Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dutch Wife, Menilik Asal-usul Teman Tidur Masyarakat Indonesia Ini

7 Februari 2021   06:22 Diperbarui: 7 Februari 2021   07:44 1394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ingat nama "Thomas Stanford Raffles?", iya benar, tokoh yang namanya juga diabadikan sebagai nama salah satu bunga langka yang hanya ada di Bengkulu Indonesia itu juga merupakan orang yang memberikan penamaan dutch wife terhadap guling.

Sejak abad 18 hingga 19, pertama kalinya guling muncul dan menjadi sesuatu yang membudaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pada waktu itu, guling sendiri adalah sebuah hasil budaya yang merupakan perpaduan dari kebudayaan Eropa, China, serta Indonesia sendiri.

 Dan, asal kamu ketahui, dahulunya guling adalah salah satu benda yang hanya dapat dimiliki dan digunakan oleh kalangan menengah keatas. Dimana, tidak sembarang orang dapat memiliki dan tidur dengan guling setiap malam. Kalau sekarang, sudah pasti hal ini tidak berlaku lagi. 

Karena, guling sudah dianggap sebuah benda yang tidak lagi dispesialisasi dan tidak sembarang orang bisa memakai. Bahkan harga guling yang bisa tergolong cukup murah membuat semua kalangan dapat membeli dan tidur memeluk guling setiap malam.

Berbicara mengenai bentuk guling yang lonjong dan memanjang. Disini juga ada campur tangan kebudayaan China. Bentuk seperti ini adalah bawaan dari wilayah Asia Timur dan di China sendiri guling dikenal dengan nama "Zhufuren", di Jepang guling dikenal dengan nama "Chikufujin", serta di Korea guling dikenal dengan nama "Jukbuin". 

Dan, asal kamu tahu bahwa bahan yang digunakan sebagai guling pada zaman dahulu ialah bambu. Hal ini dikarenakan orang pada zaman dahulu hanya mengacu pada bentuk proporsional guling yaitu bulat dan panjang. Maka, dipilihlah bambu sebagai bahan guling karena faktor tersebut. 

Tetapi, sekarang guling sudah dibuat dari berbagai macam bahan, dari mulai yang berisi kapuk hingga bulu angsa. Dari mulai yang sedikit keras hingga yang sangat lembut dan nyaman untuk menemani tidur.

Dari beberapa hal yang telah aku sampaikan diatas ini, kita bersama dapat mengetahui bahwa budaya di negara kita banyak sekali terpengaruh oleh kebudayaan negara yang pernah menjajah atau datang di negara kita ya salah duanya adalah Belanda dan China. 

Hal ini kemudian yang menjadi alasan mengapa guling tidak dapat sembarang kita temui, dan bahkan bisa terbilang sulit sekali kita temui ketika kita berkunjung ke negara lain adalah karena guling memang tidak memiliki torehan sejarah untuk dapat dikenal di negara tersebut. 

Bahkan, kalau kita bertanya kepada masyarakat negara yang tidak memiliki guling seperti halnya di Australia, disana mereka pasti tidak mengetahui apa itu guling dan untuk apa guling itu digunakan. 

Bahkan, bukan  tidak ,mungkin guling dianggap sebagai salah satu benda yang aneh karena mereka sudah memiliki bantal sebagai teman tidur setiap malam dan memang tidak terbiasa menggunakan guling untuk menemani tidur. Paling mentok, banyak dari mereka yang barangkali akan lebih memilih boneka sebagai teman tidur daripada guling itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun