"Wah, si kecil aktif ya Bun,"
Sebagaimana jokes yang sedang viral ini, banyak dari orangtua yang terlambat menyadari bahwa makna "aktif" di sini tak hanyak berlaku ketika anak aktif berkaitan dengan hal-hal yang terlihat secara fisik saja, tetapi juga pada bagaimana anak mengamati kemudian memplagiasi hal-hal yang terjadi di sekitar mereka. Salah satunya adalah sebuah pola komunikasi yang terjadi pada mereka.
"Kamu ini ya, kalau dikasih tau gak pernah ngedengerin!"
Coba bayangkan, kalimat ini ditujukan kepadamu. Apa yang kamu rasakan? Respons seperti apa yang akan kamu berikan?
Aku dapat menebak, banyak dari kamu yang membaca tulisan ini akan menjawab merespons kalau tidak membantah, mencari pembenaran, marah, atau hanya diam saja. Tak peduli pada tingkatan berapa umur manusia, setiap dari ia pasti pernah berada pada posisi ingin berbicara dan didengarkan oleh lawan bicaranya.
Namun, banyak yang kemudian terjebak pada posisi berbicara tapi tidak didengar pada akhirnya ia enggan untuk mendengar pula ketika ada orang yang berbicara. Hal itu terjadi akibat tidak terjalinnya sebuah proses komunikasi yang efektif antar keduanya.
Pada hubungan komunikasi antarorang dewasa, hal ini seringkali terjadi. Begitupun pada anak usia dini.
Contohnya saja, pada masa pembelajaran dalam jaringan seperti saat ini, dimana orangtua banyak mengeluh sebab anak diduga enggan mendengar ketika dinasehati.
Dan, bagi orangtua yang minim edukasi terkait hal ini, bukan tidak mungkin akan terjadi respon yang buruk lagi setelahnya.
Orangtua menganggap, melakukan sebuah berkomunikasi efektif dengan anak merupakan hal yang sulit untuk dilakukan, karena dianggap anak mereka nakal dan lain-lain.