Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

"Beri Aku Ruang untuk Tahu Sendiri, Ma, Pa!"

2 April 2020   12:57 Diperbarui: 4 April 2020   15:30 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan yang muncul akan berputar-putar terus dalam imajinasi namun tidak mendapatkan ruang jawaban hanya karena Mama-Papa selaku orangtua telah menutup rapat jalan mencari tahu itu dengan ke Maha-Tahuannya atau ke Sok-Tahuannya.

Bayangkan, bila hal ini terjadi bertahun-tahun. Anak tidak diberi ruang untuk mencari tahu sendiri atas pertanyaan-pertanyaan yang menjadi teka-teki baginya dan hanya dicekoki jawaban-jawaban tanpa pengalaman. Kalau penulis punya keberanian dan bisa jadi kecil lagi, penulis akan berteriak.

"Beri aku ruang untuk mencari tahu sendiri Ma, Pa!"

Orangtua melupakan bahwa memberikan sebuah pengetahuan tidak akan diingat oleh anak apabila tidak bermakna. Yap, bermakna! 

Maksudnya, anak mendapatkan pengetahuan itu dengan cara yang berbeda dan berkesan untuk anak. bila bermakna, akhirnya dia akan mengingat.

Contohnya, ketika disampaikan "Nak, jangan lompat-lompat di kursi nanti jatuh, kalau jatuh sakit. Pokoknya awas kalau sampai lompat-lompat nanti Mama hukum!"

Pada kasus ini, anak hanya akan mendengar bahwa 'Lompat-lompat di kursi bisa membuat ia dihukum Mama' tidak karena 'Kalau jatuh itu sakit'. Hal ini tentu merupakan hal yang salah.

Beda halnya apabila menggunakan cara yang kedua, yaitu "Nak jangan lompat-lompat ya, nanti kalau jatuh sakit" anak memang awalnya tidak akan mendengarkan, ia akan terus lompat-lompat sampai puas atau bahkan memang menyengaja ingin jatuh.

Hal ini merupakan salah satu bentuk pemenuhan rasa ingin tahunya. Ketika jatuh, ia akan paham. 'wah tenyata benar ya, jatuh itu sakit' dan tentu setelahnya ia akan lebih mengingat apa yang telah dialaminya itu.

Kenapa kemudian orangtua harus sadar akan pentingnya memberi anak ruang untuk mencari tahu sendiri? Sebelumnya ada banyak sekali alasan, mengapa hal ini memang penting. Penulis mencoba mempersingkatnya menjadi 3 poin penting. Pertama, karena anak perlu diajarkan untuk berpikir sebelum berbuat.

Bayangkan, kalau anak selalu saja kita dikte sebelum melakukan a, b, dan c oleh orangtua. Ketika anak dewasa, salahkan ketika mereka malah menjadi pribadi yang ketika ditanya akan menjawab "Kan itu Mama yang ajarin" atau "Tapi Papa kan bilangnya gitu".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun