Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - MedPsych Student at VUW New Zealand | LPDP Scholarship Awardee

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ini Pentingnya Mengapa Kamu Perlu Memahami Cara Belajar

19 Oktober 2020   06:38 Diperbarui: 28 Mei 2021   08:44 5066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak belajar di rumah (Foto: Detroit Jewish News)

"Mereka yang tidak mengerti cara belajar, sama seperti orang yang buta huruf di abad ini."

-Syarif Rousyan Fikri

Beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 26 Agustus 2020, hari di mana aku berulang tahun yang ke-20. Aku memiliki kebiasaan dan keinginan, bahwa setiap tanggal hari aku ulang tahun, aku harus membelikan kado berupa buku terhadap diriku sendiri. 

Sebagai bentuk apresiasi terhadap diriku sendiri untuk semakin berpikiran dewasa lewat banyak membaca sejalan dengan pendewasaan umurku. Sebab, sebagai mahasiswa yang hidup dari uang beasiswa, aku tak bisa membeli buku kapan saja. 

Perlu menabung dulu sebelumnya, atau biasanya hasil teman yang memberikan aku buku dengan sukarela untuk aku baca. Hari itu, aku pergi ke Gramedia di Malang Town Square, Kota Malang sendirian.

Aku berkeliling mencari buku yang menarik menurutku sambil memang sedang mencari buku pedoman perkuliahan untuk semester 5. Di ujung rak, aku tertarik dengan salah satu judul buku, yaitu "Belajar Cara Belajar" yang ditulis oleh Syarif Rousyan Fikri dkk. 

Karena tertarik, akhirnya berujung buku itu berhasil aku pinang. Aku membelinya sudah lama, tapi aku baru menyelesaikan membacanya setelah berbulan-bulan.

Baca juga: Menguasai Teori-teori Belajar dan Prinsip-prinsip Pembelajaran

Berawal dari sini, aku juga memiliki kisah yang barangkali memiliki keterkaitan di mana sebagai pemula mengapa aku menulis mengenai ini sekarang. Di mana, aku mendapatkan pertanyaan tiba-tiba dari salah seorang dosen di Universitas bukan tempat aku kuliah yang memang akrab denganku saat aku sedang mencoba sharing materi pembelajaran diperkuliahan yang aku rasa sulit dengan beliau, di mana kemudian aku dihadiahi pertanyaan seperti ini:

"Apa bedanya pembalap yang jago sama yang gak jago?"

Nah, waktu itu aku butuh waktu lama untuk menjawabnya dan pada akhirnya dikasih tau jawabannya. Cuman, jawabannya kurang lebih seperti ini, "Yang namanya Rio Haryanto pembalap F1 asal Indonesia, dia itu dijuluki Dream Racer, dan yang membuat dia unggul dari pembalap lain adalah ketika di tikungan. Dia itu jago banget nyalip-nyalip. Jadi mungkin, kalo pas lurus dia mungkin bisa kalah sama mobil pembalap lain yang lebih bagus. Tapi kalau udah tikungannya banyak, dia jago banget buat nyalip."

Nah, kaitannya apa dengan topik tulisan yang akan aku bahas kali ini? nah kali ini aku akan sedikit me-review salah satu buku yang telah aku selesaikan baca tadi, yaitu buku "Belajar Cara Belajar".

So, kenapa sih kita perlu belajar cara belajar? seperti Rio Haryanto tadi gitu yang enggak selamanya balapannya mulus dan sama seperti otak kita yang selamanya bisa berpikir cerdas. Jadi kita harus tahu kapan kita harus nge-rem dan kapan kita harus nge-gas. 

Ketika ada tikungan-tikungan pas mau belajar, kita harus tahu gimana caranya buat lolos dengan mulus dari tikungan-tikungan itu tadi. Tikungan-tikungan ini bermacam-macam. 

Bisa jadi ketika kita mengalami masalah saat belajar, bisa jadi mood kita lagi jelek, dan itu aku baru sadar ketika aku kuliah S1 sekarang. Teman-teman aku sering bertanya kepadaku seperti ini, 

"Cara belajar kamu itu, kayak gimana sih Puj?", karena menganggap aku termasuk anak yang kalau ada diskusi di kelas cukup aktif memberikan tanggapan atau pertanyaan. 

Padahal sebenarnya kalau ditanya seperti itu, kalau boleh jujur, cara belajar aku sendiri masih sangat berantakan sedangkan aku tahu juga kalau ada dari teman-temanku yang sudah menemukan cara belajarnya. Dan itu, enak banget kalau udah nemu cara belajarnya. 

Jadi, belajarnya itu efektif. Tidak perlu menghabiskan waktu lama, tidak perlu mencari-cari enaknya gimana cara belajaranya, karena ia udah tahu cara belajarnya seperti apa sehingga waktunya tidak terbuang dan dia bisa mengatur emosi serta moodnya.

Tidak sepertiku yang tak cukup dengan membaca, jadi kalau aku biasanya perlu untuk mendengarkan penjelasan atau berdiskusi dulu dengan orang lain seperti yang terjadi saat itu di mana aku mendapatkan pertanyaan tadi. Well, memang membutuhkan waktu cukup lama.

Untuk mengetahui hal tadi, aku pun mencoba mencari riset-riset baru di dalam ilmu Neuroscience, aku coba aja baca-baca tentang sebenarnya orang belajar itu kaya gimana sih? 

Coba juga aku baca biografinya ilmuwan-ilmuwan lain seperti Einstein, Alfred Nobel, dan lain-lain cuma untuk tahu mengenai mereka semua cara belajarnya sebenarnya seperti apa. 

Aku penasaran aja, kenapa kemudian mereka semua bisa jadi simbol kejeniusan? Gimana sih caranya mereka belajar? Dan dari situ aku memahami, bahwa walaupun kita punya talenta, kalau kita enggak tahu cara belajar, maintain, membangun sistem belajar dan pengelolaan emosi kita, maka prestasi kita tidak akan maksimal.

Jadi kalau misalnya orang, sudah dapat gelar doktor menurut aku ia adalah orang yang tahu cara belajar, dia mungkin bukan orang yang paling pintar tapi pasti dia adalah orang yang tahu menjaga kedisiplinan dalam meriset sesuatu, dalam memaintain atau mengelola emosi, nah itu dia memiliki itu. 

Baca juga: Eksperimen Teori Belajar Behaviorisme Menurut Ivan Patrovich Pavlov Pada Hewan Peliharaan

Nah, sayangnya ini sangat jarang diajarkan mungkin bahkan enggak pernah ada yang bikin kursus, pelatihan atau modul yang khusus ngajarin bagaimana cara belajar. 

Barangkali kalau di kelas perkuliahan, aku yang memang mahasiswa jurusan pendidikan ini, belajar mengenai "Belajar dan Pembelajaran" tapi itu tidak cukup, sebab di dalamnya tetap saja berupa teori yang tidak menjurus kepada bagaimana seharusnya kita belajar. 

Padahal, kita sama-sama tahu bahwa mengetahui cara belajar sendiri adalah salah satu skill yang paling penting di masa depan. Karena, masa depan itu sangat dinamis. 

Cepat banget berubah, pekerjaan-pekerjaan banyak yang hilang. Makanya penting banget buat kita yang hidup di era sekarang untuk belajar cara belajar. Karena katanya, mereka yang tidak ngerti cara belajar sama kaya orang yang buta huruf di abad ini.

Setelah aku membaca buku "Belajar Cara Belajar", aku jadi tadi tahu bahwasanya buku ini terbit, berdasarkan perhatian Google atas dunia pendidikan di mana meminta penulisnya mengadakan kursus "Learning how to Learn with Hutata" dan buku ini adalah rangkuman atau ringkasan atas kursus itu tadi, di mana bisa digunakan sebagai pelengkap atau quick references. 

Misalnya nih, kita kan biasanya sering baca buku, ingat suatu ide tapi gak inget-inget banget, nah di buku "Belajar Cara Belajar" menyediakan reminder atas itu semua. 

Di mana dalam buku tersebut merangkum "Learning How to Learn with Hutata", quotes-quotes menariknya, gambar-gambar dan konsep pentingnya, juga di sana ada lembar latihan untuk mengasah pemahaman kita atas apa yang sudah kita baca.

Di buku ini terbagi 5 langkah yang bisa disingkat menjadi KTPST, mengenai hal yang pertama kali perlu kita pelajari saat kita belajar cara belajar.

K yang pertama adalah kenapa kita belajar. kemudian T yang kedua adalah menentukan tujuan apa yang diinginkan ketika kita belajar di mana hal ini juga sedikit membedakan orang-orang yang berprestasi cemerlang, orang-orang yang pada akhirnya berkontribusi banyak di dunia, di mana mereka itu adalah orang-orang yang benar-benar memaksimalkan cara mereka belajar, karena mereka memiliki tujuan yang kuat. Tujuan ini bisa macam-macam, di mana setiap manusia memiliki tujuan yang berbeda-beda. 

Mungkin saja, Einstein yang membuat teori relativitas itu karena rasa penasaran dia, dia cuma ingin menjawab pertanyaan masa kecilnya ketika dia ceritanya lagi main petak umpet gitu kali ya dia jadi menhayal tentang, apa jadinya kalau manusia berjalan atau berlari dengan kecepatan cahaya. 

Dan itu, membuat dia sangat terobsesi sehingga semua riset yang ada diarahkan ke sana sehingga sekarang kita semua jadi memiliki yang namanya teori relativitas tadi berkat Einstein. 

Tujuan ini benar-benar penting dan ini tidak pernah diajarkan di sekolah bahwa kalau kita mau belajar harus punya tujuannya. Tidak pernah kita dilatih untuk itu. makanya penulis buku tadi ingin menggalakkan hal ini.

P yang ketiga adalah pola pikir untuk maju, karena dari tujuan ini kita akan berpikir dan pola pikir kita akan berubah. Jadi tentang cara kita memandang sesuatu akan berubah. Ketika hal ini sudah terjadi, maka sistem belajar kita akan berubah.

S yang keempat adalah sistem belajar yang mendukung. Baru T yang kelima adalah teknik belajar. Teknik belajar ini bisa seperti lewat menghafal, mendengarkan penjelasan, membaca, dan lain-lainnya. Itu semua adalah teknik belajar di mana teknik belajar ini hasilnya singkat, yang paling penting bagi kita adalah membangun sistem belajar itu sendiri. 

Baca juga: Landasan Teori Belajar PAUD

Teknik belajar ini cuma satu kali, biasanya menyesuaikan dengan keadaan teknik belajar yang dipakai juga berubah-ubah. Tapi kalau kamu ingin nilai kamu konsisten, naik terus, kamu harus memiliki sistem belajar. Dan gimana caranya kamu bisa membangun sistem belajar? Caranya adalah kamu perlu membangun pola pikir dalam sistem belajar ini. 

Artinya, kamu harus memiliki rasa ingin tahu yang bagus, kamu harus mau memulai sebelum kamu siap, karena kalau kamu menunggu-nunggu terus, kamu tidak akan mempunya sistem belajar. Dan pola pikir ini berasal dari tujuan. Itulah mengapa, dalam buku ini seolah memiliki keterkaitan langkah dalam hal belajar cara belajar. 

Hal ini diurutkan dari hal yang paling penting sesuai dengan Hal ini untuk menjadikan kamu sebagai ilmuwan dalam mengetahui cara belajar kamu sendiri, sebab cara belajar tiap orang itu beda-beda. Mungkin kamu ketika belajar itu menggunakan teknik belajar yang tidak efektif itulah kamu susah sekali memahami apa yang kamu pelajari. 

Ibaratnya obeng, di mana lubangnya minus dan kamu coba buka dengan obeng yang berbeda. So, yuk kita belajar dulu mengenai cara belajar kita. Tentu kita tak mau bukan masuk di bagian orang-orang yang cara belajarnya salah, bukan?

Semoga tulisan ini bermanfaat.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun