Contohnya di Jawa, kepala keluarganya adalah laki-laki, peranan kepala keluarga, kalau di Jawa itu diberikan kepada gender laki-laki. Sementara kalau di Padang, di Minangkabau misalnya, peranan tersebut diberikan ke perempuan.Â
Jadi ekspresi gender itu bisa jadi berbeda-beda, karena ini bergantung pada bagaimana seseorang mempersepsikan gendernya masing-masing yang pada dasarnya berbeda-beda juga.Â
Nah, dari sini kemudian muncul istilah yang barangkali kamu juga sudah sering kali dengar, yaitu transgender. Gender sysphoria ini berkaitan banget dengan peranan gender seperti ini. nah, lalu gender dysphoria itu apa?
Gender dysphoria itu mengacu pada konflik antar gender yang diberikan ketika orang tersebut lahir dan gender yang dirinya identifikasi. Ini biasanya sering dialami oleh orang-orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai seorang transgender. Menurut beberapa buku yang digunakan sebagai acuan untuk mendiagnosis gangguan mental, gender dysphoria masuk dalam salah satunya.
Gejala dari gender dysphoria itu ada beberapa macam.Â
Pertama, adanya ketidaksesuaian antara gender yang diekspresikan atau dialami seseorang dengan karakteristik seks primer atau sekunder yang dimiliki orang tersebut. Dua, ada keinginan kuat untuk menghilangkan karakteristik seks primer atau sekunder. Tiga, Ada keinginan untuk memiliki karakteristik seks primer atau sekunder yang dimiliki oleh gender lain. Empat, ada keinginan kuat untuk menjadi gender lain. Lima, ada keingin kuat untuk diperlakukan seperti gender lain. Dan yang ke-enam adalah keyakinan bahwa seseorang memiliki perasaan dan reaksi tipikal yang dimiliki oleh gender lain.
Nah, yang perlu diingat bahwa diagnosis ini sendiri perlu dilakukan oleh profesional. Jangan sekali-kali melakukan self diagnosis atau mendiagnosa diri sendiri. Dan. Gejala ini pun perlu bertahan selama setidaknya enam bulan. Yang sebetulnya menjadi dampak dari gender dysphoria ini adalah bisa menyebabkan stres yang signifikan banget.Â
Berdasarkan riset, Â orang yang mengalami gender dysphoria ini cukup rentan untuk terkena gangguan mental. karena, berkorelasi juga dengan depresi dan bisa mengganggu kehidupan sehari-hari.Â
Hal yang bisa menyebabkan gender dysphoria adalah seperti apa yang sudah aku jelaskan juga dalam beberapa tulisanku yang membahas mengenai gangguan mental, sulit sekali menemukan penyebab yang saklek dan hingga sekarang pun, masih banyak perdebatan mengenai penyebab persis gender dysphoria ini. dulunya, peneliti mengira bahwa gender dysphoria adalah kondisi psikiatrik yang berasal dari pikiran, dari kognisi.Â
Tapi penelitian terbaru itu mulai menunjukka bukti-bukti baru bahwa penyebabnya itu lebih ke sebab biologis. Tapi ya tentu saja, masih terjadi perdebatan di dalamnya.
 Hal yang bisa dilakukan, terkadang orang ada yanng terpikirkan, daripada membuat stres mengapa tidak transisi saja alias mengubah jenis keaminnya. Tapi kembali lagi, tidak bisa semudah itu bagi seseorang gender dysphoria untuk melakukan transisi.Â