Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Bunuh Karakter Anak Sejak Dini!

16 Februari 2020   14:32 Diperbarui: 19 Februari 2020   16:52 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, mematahkan imajinasi anak. Pada masa golden age anak suka sekali berimajinasi. Imajinasi ini merupakan hal yang berkembang pada alam bawah sadar pada otak anak. ketika anak berimajinasi, ia akan mengajak siapa saja untuk menjadi lawan mainnya. Biasanya, orang tua akan menjadi objek bagi anak untuk mengungkapkan apa saja yang sedang berada di pikirannya saat itu, mengungkapkan apa saja yang sedang ia imajinasikan. 

Fenomena kali ini biasanya terjadi pada orang tua yang terlalu realistis dan tidak mau menyelam pada dunia anak, ketika anak mereka berimajinasi dan menggunakan mereka sebagai objek, orang tua yang terlalu realistis akan melakukan hal yang mematahkan imajinasi anak. tentu, apabila hal ini terlalu sering dilakukan maka anak akan terbunuh karakternya. Mereka akan berhenti memikirkan hal-hal yang dianggap tidak realistis oleh orang tua mereka. 

Apabila di sekolah biasanya terjadi pada anak yang biasa biasa saja namun berimajinasi ingin menjadi dokter, imajinasinya bisa dipatahkan oleh teman sebaya atau bahkan guru yang tidak menyukai anak tersebut karena dianggap imajinasinya terlalu tinggi. Dampaknya, bukan tidak mungkin anak tersebut akan mengubur dalam cita-cita atau imajinasinya tadi dan kehilangan karakter positif dalam drinya karena menganggap ia tidak akan mampu melakukan apapun ketika ia hanya seorang anak yang biasa-biasa saja.

Ketiga, menganggap anak tidak tahu apa-apa. Teori tabula rasa tak dapat selalu dibenarkan. Pemikiran bahwa anak lahir tanpa memiliki kecerdasan apa-apa itu tidak selalu benar. Menurut teori kognitif dari Piaget, anak memiliki kecerdasan bawaan yang merupakan keturunan dari orang tuanya. Menurut penelitian, kecerdasan ibu memiliki pengaruh 80% terhadap kecerdasan anak mereka. 

Jadi sebenanrya, anak sudah memiliki yang namanya kecerdasan sejak lahir. Permasalahannya sekarang adalah banyak yang tidak mengakui akan hal tersebut sehingga dalam proses mendidik anak menjadi sangat over protective sehingga anak kehilangan atau tidak memiliki kuasa untuk membentuk karakter diri sesuai dengan apa yang ia mau.

Karakter pada anak usia dini ibarat sebuah identitas yang perlu diasah sejak dini pada anak. lingkungan baik itu keluarga, teman atau masyarakat yang berada dalam lingkup terdekat yang bersetuhan langsung dengan pribadi anak usia dini harus memahami bahwa pendidikan karakter, penanaman karakter itu penting sifatnya. Dengan kemudian memahami ada hal-hal yang dapat membunuh karakter anak usia dini yang jarang orang sadari, dapat bermanfaat berupa penanganan yang lebih bijak dalam hal pendidikan pada anak usia dini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun