Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Disamakan dengan Anak-anak, Pakai Analogi Kaktus agar Remaja Patuh

14 Oktober 2020   07:47 Diperbarui: 14 Oktober 2020   08:02 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut data, diketahui bahwa banyak sekali orangtua yang menggunakan cara tetap terhadap anak remaja mereka seperti anak masih umur tujuh tahun. Dimana karakteristiknya, berkomunikasi melalui monolog, instruksi, harus ditaati dan bersikap absolut seolah mengetahui apa yang terbaik untuk mereka. Akibatnya, anak yang mendapatkan perlakuan dari orangtua  seperti ini menjadi merasa tidak betah sekali.

Selalu diberi instruksi, selalu harus taat, selalu hanya harus ikut cara mama, cara papa, cara orangtua, bukanlah cara atau pilihan yang tepat untuk mendefinisikan pilihan orangtua yang bijak. 

Jadi, setiap orangtua harus sekali lagi berbicara dengan anak. Bersikap sejajar seperti berbicara kepada orang dewasa, dengan cara apa? Dengan cara bertanya kepada anak. Dengan cara mendengar sebelum menyimpulkan, dengan cara melihat sebelum mengacuhkan.

Hal ini adalah salah satu hal yang memang dianggap cukup sulit oleh sebagian besar orangtua. Sebab, memang mebutuhkan kesabaran, atensi, serta memakan waktu ekstra bagi setiap orangtua untuk dapat menerapkannya.

Meskipun begitu, hal ini memberikan dampak psikologis yang cukup besar bagi kepribadian anak. Sebab, dengan demikian orangtua seolah sedang bertindak bukan sedang lawan anak, melainkan sebagai kawan.

Selaiknya kawan, orangtua membuat sebuah kesepakatan bersama anak, dan ketika telah diketahui anak menginginkan apa, orangtua dapat membersamainya. Apabila langkah yang dilakukan seperti ini, maka yang terjadi adalah seolah orangtua menjadi satu serta selaras dengan anak. Orangtua dan anak berada di dalam perahu yang sama. Proses pendisiplinan terhadap anak dapat terjadi dan dilakukan tanpa anak menyadari.

Hal yang salah adalah apabila orangtua menempatkan anak-anak remaja seperti pihak yang berlawanan. Dimana orangtua hanya memberikan instruksi dimana anak harus taat. Hal ini justru semakin memperjelas sikap otoriter yang dilakukan oleh orangtua. 

Alih-alih patuh, anak justru akan melakukan sebuah perlawanan untuk semakin menjauh. Orangtua perlu melakukan sebuah langkah bertahap seperti membicarakan cara-cara yang disepakati dan bagaimana mampu berjalan beriringan sesuai dengan kemauan yang telah anak rencanakan.  

Sehubungan dengan hal ini, coba saja kita pikirkan dan menggunakan Analogi kaktus. Di mana fase anak-anak adalah ketika kaktus masih dalam bentuk benih, dan fase remaja adalah fase dimana kaktus tadi pun sudah beranjak besar. Perlakuan pada kedua fase dalam kehidupan kaktus tadi tentu berbeda. 

Ketika pada fase kaktus masih sebuah benih, ia perlu sering disiram agar dapat tumbuh. Namun saat ia beranjak besar, apabila kaktus tadi terlalu sering disiram, alih-alih tumbuh justru ia akan mati. 

Perlakuan ini, perlu untuk dicatat dan diamini bersama bahwa memang ketika seorang manusia masih berada pada fase usia anak-anak, orangtua perlu memberikan banyak nasehat dan pesan moral sebagai bekal pembentukan kepribadian anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun