Yang lebih mengejutkan, sebagian besar murid langsung mengacungkan tangan dan mengusulkan agar mereka diberi kesempatan untuk duduk di kursi paling belakang. Murid-murid Pak Guru Mukiyo jelas tergiur dengan iming-iming menjadi anggota DPR, menteri, atau setidaknya mereka bisa menjadi bupati.
Pak Guru Mukiyo tersenyum. Kemudian ia berkata, "Maksud saya bukan seperti itu, Nak," ia mulai menjelaskan. "Silakan engkau duduk di kursi paling depan, tetapi jangan engkau menjadi orang yang pelit berbagi ilmu pengetahuan. Jangan engkau menjadi egois dan merasa engkaulah pemilik kebenaran. Jangan engkau menjadi kolot dan tidak luwes saat menyikapi berbagai problematika sosial. Dan jangan engkau menjadi sombong dengan prestasi yang kau miliki, sementara engkau melupakan hakikat kehidupan.
"Dan kalian yang duduk di kursi belakang. Jangan langsung sumringah karena mendengarkan cerita gurumu ini. Jangan engkau merasa bahwa dirimu bisa bebas dengan tidak terjajah dengan segala aturan. Jangan engkau meremehkan pendidikan. Dan jangan engkau merasa bahwa masa depanmu pasti ada di kantor-kantor mewah dan gedung-gedung bertingkat. Karena bisa jadi keterpurukan yang menimpa negara kita, ketidakadilan aparat penegak hukum di negeri kita, dan banyaknya kasus korupsi di negara kita disebabkan oleh orang-orang yang semasa di sekolah duduk di kursi paling belakang."Â
Laut Merah, 8 September 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H