Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Delusion of Grandeur, Gangguan Mental Ketika Kamu Halu Berlebihan

10 Mei 2021   19:05 Diperbarui: 10 Mei 2021   21:03 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://rpg.stackexchange.com/

"Eh tau gak Puj, si A, lagi rame diomongin di grup angkatan gara-gara ngaku calon istrinya Pangeran Brunei"

Awalnya aku tidak percaya ketika salah seorang temanku menceritakan mengenai hal ini kepadaku. Sebab, karena aku yang beberapa lalu berganti handphone sehingga tidak masuk ke grup angkatan sekolah yang dimaksud, aku jadi ketinggalan info-info terbaru mengenai obrolan teman-temanku yang berada di dalam grup tersebut. Tentu saja, aku penasaran dong. Karena, dari awal dia memberitahukan mengenai hal itu, aku menjadi tertarik untuk mengetahui lanjutan bahasannya lebih jauh.

 Berdasarkan apa yang diobrolkan oleh temanku, katanya respon teman-temanku beragam. Dari mulai tidak percaya, mengatakan kalau si A halu, si A diketawain dan lain-lain. Mirisnya lagi, si A temanku ini melakukan pembelaan secara terang-terangan di grup angkatan mengenai hal ini. 

Dari cerita lengkapnya, aku pernah membaca mengenai salah satu gangguan kejiwaan yang serupa dengan gejala yang ada pada temanku, si A ini. Well, kali ini aku ingin membahas mengenai hal tersebut. Mengapa seseorang bisa memiliki pemikiran dan keyakinan mengenai sebuah hal yang kita ketahui bersama bahwa itu adalah sesuatu yang khayal dan begitu nampak ketidakbenarannya. Kalau kamu penasaran, maka aku sarankan untuk membaca tulisanku kali ini hingga selesai. 

Berdasarkan cerita tadi, aku memiliki pemikiran bahwa temanku, si A ini terkena salah satu gangguan mental atau kejiwaan yang disebut Delusion of grandeur. Meskipun begitu, bukan lantas aku hendak memberikan vonis atasnya padahal aku sama sekali bukan tenaga profesional. Namun, aku melihat dari gejala yang ada pada dirinya. 

Delusion of grandeur atau biasa disebut khayalan keagungan merupakan kondisi dimana seseorang merasa bahwa dirinya adalah orang yang punya kekuasaan, memiliki otak jenius, punya kekuatan super hingga mengaku sebagai sosok terkenal.

Biasanya mereka juga melakukan self-claim atas apa yang mereka percayai tersebut. contohnya ya temanku, ia mengaku bahwa ia adalah calon istri dari Pangeran Brunei. Oh iya, ia mengklaim bukan dalam bermaksud candaan yang biasanya dilakukan disebuah pertemanan loh ya. Namun, ia menunjukkan keseriusan atas pernyataannya tadi. Padahal ya kalau dilihat berdasarkan realita, tidaklah seperti itu. 

Kalau meniliki dalam ilmu psikiatris, delusi adalah sesuatu yang bersifat patologis. Maksudnya, ia dihasilkan dari penyakit atau proses sakit. Masih ingat sosok Muammar Khadafi? Ia merupakan contoh real akan maksud dari hal ini. dibuktikan dengan ia yang begitu ngotot dan percaya kalau masyarakat Libya masih sangat mencintainya walaupun ia berada di ambang kejatuhan. 

Atau tidak, beberapa kasus yang beberapa waktu lalu juga sempat viral di Indonesia, tentang kerajaan-kerajaan baru yang terbentuk dan munculnya beberapa orang yang mengaku sebagai raja dari kerajaan-kerajaan baru tadi. Nah, seseorang yang mengalami delution of grandeur ini memiliki beberapa ciri dalam diri mereka. 

Pertama, mereka memiliki objek yang biasa disebut sebagai kekuatan, menyembuhkan, atau lain sebagainya. Atau bisa mengaku sebagai reinkarnasi atas seorang tokoh yang sudah meninggal lama, seolah memiliki koneksi atas sosok penting seperti presiden, raja atau semacamnya. 

Kemudian, bisa juga ia melakukan klaim bahwa ia adalah orang yang patut dihormati bila konteksnya keagamaan, menobatkan diri sebagai seorang nabi seperti beberapa fenomena yang sempat kita ketahui juga dulu dimana muncul beberapa orang yang mengaku sebagai nabi sedangkan kita tahu kalau itu palsu. 

Melihat pada fakta yang ada, Delusion of grandeur ini sebenarnya sudah masuk dalam kategori gangguan kejiwaan akut. Hal ini bahkan sudah lebih parah daripada bipolar dan skizofrenia. Seseorang yang mengalami delusi ini biasanya telah lebih dulu menderita penyakit jiwa lain, hanya saja penanganan yang terlambat membuat ia semakin parah, berlanjut pada berbicara sesuatu yang tidak pernah ada. Saat jiwanya semakin terguncang, orang ini akan membentuk dunianya sendiri dan berkhayal macam-macam. Jika sudah sangat parah, delusion of grandeur sangat sulit untuk disembuhkan.

 IDNTimes.com,  melansir bahwa para psikiatri harus terlebih dahulu mengenali lebih dalam mengenai kasus yang diderita oleh penyandang delusion of grandeur. Para ahli juga penting untuk mengenal mana yang merupakan harapan, mana yang bualan semata. Dari rangkaian diatas, para penderita akan diberi obat anti-depresan agar depresi yang sebenarnya dialami menjadi berkurang. 

Sebagaimana biasanya orang yang terkena gangguan kejiwaan, ia membutuhkan dukungan dari orang terdekat dan penanganan yang serius dari profesional. Sayangnya, kita sendiri masih sangat awam dalam memahami hal seperti ini. Banyak dari kita yang cenderung bersikap apatis dan denaying apabila hal ini terjadi pada orang-orang yang dekat dengan kita atau kita kenal. Pemakluman atas gejala yang muncul juga terkadang memperparah kondisi kejiwaan dari si penderita. 

"Ah udahlah, dia juga biasa kayak gitu kok. Suka halu, berkhayal diluar nalar, dan lain-lain"

Kalimat seperti diatas sama sekali bukan bacaan yang bijak dan tepat untuk keluar ketika berhadapan dengan orang yang mengalami delusion of grandeur ini. Namun, aku berbicara seperti ini bukan kemudian juga menyuruh kamu untuk mempercayai dan mendukung atas kebohongan khayalan dari penderita delusion of grandeur itu sendiri, namun setidaknya kamu bisa menempatkan diri dan menanggapi dengan bijak ketika menemui seseorang yang mengalami delusion of grandeur.

 Disamping itu, yuk kita jaga kesehatan mental kita dan orang-orang di sekitar kita dengan selalu mengonsumsi informasi positif dan bisa memanajemen diri itu untuk selalu berada dalam pikiran dan lingkungan yang positif. Semoga tulisan ini bermanfaat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun