"Musim hujan telah tiba"
Iya, musim hujan bagi anak-anak sudah selayaknya musim liburan yang membahagiakan. Hujan-hujanan selalu memiliki tempat di dalam ruang kebahagiaan anak-anak. Tidak percaya? Jangan menyangkal kita semua yang pernah melalui indahnya masa itu, pasti juga merasakan hal yang serupa.Â
Iya, coba deh kita melihat kilas balik diri kita saat masih kecil dulu, tentu saja akan merasakan kegirangan setiap kali mengetahui hujan telah datang. Bahkan, bagi anak desa sepertiku, ketika langit sudah terlihat mendung saja, di otak sudah mengatur strategi bagaimana caranya bisa hujan-hujanan tanpa orangtua tahu.Â
Ya sebab, tahu sendiri lah, ketika udah terdengar ada gemuruh akan hujan, orangtua akan mengatakan,
"Jangan hujan-hujanan, nanti sakit!"
Tapi, namanya juga anak-anak, pasti memiliki taktik untuk mengelabui. Entah mengapa, bermain hujan-hujanan bisa begitu membahagiakan. Namun sekarang, ketika kamu sudah dewasa dan barangkali sudah menjadi orangtua, tidak menutup kemungkinan kamu yang ketika masa kecilnya begitu menyukai bermain dikala hujan justru akan berbuat seperti halnya orangtua jaman dulu.Â
Iya, melarang anak untuk bermain hujan-hujanan juga. Sebab, ya memang di dalam pikiran kebanyakan orangtua, mandi hujan bisa membuat anak sakit. Sebut saja demam, flu, atau bahkan batuk.Â
Kalau orangtua dulu, barangkali hanya melarang dengan perkataan. Namun bisa jadi orangtua sekarang juga dengan tindakan. Sebab, memang orangtua sekarang menjadi lebih protektif terhadap anak-anak mereka. Bisa saja dengan mengunci pintu sehingga anak tidak memiliki celah untuk keluar rumah, atau mengurung anak di kamar agar cukup menikmati hujan dari balik jendela tanpa merasakan bermain di bawahnya.
Tapi sebenarnya, benarkah bermain hujan-hujanan bagi anak-anak sama sekali menimpulkan masalah tanpa adanya manfaat bagi anak? dan jawabannya adalah, tidak!
Bermain hujan-hujanan tentu saja juga memiliki manfaat bagi anak yang memang sedikit dari para orangtua mengetahui hal tersebut. hal ini sebab, orangtua yang minim edukasi dan hanya melihat dari dasar pemikiran para orangtua yang belum berkembang.Â