Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Artikel Utama

Jangan (Pernah) Malu Menjadi Mahasiswa Jurusan PAUD

2 Desember 2020   01:15 Diperbarui: 3 Desember 2020   13:33 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu kuliah jurusan apa Puj?"

Mendapatkan pertanyaan dengan jawaban yang mudah seperti ini, barangkali bagi sebagian orang akan mudah sekali untuk mengeluarkan sebuah jawaban. Tapi, tidak untuk aku di posisi sekitar 3 tahun yang lalu. 

Ketika masih berada pada titik awal-awal kuliah, dan saling berkenalan, basa-basi saling bertanya mengenai latar belakang. Lumrah, tentu saja selain nama dan asal dari mana, sudah pasti latar belakang jurusan akan menjadi salah satu pertanyaan yang neko disodorkan. 

Barangkali kamu sudah mengetahui latar belakangku. Benar, aku adalah seorang mahasiswa jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini atau secara general orang-orang bisa mengenal jurusan serupa dengan istilah lainnya seperti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau PG-PAUD dan lain-lain.

"Jurusan PAUD itu bukan minoritas, tapi eksklusif,"

Apa sih yang akan kamu pikirkan tentangku ketika tahu aku adalah seorang mahasiswa PAUD? Dari yang sudah-sudah, banyak teman berekspektasi tentang diriku adalah seorang perempuan yang ceria, enerjik, kreatif, atau keibuan. Oke, sekarang aku ingin bertanya ke pertanyaan selanjutnya, 

"Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar mengenai jurusan PAUD?" sejauh dari yang sudah aku lakukan dan memang tanyakan ke orang-orang terutama teman-temanku, pasti jawaban mereka adalah jurusan PAUD itu gampang, kerjaannya cuma nyanyi-nyanyi, dan jurusan PAUD masih dianggap sebagai jurusan yang minoritas dan cenderung dijadikan sebagai pilihan kesekian ketika seseorang khususnya perempuan hendak melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. 

Jurusan PAUD, juga pasti identik sekali dengan jurusan yang mayoritas peminatnya adalah seorang perempuan. Padahal, tak ada salahnya dengan laki-laki yang masuk ke jurusan PAUD.  

Teman kelasku sendiri awalnya ada 5 anak laki-laki, tapi hingga semester 5 kini tersisa 2 saja. Aku sayangkan, tapi akubaku juga bangga pada 2 orang teman laki-lakiku yang bertahan di jurusan ini itu.

Adanya berbagai fakta seperti ini yang kemudian mendukung dan dijadikan olehku sebagai sebuah pembenaran untuk "Malu" masuk di jurusan ini. Padahal, kalau boleh jujur, pada awalnya aku ingin sekali menjadi seorang mahasiswa jurusan Psikologi, tapi ternyata setelah aku jalani, di jurusan PAUD sendiri, aku bersyukur dipertemukan dengan berbagai macam asupan mata kuliah psikologi lebih spesifiknya lagi, dalam ranah anak usia dini.

Well, sebenarnya yang hendak aku bahas dalam tulisan ini bukan tentang curhatan menjadi mahasiswa jurusan ini, tapi aku ingin menyinggung terkait salah satu hal yang selalu di mention oleh banyak orang, dan memang benar adanya. Tentang pernyataan, "Mahasiswa PAUD isinya cuma nyanyi-nyanyi"

 Jujur saja, aku pun sama memiliki ekspektasi seperti itu ketika meniatkan tekad untuk kuliah jurusan PAUD. Aku pun berpikiran bahwa memang di perkuliahan, mahasiswa jurusan PAUD sering banget isinya hanya bernyanyi di dalam kelas. Tapi, pada faktanya, tidak selalu.

Iya, berbicara mengenai anak PAUD yang memang terbiasa menggunakan metode yang menyenangkan dalam pembelajaran, menyanyi adalah salah satu metode yang menurutku tak hanya ampuh pada pembelajaran anak usia dini saja. Tapi, juga ke semuanya. 

Bernyanyi dan musik selalu dianggap lebih ramah sebagai media penyampai pesan. Menyanyi adalah sebuah metode yang bisa diterima oleh semua jenjang pendidikan. Jadi, aku menganggap tidak benar apabila ada orang yang berkata, metode bernyanyi hanya dilakukan oleh anak PAUD saja. 

