Sudah hampir satu bulan perkembangan Corona Virus Disease (Covid-19) menghantui Indonesia. Â Awal kemunculan data pasien positif terjangkit yaitu pada tanggal 14 Februari lalu dan sekarang (19/3/2020) pasien yang terjangkit semakin bertambah.Â
Menurut data dari situs resmi www.covid19.go.id secara global terdapat 159 negara baru dengan kasus terkonfimasi berjumlah 198,193, sembuh sejumlah 81,961 dan angka kematian tembus di 7,954 kasus. Sedangkan di Indonesia, pasien yang positif berjumlah 309, pasien sembuh 15 orang dan 25 pasien meninggal.Â
Angka ini bukan tidak mungkin akan terus berubah sejalan dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Pemerintah Indonesia sudah melakukan beberapa kebijakan dalam rangka pencegahan tersebarnya virus ini dan untuk mencegah semakin bertambahnya korban.Â
Mulai dari diberlakukannya kebijakan 'belajar dari rumah' bagi para pelajar dan mahasiswa, menutup akses kedatangan orang dari beberapa negara terjangkit, dan salah satu langkah preventifnya adalah dengan menghimbau kepada masyarakat untuk saling memberikan edukasi terkait virus yang dapat dikatakan baru ini.
Kali ini, mari kita kembali menelisik lebih dalam terkait kebijakan pemerintah dalam menetapkan himbauan untuk sistem pembelajaran dilakukan secara online mulai dari tingkatan sekolah dasar hingga kalangan mahasiswa. Apakah benar kebijakan ini hanya memiliki dampak negatif? Apakah benar kebijakan ini hanya menyulitkan? Sebenarnya sistem 'sekolah dari rumah' ini bagaimana penerapannya di lapangan?
Di kalangan tingkat sekolah dasar, menengah hingga atas, di beberapa daerah memberlakukan sistem pekerjaan rumah dikerjakan secara langsung di buku catatan masing-masing dan hasilnya disetorkan melalui pesan daring kepada guru masing-masing.Â
Apabila melihat di kalangan mahasiswa sedikit banyak mengeluhkan atas diberlakukannya sistem ini karena berbagai alasan dari mulai terkait sistem hingga kebutuhan finansial yang lebih. Baik dari tingkatan sekolah dasar hingga mahasiswa dapat dikatakan sebagai kaum milenial yang sudah paham terkait bagaimana cara menggunakan beberapa sistem tersebut, lantas bagaimana dengan sistem sekolah pada jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD)?Â
Jangankan untuk sekolah online dan mengerjakan tugas yang diberikan guru secara  online, saat waktu pelajaran tatap muka saja tidak sedikit anak usia dini yang memang membutuhkan bantuan lebih.
Ditengah dilema kebijakan ini, beberapa guru PAUD justru merasakan keuntungan dan mengemukakan terdapat sisi positif dari adanya kebijakan untuk 'belajar dari rumah' ini. Salah satunya adalah semakin eratnya hubungan antara orangtua dan guru dalam memantau perkembangan, aktivitas serta kegiatan belajar anak.Â
"Berkat adanya kebijakan ini, orang tua jadi lebih aktif membantu anaknya belajar dan hubungan antara kami dan orang tua menjadi lebih erat dan masif" tutur salah satu guru PAUD yang sempat saya tanya terkait hal ini.
Tidak dapat disanggah, anak usia dini sebenarnya sedikit sekali yang memiliki edukasi terkait perkembangan virus corona diluar sana dan alasan mengapa mereka 'diliburkan'selama dua pekan. Oleh karena itu, hal ini menjadi tanggung jawab dari orangtua dan guru bagaimana caranya mengedukasi anak dengan cara yang sederhana agar anak dapat paham.Â
Salah satu bentuk edukasi tersebut adalah dengan membiasakan perilaku hidup sehat dan tidak pergi keluar tetap di dalam rumah sebagai salah satu bentuk pencegahan anak dapat terpapar virus. Dengan 'belajar dari rumah', orangtua juga akan memiliki waktu yang lebih dengan anak dan tentu dapat membangun kedekatan lebih khususnya melalui membantu guru dalam memantau kegiatan pembelajaran anak mereka. B
eberapa sistem yang diberlakukan oleh guru PAUD adalah mulai dari pemberian tugas kepada siswa untuk mengerjakan tugas di buku Lembar Kerja Siswa (LKS) yang biasanya diberikan sekolah untuk siswa kemudian siswa mengerjakan dengan bantuan orangtua, lalu orangtua akan mengirimkan foto-foto atau video ketika anak belajar kepada guru sebagai bukti dan agar dapat dievaluasi oleh guru.
Lantas, bagaimana dengan orangtua yang tidak memahami sistem dan lebih cenderung 'lebih kolot' dalam memandang kebijakan yang baru ini? diamini benar bahwa tidak semua orangtua melek informasi dan paham dengan segala hal yang berbasis serba milenial. Disini guru menekankan dan memberikan arahan dengan cara yang paling sederhana. Apabila orang tua tidak bisa berkirim pesan online, pesan teks melalui sms atau telepon reguler juga sangat dihargai oleh guru. Bagaimanapun, guru tidak ingin orang tua terjebak dalam kesulitan dengan diberlakukannya sistem yang ada.
Hal ini menjadi angin segar di tengah kekhawatiran yang terjadi dalam menyoroti sistem yang diberlakukan. Pemberian tugas guru yang terkadang jumlahnya tidak wajar dan justru membuat siswa enggan mengerjakan karena kelelahan, atau tugas-tugas yang terlalu berat dan membutuhkan bantuan dari orang lain serta beberapa anggapan negatif lainnya, ternyata masih terdapat sisi positif yang dihadirkan. Sebenarnya, tidak ada guru atau bahkan dosen yang menginginkan siswa atau mahasiswanya kesulitan.Â
Hanya saja terkadang mindset guru, dosen, siswa dan mahasiswanya tidak sejalan. Pada pendidikan anak usia dini, tugas yang diberikan sebenarnya begitu sederhana apabila dilihat dari kacamata siswa dan mahasiswa, namun ternyata dampaknya bisa dibilang luar biasa. Salah satunya tadi, mengeratnya hubungan antara guru dan orangtua. Tetap semangat 'belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan beribadah dari rumah' ya readers!Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI