Di sepanjang film ini, penonton akan sering melihat dan mendengarkan musik folk yang keren, tentu saja dengan petikan gitar dan suara harmonika yang mengingatkan kita dengan karya-karya Iwan Fals atau Ebiet G. Ade.
Tak hanya musikal, film ini juga penuh dengan dialog-dialog lucu nan cerdas, juga tak terduga. Saat Pidi ditanya alasannya membuat negara baru oleh pacarnya. Ia menjawab singkat: Kenapa, kok, bikin negara? Karena belum boleh bikin anak.
Bagian lain yang menggelitik tentu saja saat seorang kawan Pidi bernama Rianto yang tampil ala wong jowo berupaya dengan susah payah mendekati seorang wanita cantik bernama Nia. Di bagian ini, penonton tak akan hanya dibuat senyum-senyum sendiri, tetapi juga ngakak berjamaah.
Ada lagi saat mahasiswi ITB asal Inggris yang diangkat sebagai Duta Besar Inggris untuk Negara Kesatuan Republik The Panas Dalam. Saat ayahnya yang tinggal di luar negeri menanyakan kabar teman-teman Inggrid via telepon, ia menjawab dengan santai: teman-teman sedang bikin negara. Sungguh jawaban yang amat radikal...
Saya optimistis film ini akan sukses di pasar perfilman Indonesia. Sebagai film debutan dari 69 Production, film ini sudah sangat bagus sekaligus keren dan lucu. Ini sangat rekomended untuk ditonton oleh orang-orang yang bahkan malas untuk  menonton film.
Meski mulanya mengkritik kebijakan era orde baru, di akhir film ini geng The Panas Dalam kembali mengakui keberadaan NKRI setelah Pidi Baiq melihat tayangan pengunduran diri Presiden Soeharto lewat televisi.
Pada ending film ini, mereka bernyanyi :
negeriku Indonesia
tanah air Indonesia
bangsaku Indonesia
tanah lahir ku cinta
bahagialah rakyatnya
sejahtera sepanjang masa
mulialah para pemimpinnya
sehat adil dan bijaksana
agama suku dan budaya
bersatulah Indonesia...
Puja Mandela,
Banjarmasin, 27 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H