Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Jamais Vu, Alasan Mengapa Seseorang Bisa Merasa Terasing di Momen dan Tempat Penting

24 November 2020   19:45 Diperbarui: 25 November 2020   04:49 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest/Ilenia Alberti

"Terasing, di tempat yang sesungguhnya penting"

Pernah tidak kamu merasa asing dengan suatu keadaan atau tempat, padahal kamu secara sadar begitu sering mengunjungi atau merasakan sebuah momen tertentu? 

Sebut saja, kamu bekerja di sebuah kantor yang kamu masuk setiap hari selama bertahun-tahun, dan suatu hari saat kamu masuk ke kantor tersebut seperti biasa, kamu merasa asing, otakmu seolah merekognisi di mana itu pertama kalinya kamu masuk ke sana. 

Hal ini tentu saja sebuah hal yang barangkali banyak orang alami, namun banyak dari mereka tidak sadar akan keadaan apa itu. Mengenai hal ini, dalam ilmu psikologi disebut sebagai Jamais Vu.

Benar, barangkali kata ini kurang familiar didengar oleh telinga kita. Aku sendiri, baru saja mengalaminya. 

Tepat sore ini, saat aku ke masjid yang ada kampusku, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang untuk sholat Ashar. 

Ketika aku masuk ke dalam, beranjak ke tempat wudhu, tiba-tiba saja aku merasa aneh, aku kembali naik tangga belum sempat berwudhu melihat-lihat sekitar seolah merasa terasing beberapa saat. 

Aku tidak menemukan orang lain selain aku sendiri, di mana aku memiliki hasrat untuk bertanya tentang aku ada di mana. 

Aku berdiam, berpikir mendalam dan saat aku kembali ke tempat wudhu, lalu aku tersadar dan aku sedang ada di masjid kampus. 

Suatu tempat yang bisa dibilang lokasi yang seharusnya begitu familiar bagiku karena memang tak terhitung berapa kalinya aku ke sana saking seringnya. Iya, Jamais Vu ini baru saja aku rasakan, dan memang benar adanya.

Kalau dilihat dari pengertiannya, Jamais Vu yaitu suatu fenomena di mana otak kita tidak mengenali suatu kejadian atau informasi yang penting, bahkan atau padahal informasi atau kejadian itu adalah suatu hal yang begitu familiar bagi kita. 

Beberapa dari kita pernah mengalaminya pada waktu tertentu. Biasanya, hal ini terjadi saat kita terus-terusan mengulang sebuah kata dan sampai pada suatu titik kata tersebut akan kehilangan maknanya di otak kita. Atau kita mengulang-ulang suatu kejadian, dan pada suatu ketika kita merasa tidak pernah melakukan atau tidak familiar dengan tindakan itu. 

Contohnya, ya sama seperti apa yang aku alami tadi, di mana saking seringnya aku singgah atau berdiam di masjid kampus kalau kulaih atau sedang berada di Malang, sholat atau berkegiatan di sana, aku sampai di keadaan di mana aku sendiri merasa asing.

Biasanya Jamais Vu ini sendiri juga bisa dialami oleh orang-orang dalam pekerjaan yang dikerjakan secara konsisten dan kontinyu. Contoh, penyanyi yang sering naik ke panggung, merasakan Jamais Vu dengan menganggap panggung adalah sebuah tempat yang asing baginya. 

Dosen yang setiap hari mengajar di kelas, merasakan Jamais Vu ketika suatu hari masuk ke kelas dan mengajar seperti biasa.

Well, aku sudah lama sebenarnya penasaran mengenai hal ini dan aku sendiri ingat pernah bertanya kepada dosen beberapa bulan lalu saat menjelaskan mengenai logical phallacy atau kesalahan-kesalahan dalam berpikir. Seperti halnya cacat pikir, Jamais Vu juga belum mendapatkan kesepakatan secara ilmiah dalam penelitian berkaitan dengan kerja otak. 

Jelas saja, memang yang masih bersifat pemahaman beberapa pihak dan pihak lain menolak kebenaran dan eksistensinya. Apabila dilihat dari perspektif ilmu medis, Jamais Vu sendiri memiliki kecenderungan oleh orang yang memiliki masalah seperti epilepsi, aphasia, dan amnesia. Hanya saja, bisa juga terjadi pada orang dengan tanpa gejala tersebut.

Peneliti percaya bahwa Jamais Vu adalah berkaitan dengan neuron yang ada pada otak di mana apabila ia mengalami pengulangan secara terus menerus maka mengakibatkan perkembangan neuron itu sendiri menjadi terhambat.  

Agar lebih memahami kondisi Jamais Vu ini, ada sebuah hal yang barangkali aku dan kamu telah familiar dengan istilah ini. 

Deja Vu adalah kebalikan dari Jamais Vu. Di mana apabila Jamais Vu, seseorang merasa asing dengan suatu hal yang familiar padanya, pada seseorang yang mengalami Deja Vu justru merasa familiar dengan sesuatu yang asing atau bahkan memang pertama kalinya ia alami.

Contohnya begini, bayangkan beberapa saat yang lalu kamu mengobrol via telepon dengan seseorang, ngobrolin suatu hal yang penting gak penting tapi seru buat dibahas. 

Sumber: Pinterest/Ilenia Alberti
Sumber: Pinterest/Ilenia Alberti
Pada sebuah momen pembicaraan, kamu merasa kalau kamu sudah pernah menjalani peristiwa ini sebelumnya dengan topik pembicaraan yang sama dan dengan orang yang sama. Perasaan ini bernama Deja Vu, di mana kalau menurut bahasa Perancis artinya pernah melihat, serta pernah merasakan. Lalu, mengapa bisa terjadi Deja Vu?

Menurut teori Psikologi, Deja Vu berhubungan dengan rekognisi memori yang menyebabkan kita merasakan bahwa apa yang kita alami sekarang sebenarnya sudah pernah kita alami sebelumnya. 

Otak kita bekerja di antara dua rekognisi memori yaitu recollection dan familiarity. Kita menganggap ingatan adalah sebuah recollection jika terjadi sebuah proses pengulangan kembali dan kita bisa menyebutkan dengan tepat saat itu juga kapan situasi yang kita alami pernah muncul sebelumnya. Contoh, kita bisa mengenali seseorang di dalam foto atau kita benar-benar mengenali di mana kita berada.

Sedangkan ingatan yang disebut familiarity muncul ketika kita tidak bisa menyebut dengan pasti kapan kita melihat orang tersebut. 

Tentu kita semua pernah mengalami ini ketika merasa pernah berada di suatu tempat namun tidak ingat kapan itu terjadi. Dan, contoh dari familiarity adalah Deja Vu. 

Mengenai alasan kenapa seseorang bisa merasakan lupa, itu adalah karena otak yang menyimpan memori dalam bentuk pecahan-pecahan tertentu bukan dalam bentuk segelondongan. 

Jadi, ketika kita mengalami sebuah peristiwa yang melibatkan satu atau lebih pecahan memori maka disitulah kita merasa familiar alias Deja Vu. 

Contohnya, di sebuah tempat yang belum pernah kamu kunjungi, kamu bertemu dengan seseorang yang menggunakan baju yang mirip sekali dengan baju pasanganmu, parfum yang sama, serta pemadangan sekitar yang juga mirip dengan situasi tempat tinggalmu. Maka di situlah kamu akan merasa familiar.

Dari dua hal mengenai Deja Vu dan Jamais Vu, aku kembali belajar akan makna bahwa otak dalam bekerja, pun memiliki masa di mana ia terkendala kerjanya. Di mana ia, memiliki ranah yang susah untuk dijelaskan dan terjelaskan secara ilmiah. 

Dari sini, aku juga belajar untuk bersyukur, bahwa dengan peristiwa lupa kita menjadi lebih menghargai bahwa ingatan itu berharga. Semoga, tulisan ini bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun