Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Curhatan Seorang Kuligrafis: Menyoal "Harga Teman"

22 Oktober 2020   05:00 Diperbarui: 22 Oktober 2020   05:29 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Respons pertama (Sumber: Pribadi)

"Dek, kalau desain di kamu bayar berapa? Bisa harga teman dong ya,"

Buat kamu yang lagi memulai bisnis atau berkarir secara profesional, pernah gak sih kamu menemui teman yang meminta kamu memberikan 'harga teman' untuk produk atau jasa yang kamu sediakan?

Jika kamu pernah mengalami hal itu sama sepertiku, aku ingin berbagi tulisanku ini dengan harapan kamu membaca hingga tuntas supaya tidak banyak lagi orang-orang yang memiliki kebiasaan seperti itu.

Kalau kamu membaca profilku, aku menuliskan disana kalau aku adalah seorang kuligrafis. Sebutan lain yang aku pilih untuk aku yang memiliki hobi dalam hal desain grafis dan mulai dijadikan sebagai sampingan pencaharian sebagai penunjang uang beasiswa yang aku gunakan untuk kebutuhan perkuliahan.

 Aku pertama kali belajar desain secara otodidak adalah saat kelas 10 SMK, sekitar 5 tahun yang lalu. Aku tertatih belajar kala itu sebab tuntutan keadaan dimana di organisasi tempat aku aktif, belum memiliki anggota yang memiliki kemampuan dalam hal desain padahal itu diperlukan untuk melebarkan sayap dalam hal pelebaran jaringan eksternal.

Tentu, awal-awal, aku belajar mendesain pamflet atau banner kegiatan yang sederhana. Semua desain dari awal aku belajar malah masih tersusun rapih di arsip, aku terlalu sayang untuk memindahkannya ke recycle bin.

Karena aku menikmati sensasi ketika mendesain, aku terus belajar dan melatih skill yang aku punya. Bahkan, tak segan aku untuk bertanya dan mencuri ilmu teman atau orang-orang yang aku panggil mereka 'suhu' (red-sebutan untuk senior, atau ahli)

Sampai akhirnya, sejak satu tahun lalu, aku mencoba meyakinkan diri untuk merambah ke dunia desain secara professional. Aku iseng saja membuat akun di salah satu media 'freelancer' di Indonesia, dan betapa senangnya 1 atau 2 orderan selalu ada tiap bulannya. Dan, honornya cukup lumayan, bisa buat tambahan uang 'jajan'. 

Namun, berbeda ketika yang order adalah orang yang aku kenal, teman-temanku. Ada sebuah kebiasaan yang mereka katakan ketika di awal pembicaraan, yap menyoal 'harga teman'.

Terkadang kalau dipikir-pikir, aku merasa cukup aneh saja ketika ada artis atau orang terkenal yang mengeluarkan suatu produk, kita rela membeli dengan harga tinggi dan gak pake nawar untuk membeli produk mereka. Sebut saja yang sekarang lagi nge-trend, yaitu serba-serbi per-kpop-an. 

Biasanya, Fangirl atau Fanboy (Sebutan untuk para fans Idol) tidak akan mengeluh mengeluarkan kocek dalam demi konser tiket, stuff atau merchandise idol kesukaan mereka. Atau, bisa saja artis indonesia yang memiliki bisnis lain, sebut saja dalam hal skincare. Biasanya para puan akan membelinya tanpa nawar meskipun harganya lebih tinggi dari skincare sejenis di pasaran. 

Di sisi lain, ada teman atau keluarga yang sedang merintis sebuah bisnis baru, seringkali kita meragukan mereka, mematahkan semangat mereka, dan berkata,


"Ah gak mungkin lah bisnis kamu bisa jalan, paling beberapa bulan lagi juga bangkrut"
"Ah, barang kamu kemahalan, masa segini sih! Aku tau lah modalnya berapa. Kalau jual ke aku jangan mahal-mahal, masa kamu kasih harga segitu sih sama temen sendiri,"
"Yah elah Puj, nge-desain ginian doang, masa iya harganya segini, kasih harga teman lah, kita kan udah temanan lama!"

Coba deh kamu bayangkan, kamu terkadang begitu mudah mensupport orang-orang yang tidak kamu kenal seperti artis-artis Indonesia atau artis luar yang mana tanpa kita tahu penghasilan mereka udah banyak banget. Sedangkan kita terkadang akan menciptakan jutaan alasan untuk tidak mendukung orang-orang yang terdekat dengan kita. 

Aku sebagai seorang penyedia jasa design atau yang aku sebut di profil, aku seorang kuligrafis, sering banget mendapat keluhan dan curhatan dari kawan-kawanku seperjuangan yang juga designer, photografer, atau videografer yang oleh temannya yang lain dimintain tolong membuat desain poster, pamflet, logo, suruh foto produk, videoin produk, dimana harga dari aku dan teman-temanku sering banget ditekan sama customer yang notabene adalah teman sendiri. Biasanya ngomongnya gini,

"Lah, kok harganya segini, kan itu gampang. Cuma ngefoto sama ngevideoin doang, ngedit-ngedit gini doang bentar kan gampang,"

Padahal aku yakin teman-temanku yang meminta tolong padaku itu enggak tahu perjuangan yang aku lakukan dibalik mengerjakan apa yang mereka minta. Sebut saja, aku meluangkan sedikit atau bahkan banyak waktu kuliahku untuk mengerjakan apa yang mereka minta. Belum lagi, kalau ada dari temanku yang banyak sekali meminta revisian editan. 

Belum lagi, aku sendiri yang belajar mendesain secara otodidak, membutuhkan waktu bertahun-tahun dan banyak sekali mengeluarkan pengorbanan dan pengalaman yang tidak sedikit untuk mencapai skill seperti sekarang. 

Meskipun, aku amini hingga sekarang-pun aku masih terus belajar, aku masih sering mengalami yang namanya 'trial and error' dalam prosesku belajar. Bagaimanapun, aku mencoba untuk berbisnis atau bekerja secara professional untuk dapat hidup dan menyalurkan hobi serta passion yang aku miliki.

Iseng saja, aku kemaren bertanya di snap Whatsapp-ku mengenai definisi "Harga Teman" menurut teman-temanku, disini aku akan menampilkan dua foto Screenshots tanggapan dari temanku.

Respons pertama (Sumber: Pribadi)
Respons pertama (Sumber: Pribadi)
Respons kedua (Sumber: Pribadi)
Respons kedua (Sumber: Pribadi)
Kedua temanku ini mewakili 31 orang yang me-reply pertanyaanku dan ajaibnya, jawaban mereka semua, SAMA!

Teman-temanku menyepakati bahwa definisi harga teman seharusnya bukan "Menawar lebih murah dari harga yang ditawarkan" tetapi "Menawarkan harga lebih mahal untuk membantu usaha teman".

Tentu, aku bahagia mengetahui itu semua, tapi mengapa kemudian konotasi yang sering kita ketahui mengenai 'harga teman' justru sebaliknya? Seharusnya, apabila definisi 'harga teman' seperti yang teman-temanku katakan, maka para orang yang memulai bisnis, akan senang dan tidak menghindar dari customer-customer yang menawarkan harga teman bukan? 

Logikanya, kita bisa cuan dengan harga teman.Tapi, aku mengetahui bahwa yang me-reply pesanku hanya 31 orang, belum mewakili seluruh isi kontak di hp-ku yang 3000-an. Apalagi mewakili isi kepala setiap orang yang ada di Indonesia atau di dunia ini.

Bukti Jumlah Kontak di Hp (Sumber: Pribadi)
Bukti Jumlah Kontak di Hp (Sumber: Pribadi)

 Aku memiliki pesan dan curhatan, teruntuk kamu teman-teman atau pembaca tulisan ini yang masih memiliki perbedaan pemikiran terkait apa itu 'harga teman' seperti' pendapat 31 orang teman yang telah aku sebutkan. Hanya dengan tidak meminta "Harga Teman" itu adalah sebuah bentuk dukungan untuk mereka yang sedang mencoba berkarir secara professional.

Ada cara lain untuk mensupport mereka yaitu, 

Pertama, ketika kamu memiliki teman yang memiliki bisnis, produk, atau jasa yang mereka tawarkan, adalah dengan memberikan dukungan moral agar mereka tetap semangat untuk berikhtiar atas apa yang sedang mereka usahakan. 

Kedua, apabila kamu memang tidak mampu untuk membeli, atau menggunakan jasa yang teman kamu tawarkan, kamu cukup memberikan exposure, sebut saja turut mempromosikan dimana hal itu tadi akan membuat teman kamu merasa senang. 

Biarkan teman kamu yang memutuskan apakah akan memberikan kita sebagai temannya 'harga special' atau 'harga teman' tadi untuk kita. Kita tidak perlu meminta kepada mereka. Karena, apabila kamu adalah teman yang sesungguhnya, meskipun harga produk atau jasa yang ditawarkan lebih mahal, kamu akan tetap mau untuk menghargai usaha dan kerja keras dari teman kamu.

Ada sebuah pepatah bijak yang isinya seperti ini,


"Pelanggan adalah raja, dan raja gak pernah nawar."

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun