertanyaan tadi datang bukan dengan niat mempertanyakan namun untuk meremehkan. 

Seolah, kondisi kita di masa depan harus dijelaskan di masa sekarang. Banyak dari orang terdekat kita yang menuntut kita akan kepastian padahal sebelumnya tidak pernah memberikan bantuan seremeh dukungan. Banyak nih, yang pas udah balik dari silaturrahim ke mana-mana, balik ke rumah eh malah overthinking memilih berdiam di kamar.

Berangkat bahagia pulang-pulang seolah tertumpuk oleh beban-beban pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Tapi, bukan jawaban yang didapat justru kebingungan dan ketakutan. 

Bingung dan takut dengan kemungkinan kalau tuntutan yang ditujukan tadi tak dapat diwujudkan. Asal perlu kamu tahu, aku menulis mengenai hal ini bukan tentang apa yang aku alami di hari ini, tapi aku pernah merasakan hal ini di lebaran-lebaran sebelumnya. 

Kalau boleh menebak, aku yakin kalau kamu yang membaca tulisanku kali ini denganku seumuran, pasti kamu pernah merasakan atau berada di keadaan yang seperti ini juga, bukan? 

Well, kembali berbicara mengenai kesehatan mental kita yang begitu mahal, pertanyaan-pertanyaan toxic yang ditujukan ke kita dan kita rasakan sebagai beban tadi tentu saja harus dihilangkan.

Kita perlu untuk bersikap bodo amat dan lebih berfokus dengan apa yang kita miliki, apa yang kita yakini, dan memasukkan hal-hal yang positif saja ke dalam hati. 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Bukan dengan maksud egois, namun memang terkadang kita perlu untuk merelakan derungan yang sebenarnya tidak kita perlukan.  

Percayalah, ada satu hal yang masuk kategori self-love atau mencintai diri sendiri yang perlu untuk kamu sadari. Dan, hal itu adalah self-worth. 

Berdasarkan pengertiannya, self-worth ini adalah keyakinan yang dimiliki seseorang mengenai dirinya. Ia hadir ketika seseorang menyadari bahwa dirinya berharga terlepas dari pencapaian atau kualitas yang dimilikinya. Seseorang tidak perlu memenuhi kriteria maupun melakukan suatu hal tertentu untuk merasa berharga. 

Jujur saja, aku terkadang memang merasa minder apabila berkumpul dengan keluarga besar dikarenakan masa depanku pernah diremehkan. 

Aku yang suka sekali berkhayal mengenai hal-hal besar dan menurut banyak orang sulit sekali untuk digapai, sering sekali dituntut untuk sadar dengan keadaan. Tapi karena aku sendiri merasa bahwa menaruh harap itu adalah hak semua manusia tanpa harus meminta persetujuan manusia lainnya, maka aku merasa sah-sah saja. 

Ketika berada di kondisi seperti ini, sisi jahat dalam diriku terkadang benar-benar merasa putus asa dan pasrah bagaimana kalau mengiyakan pendapat orang lain yang meremehkan tadi. 

Pernah aku ada di posisi ingin mengubur segala hal yang aku cita-citakan dan berharap hal-hal wajar yang masih mudah digapai saja. Tapi, sisi lain diriku tidak mau diremehkan begitu.  

Self-worth-ku seolah menuntut dan meneriakiku kalau jangan kalah dulu sebelum perang. Bapak dan Ibuk yang selalu mendukung dan melimpahi diriku dengan kasih sayang saja tak pernah mempertanyakan bagaimana cara aku akan mewujudkan apa yang aku cita-citakan, mereka mendukung sepenuhnya walau benar sebenarnya juga digeluti resah aku akan kesusahan ketika berada di tengah perjuangan. Eh, aku justru mau menuruti pendapat orang lain yang hanya bisa mempertanyakan dan melemahkan? 

Tentu saja karena pemikiran seperti ini, akal sehatku kembali menghadirkan diri. Nasibku bagaimana nanti, itu tergantung bagaimana usahaku, ridho orangtuaku dan tentu saja hasil akhirnya ditentukan Tuhanku. Jadi, tak seharusnya orang-orang yang hanya bisa mempertanyakan dan meremehkan tak boleh sedikit pun mengambil bagian.  

Hal ini juga berlaku kepadamu. Percayalah akan apa yang kamu miliki. Yakinlah bahwa setiap dari dirimu adalah istimewa. Meskipun terkadang kamu menganggap menjalani hidup begitu berat, ya wajar. 

Hidup memang berat. Namun, hidup yang berat itu yang akan membuat dirimu kuat. Balas dendam terbaik adalah dengan bagaimana kamu mewujudkan hal-hal yang dulu ditujukan tak akan terjadi kepadamu. 

Segala hal-hal baik yang disangka tak akan pernah terwujud olehmu, lalu kamu kejar ia hingga ada dalam genggamanmu, itu adalah hal yang sungguh keren menurutku. Meragu tak apa, namun jangan lupa untuk terus maju. Jangan justru berhenti, diam terpaku.  

Aku doakan, semoga aku, kamu, kita yang saat ini memiliki harap yang begitu tinggi sampai kamu sendiri mempertanyakan bagaimana caramu nanti untuk menggapai harap itu, perlahan dapat menemukan tangga dan jalan menuju kesana. 

Semoga meskipun kita hanya mampu maju perlahan, namun dengan pasti suatu saat kita bisa sampai di tujuan yang kita harapkan. Sekali lagi, setiap dari kamu itu berharga, maka jangan biarkan ada orang lain yang kamu perbolehkan memandangmu dengan sebelah mata. 

Kalau benar kamu diremeh, jangan hadapi dengan membenci. Karena membalas racun dengan racun justru akan membuat dirimu sendiri hancur. Sebagaimana hadist yang isinya, "tidaklah kamu beriman kecuali ketika kamu mencintai saudaramu layaknya kamu mencintai dirimu sendiri". 

Selamat lebaran, selamat bermaaf-maafan. Dan semoga tulisan ini bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun