Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berani Mencoba, Cara Tepat Melatih Kemandirian Anak

2 Maret 2020   16:55 Diperbarui: 2 Maret 2020   16:57 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang pembaca rasakan ketika melihat seorang anak usia dini tiba-tiba mengangkat kursi yang besarnya jauh lebih besar dari tubuh mereka? Atau menaiki tangga sendiri tanpa dibantu? 

Pasti banyak yang merasa khawatir bukan? Apalagi sebagai orang tua atau guru yang seringkali dibuat kewalahan oleh rasa penasaran yang dimiliki anak usia dini. Rasa penasaran yang muncul pada anak usia dini seringkali menghasilkan resiko-resiko berbahaya tanpa sebelumnya dipikirkan oleh anak.

Dilihat dari hasil penelitian Breadkamp (1987), mengatakan bahwa anak usia dini atau bayi belajar melakukan eksperimen dengan berbagai cara seperti mengamati, mendengar, serta mencoba sesuatu yang mana untuk memenuhi rasa ingin tahu yang memang secara normal merupakan indikator dari perkembangan kognitif anak. 

Rasa ingin tahu yang muncul ini kemudian awalnya akan memicu pemikiran dalam otak anak lalu menghasilkan tindakan yang dilakukan oleh anak. Ketika anak dihadapkan dengan suatu hal yang sifatnya baru, dan untuk memenuhi rasa keingintahuan tersebut anak perlu mencoba terlebih dahulu bukan?

Faktanya, orang tua dan orang tua tidak semuanya membiarkan anak untuk mencoba suatu hal yang baru dengan berbagai alasan. Seperti, takut anak kenapa-kenapa, anak dianggap belum mampu, terlalu sayang terhadap anak, dan lain sebagainya. 

Ada dua tipe orang tua yang biasanya membiarkan anak untuk tidak mencoba atau melakukan hal baru dengan sendiri. Pertama,  yaitu orang tua yang terlalu memanjakan anak. Kedua, tipe orang tua yang terlalu over protektif terhadap anak. Mengapa bisa dikatakan dengan demikian?

Apabila kita lihat tipe orang tua yang pertama yaitu orang tua yang terlalu memanjakan anak. Tentu tipe orang tua yang seperti ini akan selalu membantu segala hal yang ingin dilakukan oleh anak. 

Kepribadian anak akan terpengaruh dalam hal ini dikarenakan  ia terbiasa melakukan segala sesuatu dengan bantuan orang lain sehingga akan kesulitan apabila dihadapkan pada keadaan harus melakukan suatu hal dengan mandiri. Akibatnya, ia akan menjadi anak yang manja. Yang kedua, yaitu tipe orang tua yang over protektif. 

Anak yang orang tuanya over protektif akan terbentuk kepribadian yang enggan mencoba hal baru dikarenakan perasaannya selalu diliputi oleh ketakutan dan keragu-raguan. Kebiasaan orang tua yang over protektif adalah selalu melarang anak mencoba, tidak boleh ini tidak boleh itu atau bahkan tidak segan-segan menghukum apabila anak tidak mengikuti apa yang diperintahkan oleh oran tua.  

Hal ini sangat tidak baik dampaknya bagi kepribadian anak. Anak bisa saja menjadi pribadi yang penakut, ragu dalam pengambilan keputusan dan tentu bisa juga menjadi pribadi follower atau pengikut. Apabila disimpulkan, diperlukan pembiasaan sikap kemandirian dalam diri anak sejak dini agar anak tidak menjadi pribadi yang manja, penakut, dan lain-lain tersebut.

Lantas, bagaimana seharusnya cara yang tepat untuk melatih atau memupuk kemandirian dalam diri anak sejak dini? Hal apa yang harus dilakukan agar kemandirian anak terlatih? Jawabannya adalah dengan membiarkan anak mencoba.

Menurut Teori Jerome Bruner, proses belajar jauh lebih penting daripada hasil belajar. Ketika melihat hal ini, dapat dikatakan bahwa apabila anak berani mencoba namun gagal, yang dilihat dan perlu diapresiasi adalah sikap berani mencoba tersebut bukan kegagalan yang dicapai oleh anak. 

Ketika anak berani untuk mencoba melakukan sebuah hal yang baru baginya, itu tandanya seorang anak sudah mampu mengambil keputusan serta menanggung resiko yang akan ditimbulkan setelahnya yang mana juga menjadi indikator serta pembiasaan dalam memupuk kemandirian dalam diri anak usia dini. Jadi, sangat penting untuk orang tua atau guru membiasakan hal tersebut. 

Dengan memberikan keleluasan bagi anak untuk anak mencoba hal yang baru bukan berarti juga orang tua atau guru tidak memberikan pengawasan. Pengawasan tetap diperlukan untuk menghindari resiko yang terlalu berbahaya. Peran orang tua atau guru saat pembiasaan ini dilakukan adalah sebagai pemberi stimulus, motivasi serta fasilitator apa yang dibutuhkan oleh anak ketika proses mencoba hal baru tersebut berlangsung.

Sumber: iStock
Sumber: iStock
Contoh penerapannya adalah misalkan seorang anak memiliki rasa keingintahuan setelah selesai melihat sebuah video tentang proses melukis.  Sebagai fasilitator, orang tua atau guru kemudian seharusnya peka akan hal tersebut dan menyediakan apa yang menjadi kebutuhan anak pada saat itu. Dalam kasus ini berarti orang tua atau guru menyediakan kuas, kanvas serta cat untuk anak dapat mencoba melukis dengan mandiri. 

Tentu, dapat ditebak bahwa pasti kegiatan melukis tersebut tidak akan berjalan sesuai dengan semestinya. Akan ada beberapa resiko seperti baju anak akan kotor, lantai atau ruangan juga akan kotor, serta kemungkinan-kemungkinan lainnya. 

Namun, hal yang pertama kali harus ditekankan adalah bagaimana caranya agar anak berani untuk mencoba melukis terlebuh dahulu diluar kemungkinan resiko-resiko tersebut akan terjadi.

Yang dimaksud dengan orang tua atau guru sebagai pengawas disini adalah mengantisipasi kejadian yang terlalu berbahaya seperti anak menelan cat, atau cat terkena mata dan lain-lain. Tidak kemudian dengan membantu anak melukis. Bantuan yang diberikan hanya berupa ketika anak tidak dapat melakukan hal diluar kemampuan mereka.

Ketika anak telah berani mencoba jangan pernah melupakan untuk memberikan apresiasi atau timbal balik terhadap apa yang dilakukan oleh anak. Apresiasi disini tidak selalu perihal pemberian hadiah, namun memberian pujian atau tepuk tangan ketika anak mampu dan berani mencoba meski gagal juga sangat berarti bagi anak. Jadi, biarkan anak mencoba hal baru agar kemandiriannya terlatih ya readers!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun