"I'm single and very happy"
Tepat hari ini, tidak terasa sudah terhitung kurang dari empat puluh lima hari lagi kita sebagai umat muslim akan kembali sampai di bulan Ramadhan. Sebenarnya, aku juga tidak menghitung mundur mengenai hal ini. Tetapi nenekku tidak sengaja mengingatkanku. Iya, kemarin aku berkunjung ke rumah nenekku di Pamekasan.
Kita mengobrol banyak mengenai banyak hal, dari mulai perihal keseharian, kesibukanku di perkuliahan dan organisasi yang aku ikuti, mengenai Mas-ku yang sebentar lagi akan memiliki anak dan nenekku akan menjadi Buyut dan masih banyak obrolan ringan lainnya.Â
Sudah bisa ditebak, obrolannya pun pada ujungnya menyerempet ke arah jodoh dan seputar percintaan. Obrolan yang cukup sensitif kalau disasar kepadaku yang sudah berumur dua puluh tahun ini. Dan tentu saja dengan fakta dimana aku masih asyik men-jomlo sejak sekian lama.
Kenapa kemudian aku membuka tulisanku kali ini dengan bahasan mengenai ramadhan yang sebentar lagi? jawabannya adalah yang namanya ramadhan, akan diakhiri dengan yang namanya lebaran.Â
Dan ketika lebaran, sudah tertebak hal apa yang paling tidak kita inginkan oleh kita para milenial yang sendirian? Kalau kamu bisa membaca isi pikiranku, maka jawaban yang tepat adalah cercaan pertanyaan yang dilontarkan oleh orangtua, tetangga, keluarga, atau teman perihal,
 "Mana nih kok gak ada gandengan pas lebaran?"
Siapa nih yang ketika lebaran akrab dengan pertanyaan tentang apakah sudah memiliki pasangan? Dan ketika mau menjawab gelagapan, cengegesan, mencoba menyembunyikan kesedihan karena terlalu asyik menikmati kesendirian? Atau ketika belum sempat menjawab sudah disosor oleh pertanyaan baru atau justru justifikasi 'sok tahu' orang-orang yang tadinya bertanya itu?
Padahal, aku sendiri tahu alasan kamu, lebih tepatnya sih kita menyendiri bukan karena buruk dalam hal percintaan apalagi tidak tertarik untuk memulai romansa percintaan.
Kalau boleh berganti aku yang menebak mengenai alasan kesendirian tadi, aku yakin salah satu alasannya adalah karena kita sebenarnya quirkyalone.
Alasan ini wajib banget untuk kamu, eh kita lebih tepatnya yang sering banget diberikan label "jones" dengan maksud candaan padahal sebenarnya cukup menyakitkan ya kan?Â
Aku merasa sangat tidak tepat kalau selalu mengkonotasikan bahwa kita memilih untuk tidak memiliki pasangan dengan satu hal yang berkonotasi kesedihan.Â
Padahal berdasarkan apa yang aku alami dan rasakan, aku nyaman, bahagia dan suka hati memilih untuk belum memiliki pasangan apalagi untuk terikat dengan yang namanya hubungan pacaran.
Well, kembali ke pembahasan mengenai quirkyalone. Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh Sasha Cagen dimana dalam penelitiannya yang berjudul Quirkyalone: A Manifesto for Uncompromising Romantics yang kemudian diulas di sebuah buku dan istilahnya menjadi penyelamat bagi aku, kamu, kita yang sering kali kebingungan untuk mencari alasan yang tepat ketika ditanya mengenai pasangan.Â
Quirkyalone adalah salah satu istilah psikologi yang mana menggambarkan kondisi seseorang yang asyik dengan status sebagai seorang single dan enggan terlibat dengan status dalam sebuah hubungan. Istilah ini merujuk kepada seseorang yang nyaman dengan kesendiriannya sebab memang memilih untuk fokus terhadap hal lain yang dirasa lebih penting dibandingkan dengan sekadar berpikir mengenai kesendirian atau bahkan pacaran.
"Quirkyalone ini normal gak?"
Absolutelly normal kok! Yang perlu jadi catatan adalah orang-orang yang memilih untuk menjadi quirkyalone adalah bukan mereka yang kemudian anti dengan urusan percintaan. Namun, lebih tepatnya adalah mereka yang menunggu waktu dan pasangan yang tepat saja untuk serius menjalin sebuah hubungan.Â
Orang-orang quirkyalone bisa jadi memang sedang menganggap bahwa urusan hati dan percintaan belum menjadi prioritas utama mereka saat ini dan memang sedang merasa bahwa kondisi mereka belum siap untuk terlibat dalam sebuah ikatan.
Kalau berbicara mengenai menjadi seorang quirkyalone itu baik atau tidak, maka jawabannya adalah kembali pada persepsi masing-masing.
Kalau bertanya kepadaku yang memilih sejak lama menjadi seorang quirkyalone maka aku mengamini bahwa ini adalah keputusan yang sangat tepat dan aku tidak pernah sekalipun menyesal bahkan saat dijadikan bahan bercandaan oleh teman sekalipun.
Aku memiliki alasan sendiri yang menjadikan aku kuat (red- sudah kebal) dengan pertanyaan atau pernyataan seputar hal ini.Â
Dan alasanku tadi adalah, aku memang benar-benar menganggap bahwa ketika berada pada fase umur sekarang, aku berumur dua puluh tahun, ini adalah umur di mana seharusnya aku disibukkan dengan banyak kegiatan yang ketika aku beranjak menua nanti aku tidak menyesal dengan masa muda yang telah aku habiskan dan lewatkan.Â
Aku sendiri merasa masih banyak impian, pengalaman yang ingin dikejar, dan berbagai hal produktif lain yang bisa aku lakukan dan memang perlu untuk aku wujudkan selain urusan perasaan.
Karena aku juga sedikit banyak belajar mengenai psikologi dan kepribadian, aku memahami bahwa di usia segini kita belum sepenuhnya serius ketika berada di fase menentukan pilihan yang berhubungan dengan perasaan.Â
Hal ini dikarenakan memang usia segini, kondisi psikologis seorang manusia belum sepenuhnya matang. Usia ini merupakan ambang batas antara seorang remaja dengan seseorang yang hendak masuk ke fase usia dewasa.Â
Jadi, sebenarnya kesalahan yang ada tadi berpuncak pada orang-orang yang seringkali bertanya sesuatu yang sebenarnya tidak tepat untuk dipertanyakan. Memang, itu semua juga bersumber pada ketidaktahuan lawan bicara atas fakta yang ada.
Nah, oleh sebab itu, karena kamu telah membaca tulisanku kali ini, kamu telah mengetahui sedikit banyak bagaimana kemudian selanjutnya cara untuk dapat menanggapi pertanyaan serupa kalau nantinya itu datang kepadamu.
Kamu sudah waktunya untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam perasaanmu. Tidak ada yang salah untuk mengungkapkan kalau kamu merasa bahwa hal tersebut memang perlu untuk kamu ungkapkan. Jangan kemudian kamu pendam dan justru membuat kamu merasa berat dan tertekan.
Tidak banyak bukan kasus-kasus yang terjadi seperti seseorang depresi hanya karena tidak kuat menahan beban diminta untuk segera mencari gandengan untuk lebaran. Dibilang gak punya pasangan karena terlalu banyak memiliki kesibukan atau pekerjaan. Banyak dari orang lain yang menuntut kita untuk melakukan A B dan C tanpa memberikan kesempatan kita untuk beralasan.
Sebenarnya, kita juga bisa beralasan bahwa jodoh sudah berada di tangan Tuhan, kita tidak perlu khawatir. Dan, menjadi quirkyalone, menjadi seseorang yang bahagia dengan kesendirian tanpa pasangan hanya karena menunggu waktu yang tepat adalah salah satu bentuk ikhtiar yang menurutku sendiri perlu untuk dibudayakan.Â
Tidak baik juga seorang yang berada di umur remaja atau dewasa awal terlalu fokus dengan percintaan tapi lupa untuk menambah wawasan atau pengalaman. Banyak waktu dan kesempatan emas terlewat hanya karena terlalu fokus dengan dunia roman picisan.
Jadi, kalau nanti saat lebaran atau di kesempatan lainnya kita mendapatkan pertanyaan serupa, maka alasan bahwa kita "quirkyalone" disertai dengan penjelasan terhadap mereka bisa kita jadikan sebagai alasan yang mampu meredam pertanyaan lanjutan seputar jodoh yang belum sempat dilontarkan.
Dan, kalau kamu adalah orang-orang yang biasanya mengambil peran sebagai 'si pelempar pertanyaan' atau 'si tukang bercanda' maka mulai dari sekarang setidaknya kamu perlu untuk terbiasa menghilangkan pertanyaan atau candaan itu tadi. Bukan karena apa, tapi tidak semua pertanyaan perlu untuk diberikan jawaban, dan setiap candaan harus ditertawakan.Â
Ada sebuah fase dimana seseorang memiliki hak dan ruang mereka sendiri untuk mendeskripsikan atau memaknai sebuah 'keseriusan' yang mana dalam hal ini adalah perihal hati atau perasaan.
Well, sekiranya ini yang hendak aku bagikan pada hari ini. Begitu melegakan setelah mencoba mengemukakan hal ini. Semangat yuk teruntuk kita yang masih tahan menjadi quirkyalone.Â
Yuk tetap konsisten sendiri sembari menyiapkan hati menunggu mereka yang benar-benar pasangan kita di esok dan hari nanti. Cie elah, pertama kalinya nulis topik gini dari sudut pandang psikologi kayak bukan puja banget. Anyway, semoga tulisan ini bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H