"Oh aku merasa gembira,"
Maka kamu dengarkan dan coba tebak apa yang menjadi pesan dari adanya kegembiraan itu dan apa harapan yang kamu harapkan dari adanya keadaan itu? jawaban dari perasaan-perasaan tadi mungkin akan membantu kita untuk menyelesaikan perasaan yang sudah lama menumpuk. Jangan takut untuk merasakan, karena justru apabila kita menolak untuk merasakan, justru kebahagiaan juga tidak bisa kita rasakan.
Teruntuk temanku yang namanya tentu saja tidak bisa aku sebutkan disini, tapi aku menulis hal ini agar kamu lebih memahami akan apa yang aku katakan malam kemarin.
Tulisan ini tentu saja sebagai bentuk refleksi diri untukku sendiri juga, sebab memang terkadang aku masih seringkali lupa untuk mendengar pesan dari setiap perasaan yang aku rasakan. Aku kadang lupa untuk menata emosi yang aku rasakan dan cenderung mengikuti keadaan. Pesanku untuk temanku, aku, dan kamu yang membaca tulisan ini.
Apabila kamu mengalami hal seperti yang aku dan temanku alami, ada keadaan dimana kamu masih kesulitan untuk menata ulang emosi dan cenderung memendam atau pura-pura mengabaikan perasaan negatif tadi, maka rasakanlah, dan sembuhlah.Â
Setelah kita mengetahui pesan dari perasaan kita, maka biarkanlah emosi tadi berlalu. Karena apabila pesan yang disampaikan oleh perasaan kita tidak terima, maka ia juga akan terus berada disana. Memanggil-manggil dan berharap kita merapihkan atau membuangnya.
Dengarkan pesan dari perasaanmu, dan izinkan kamu sembuh. Tapi aku tahu tak semua orang bisa dengan mudah menyembuhkan hal ini dengan mandiri, jika merasakan rasanya terlalu menyakitkan, mungkin sudah saatnya mencari tenaga profesional. Dengan mendatangi profesional, itu lebih memudahkan dirimu juga merupakan langkah terbaik dan terakhir yang bisa kamu lakukan.
Semoga tulisan ini bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H