Coba deh direfleksikan, kalau diminta memilih, kamu akan memilih mana, diajar matematika lewat rumus-rumus padat dan menghafal tulisan di papan, atau diberikan nyanyian tentang materi serupa yang ramah di dengarkan atau di hafalkan?

Aku masih ingat, ketika zaman SMP atau SMK, aku suka sekali dengan mata pelajaran seni budaya hanya karena gurunya menggunakan media musik sebagai media menjelaskan. Atau barangkali, kamu juga begitu. 

Aku terkadang terpikirkan dengan film-film India yang ketika mengajarkan sesuatu di kelas lewat lagu, sebut saja di film "Taare Zameen Paar" atau, "Chalk and Duster" dengan pembelajaran yang menggunakan media musik seperti itu, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Pembelajaran yang biasanya diterapkan pada anak usia dini, tak selalu kemudian dianggap kekanak-kanakan.

Apabila dilihat lebih dekat kembali, pada pembelajaran menggunakan metode musik pada anak usia dini banyak sekali manfaat serta bukan tanpa alasan. 

Kalau kita pandang dari segi kognitif, otak anak usia dini yang pemikirannya belum sempurna, membutuhkan cara yang sederhana untuk mampu mencerna. 

Apabila dipandang dari aspek neuroscience, short term memory anak akan menjadi long term memory apabila anak mendengar, melihat, atau membaca sesuatu yang bermakna baginya.

Kalau dilihat, pembelajaran menggunakan metode bernyanyi dapat membuat pembelajaran anak lebih bermakna, dan goals-nya, anak lebih mudah paham akan sesuatu yang ia pelajari tadi. 

Selain itu, juga bisa mengembangkan kreativitas pada anak usia dini. Perkembangan kreativitas yang dihasilkan melalui metode musik dalam pembelajaran adalah meliputi anak yang menjadi lebih peka dengan nada kemudian pada akhirnya mengembangkan imajinasinya.  

Sumber: Pribadi
Sumber: Pribadi

Aku sekali lagi mengingat sebuah perkataan yang isinya begini,
"Tak ada anak yang bodoh, yang ada hanyalah anak yang belum bertemu dengan guru yang tepat dengan metode pengajaran yang tepat" 

Percaya atau tidak, kata guru yang 'tepat' ini juga pasti secara tidak sadar memang kita butuhkan. Coba deh diingat-ingat, pernah tidak dulu ketika di bangku sekolah, kita tidak menyukai salah satu mata pelajaran tertentu hanya karena menganggap gurunya tidak cocok dengan cara belajar kita? Bisa saja bukan karena kita memilih-milih guru, tapi karena memang kita secara tak sadar butuh untuk diajarkan dengan cara tertentu. 

Apabila pada level pendidikan pada anak usia dini, guru dan metode yang tepat adalah hal vital yang harus terpenuhi. Bila tidak, maka ya percuma, perkembangan anak tidak akan berkembang.

Seperti yang sudah dari awal pernah aku mention dalam beberapa tulisanku, bahwa setiap anak memiliki bakat. Bakat yang perlu untuk diasah dan dikembangkan agar menjadi talenta.

Sosok yang berperan selain orang tua di rumah tentu saja adalah guru di sekolah. Pada anak yang memiliki bakat bernyanyi atau bermain alat musik misalnya, maka pembelajaran dengan menggunakan metode bernyanyi atau bermain alat musik saat pembelajaran adalah salah satu bentuk ikhtiar untuk dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh anak tersebut.

Aku, teman-temanku, atau barangkali kamu yang sekarang sama sepertiku, menjadi seorang mahasiswa PAUD, jangan pernah malu karena itu. Guru PAUD adalah guru pertama yang menurutku apabila ditekuni dan banyak anak yang berkembang pemikirannya setelah kita ajarkan, maka banyak sekali pahala yang akan mengalir kepada kita. Menjadi seorang mahasiswa PAUD sudah seharusnya kita bangga, karena tak semua orang mau memilih menjadi bagian dari bidang ini.

 Tak apa kita dipandang sebelah mata, karena yang sempurna memang terlalu menyilaukan untuk dipandang dengan dua mata. Setiap kali kita lelah, ingatlah bahwa setiap ilmu yang kita dapatkan dengan mempelajari bidang ini adalah bekal atau amunisi kita untuk menjadi guru, orang tua dan istri yang baik apabila suatu hari nanti kita mengajar, berkeluarga, atau bahkan sudah memiliki anak.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun