"When I was pushed to the brink of loneliness and gender agony as a third grader, when I didn't know how to communicate with the adults in my life about what was going on, I channeled my anger at my own body, my own existence. When the world made who I was feel impossible, I began to see my own body as an impossibility. For years of my life, I told myself this was normal. That kids just thought about killing themselves sometimes. That every third grader had experienced that. In order to move on with my life, I had to normalize it."
 Jacob Tobia
Hal yang dikatakan oleh Jacob Tobia ini barangkali pernah terjadi pada kamu atau barangkali orang disekitar kamu. Aku ingin mengajak kamu untuk membayangkan seperti ini, bayangkan saja kalau kamu adalah perempuan, kamu bangun tidur dan ke kamar mandi.Â
Saat bercermin, kamu tiba-tiba melihat diri kamu kumisan atau tumbuh jakun di leher. Kamu melihat badan kamu yang awalnya ada payudara, eh tiba-tiba dadanya jadi bidang seperti dada laki-laki. Kamu menjadi tidak percaya atas semua hal yang terjadi, dan ketika kamu teriak, suara kamu malah terdengar berat seperti suara laki-laki.Â
Nah, kalau kamu laki-laki coba deh kamu bayangkan saja kebalikannya. Ketika kamu bangun dari tidur nih, kamu rencana mau cukur kumis atau jenggot kamu, kumis dan jenggot itu udah gak ada, jakun kamu udah hilang, Â ketika kamu lihat ke bawah kamu malah punya payudara, dan ketika kamu teriak, suara kamu jadi tinggi seperti suara perempuan.Â
Nah, seperti itulah kira-kira ilustrasi perasaan ketika seseorang memiliki gender dysphoria. Kali ini aku akan menulis salah satu gangguan mental yang menurut aku cukup menarik. Menarik karena berbicara perihal gender.
Nah, karena pembahasanku kali ini berkaitan dengan gender banget nih, kita perlu menyamakan definisi terlebih dahulu tentang gender. Gender itu apa sih? Bedanya gender dengan jenis kelamin atau sex itu apa sih?Â
Karena, banyak nih orang yang belum aware antara perbedaan gender dengan sex. Gender itu sebenarnya berbeda dengan sex atau jenis kelamin. Definisi ini aku kutip dari WHOÂ atau World Helath Organization.
Pertama adalah sex, sex atau jenis kelamin itu adalah hal yang diberikan secara genetis kepada kita ketika kita lahir. Nah, seperti dulu ketika kita lahir, kan jelas tuh, kalau jenis kelamin itu ada dua, perempuan dan laki-laki.Â
Sedangkan gender, itu mengacu pada peranan apa yang mau dilakukan oleh seseorang. Jadi, gender itu bergantung banget sama peranan sosial, nilai, dan norma. Dan bagaimana si orang itu ingin bertingkah laku sehari-harinya.Â
Nah karena gender bergantung pada hal-hal tadi, maka peran gender di berbagai budaya itu bisa berubah-ubah. Jadi, ekspresi gender itu bisa berbeda-beda di tiap budaya.Â