Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berani Mencoba, Cara Tepat Melatih Kemandirian Anak

2 Maret 2020   16:55 Diperbarui: 2 Maret 2020   16:57 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantas, bagaimana seharusnya cara yang tepat untuk melatih atau memupuk kemandirian dalam diri anak sejak dini? Hal apa yang harus dilakukan agar kemandirian anak terlatih? Jawabannya adalah dengan membiarkan anak mencoba.

Menurut Teori Jerome Bruner, proses belajar jauh lebih penting daripada hasil belajar. Ketika melihat hal ini, dapat dikatakan bahwa apabila anak berani mencoba namun gagal, yang dilihat dan perlu diapresiasi adalah sikap berani mencoba tersebut bukan kegagalan yang dicapai oleh anak. 

Ketika anak berani untuk mencoba melakukan sebuah hal yang baru baginya, itu tandanya seorang anak sudah mampu mengambil keputusan serta menanggung resiko yang akan ditimbulkan setelahnya yang mana juga menjadi indikator serta pembiasaan dalam memupuk kemandirian dalam diri anak usia dini. Jadi, sangat penting untuk orang tua atau guru membiasakan hal tersebut. 

Dengan memberikan keleluasan bagi anak untuk anak mencoba hal yang baru bukan berarti juga orang tua atau guru tidak memberikan pengawasan. Pengawasan tetap diperlukan untuk menghindari resiko yang terlalu berbahaya. Peran orang tua atau guru saat pembiasaan ini dilakukan adalah sebagai pemberi stimulus, motivasi serta fasilitator apa yang dibutuhkan oleh anak ketika proses mencoba hal baru tersebut berlangsung.

Sumber: iStock
Sumber: iStock
Contoh penerapannya adalah misalkan seorang anak memiliki rasa keingintahuan setelah selesai melihat sebuah video tentang proses melukis.  Sebagai fasilitator, orang tua atau guru kemudian seharusnya peka akan hal tersebut dan menyediakan apa yang menjadi kebutuhan anak pada saat itu. Dalam kasus ini berarti orang tua atau guru menyediakan kuas, kanvas serta cat untuk anak dapat mencoba melukis dengan mandiri. 

Tentu, dapat ditebak bahwa pasti kegiatan melukis tersebut tidak akan berjalan sesuai dengan semestinya. Akan ada beberapa resiko seperti baju anak akan kotor, lantai atau ruangan juga akan kotor, serta kemungkinan-kemungkinan lainnya. 

Namun, hal yang pertama kali harus ditekankan adalah bagaimana caranya agar anak berani untuk mencoba melukis terlebuh dahulu diluar kemungkinan resiko-resiko tersebut akan terjadi.

Yang dimaksud dengan orang tua atau guru sebagai pengawas disini adalah mengantisipasi kejadian yang terlalu berbahaya seperti anak menelan cat, atau cat terkena mata dan lain-lain. Tidak kemudian dengan membantu anak melukis. Bantuan yang diberikan hanya berupa ketika anak tidak dapat melakukan hal diluar kemampuan mereka.

Ketika anak telah berani mencoba jangan pernah melupakan untuk memberikan apresiasi atau timbal balik terhadap apa yang dilakukan oleh anak. Apresiasi disini tidak selalu perihal pemberian hadiah, namun memberian pujian atau tepuk tangan ketika anak mampu dan berani mencoba meski gagal juga sangat berarti bagi anak. Jadi, biarkan anak mencoba hal baru agar kemandiriannya terlatih ya readers!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun