Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

"Beri Aku Ruang untuk Tahu Sendiri, Ma, Pa!"

2 April 2020   12:57 Diperbarui: 4 April 2020   15:30 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Shutterstock via Facebook/PLACE.com.sg

Anak akan berbuat sesukanya tanpa berpikir kalau setiap perbuatan ada konsekuensi yang harus ia tanggung. Akankah pembaca mau apabila hal ini terjadi kepada kita saat menjadi orangtua?

Kedua, karena anak mendengar dengan mata tidak dengan telinga. Maksudnya adalah, tidak selalu apa yang kita ucapkan kepada anak akan didengar oleh anak.

Banyak orangtua hanya memberikan nasehat-nasehat kepada anak tapi lupa memberikan teladan yang baik kepada anak, melupakan bahwa anak adalah seorang 'peniru ulung'. Anak akan lebih mudah mengingat apa yang ia lihat, daripada apa yang dikatakan kepadanya.

Terakhir, kita sebagai orangtua hanya sebagai fasilitator bukan instruktur.

Fasilitator sebagaimana pemaknaanya yaitu memfasilitasi apa yang dibutuhkan seorang anak. Cara yang paling tepat untuk mengetahui apa kebutuhan anak adalah harus memahami terlebih dahulu karakter anak kita seperti apa.

Bila Anda adalah orangtua yang merasa belum memahami betul karakter anaknya seperti apa, maka bisa banget mengisi waktu #dirumahaja sambil membaca buku-buku parenting, psikologi, atau buku-buku pendukung lainnya. Belum terlambat kok!

Menjadi instruktur hanya akan membentuk anak kita ibarat robot. Anak tidak memiliki kesempatan untuk dapat mengetahui dengan cara mereka sendiri atau berbuat sesuai kehendak mereka sendiri.

Barangkali itu sedikit bentuk kekhawatiran yang dapat penulis bagi untuk dapat dirasakan dan menjadi kekhawatiran bersama. Tidak ada salahnya dan memang seharusnya penting bagi orangtua untuk memberi edukasi terhadap anak agar anak mengetahui hal yang baik dan yang buruk.

Namun, tidak semua hal dapat kita ajarkan pepada anak. Ada masa di mana orangtua harus mundur selangkah dan memberi anak kesempatan untuk maju mencari tahu sendiri apa yang ingin mereka ketahui.

Mari bersama sadar, anak bukan sebuah bahan percobaan. Membentuk kepribadian adalah tanggung jawab bersama khususnya orangtua. Jadi, memahami anak adalah kunci agar anak juga dapat paham apa yang dipahamkan kepadanya. Semoga tulisan ini bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun