Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Terbiasa, Terbiasa Belajar

12 April 2020   19:29 Diperbarui: 12 April 2020   19:29 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak jatuh saat belajar mengendarai sepeda--glitzmedia.co

Ternyata hal itu semua dilakukan orangtua adalah agar anak terbiasa belajar untuk menjadi pribadi yang mandiri bukan karena orangtua yang jahat atau malas membantu anak pada saat itu.   

Membandingkannya dengan apa yang ada di zaman sekarang dimana semua hal sudah serba dimudahkan. Salah satunya dengan adanya pembantu rumah tangga misalnya. Satu hal yang seringkali luput dari perhatian orangtua adalah hilangnya kebiasaan anak untuk belajar karena memang anak tidak diajarkan untuk terbiasa. Pekerjaan-pekerjaan rumah yang seharusnya sudah mampu dilakukan oleh anak secara mandiri berganti dibebankan kepada pembantu rumah tangga. Dan dampak jangka panjangnya memang cukup serius, yaitu dimana selain manja, anak menjadi cukup bergantung kepada orang lain.

Memang, mencoba membiasakan sebuah hal yang baru kepada anak merupakan tantangan bagi orangtua, terlebih disaat mulai muncul rasa tidak tega atau kasihan melihat anak melakukan hal tersebut tanpa bantuan dari orangtua. Namun, sekali-kali orangtua harus dapat membedakan dan mengesampingkan rasa kasihan tersebut agar anak mendapatkan pembelajaran.

"Lalu gimana kalau anak mikirnya orangtua jahat pak? Adek belajar kalau anak usia sendiri itu kan pola pikirnya masih sangat sederhana. Proses kognitifnya masih konkret, cara orangtua ngasi penjelasan gimana?" tanya penulis kepada bapak.

"Ingat dulu apa yang bapak terapin ke adek kalo Bapak minta Adek atau Mas beresin mainan sendiri? Atau pas Ibu minta Mas atau Adek beresin tempat tidur sendiri?"

Setelah mencoba untuk mengingat, jawabannya adalah 3 kata ajaib yaitu ucapan minta tolong, maaf dan kata terima kasih yang selalu orangtua terapkan saat mencoba mengajarkan kebiasaan-kebiasaan baik tersebut. ketika penulis atau kakak penulis, orangtua tidak melupakan kata 'minta tolong' saat diawal dan selalu berterima kasih ketika mainan yang awalnya berantakan telah selesai dibereskan sendiri oleh kami atau pekerjaan lainnya yang diminta tolong oleh bapak untuk dikerjakan oleh kami. S

atu kata lagi, ibu kadang juga selalu mengatakan maaf karena tidak bisa membantu membereskan tempat tidur penulis karena harus memasak, jadi penulis dimintai tolong untuk membereskan tempat tidur sendiri. 

Cara yang paling tepat untuk menyesuaikan cara mengajarkan pembiasaan kebiasaan baik dengan pola pikir anak usia dini adalah dengan tidak melupakan tiga kata ajaib disetiap prosesnya. Dengan tidak melupakan hal tersebut, maka anak tidak akan berpikir bahwa orangtua melakukan hal tersebut karena tidak sayang kepada anak. 

Pemberian apresiasi saat anak mampu melakukan sebuah kebiasaan baik juga sangat penting untuk memperkuat motivasi anak. Sekali-kali ucapan terima kasih yang disampaikan juga dapat disanding dengan kalimat 'wah hebat, anak ibu pinter sudah bisa beresin kasur sendiri' , 'Mas pintar ya sudah bisa makan tanpa disuapin' atau kalimat penguat lainnya.

Sederhananya, dengan diberlakukannya tiga kata ajaib tersebut, pola pikir anak usia dini yang masih konret tersebut juga mampu berpikir ternyata ketika orangtua meminta anak untuk melakukan pekerjaan tersebut adalah bukan karena orangtua yang jahat. Orangtua tidak sedang menyuruh, tetapi sedang meminta tolong. 

Akhirnya, akan akan berpikir dan sadar ternyata hal tersebut dilakukan semata-mata karena orangtua sayang terhadap mereka kenapa kemudian mencoba menerapkan kebiasaan-kebiasaan tersebut. Membiasakan menerapkan tiga kata ajaib kepada anak juga sebenarnya merupakan sebuah pembiasaann agar anak menerapkannya juga saat berhubungan dengan orang lain. Seperti meminta tolong saat membutuhkan sesuatu, berterima kasih setelah menerima bantuan dan meminta maaf ketika merasa bersalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun