[caption caption="Puluhan ribu umat Islam di Kabupaten Tanah Bumbu menghadiri kegiatan Tanah Bumbu Berselawat Bersama Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf "][/caption]
Oleh Puja Mandela
Kharisma Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf tergambar jelas dalam kegiatan “Tanah Bumbu Berselawat” yang digelar di Lapangan 7 Februari Pagatan Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan, Sabtu, (20/8/2016) malam. Lapangan sepakbola 7 Februari terlihat tidak mampu menampung puluhan ribu jamaah termasuk para Syechermania yang datang tidak hanya dari Tanah Bumbu saja, tetapi juga dari luar daerah seperti Kabupaten Kotabaru, Tanah Laut, dan Banjarmasin.
Habib Syech merupakan salah satu ulama Ahlussunah Waljamaah yang memiliki popularitas amat tinggi di Indonesia. Bahkan, beliau punya banyak jamaah di negeri Jiran Malaysia. Setiap majelis selawatnya selalu dihadiri oleh puluhan ribu orang, tidak kalah dengan penonton konser musik sekalipun. Soal metode dakwahnya, Habib Syech paham betul, bahwa untuk memberikan nasihat dan ilmu kepada masyarakat memiliki latar belakang berbeda harus dengan cara yang efektif, salah satunya dengan mengajak berselawat kepada Nabi Muhammad SAW. Dan dengan cara inilah, dakwah santun anak dari Habib Abdul Qodir bin Abdurrahman Assegaf ini bisa diterima dengan sangat baik oleh seluruh umat Islam di Indonesia.
Ulama kelahiran Solo 30 September 1961 ini juga dikenal sangat tegas dan memiliki prinsip kuat dalam beragama, seperti misalnya, Habib Syech menolak keras pendapat yang menyatakan pemimpin kafir tapi jujur lebih baik daripada pemimpin muslim tapi korupsi. Menurut Habib Syech, masih banyak tokoh muslim jujur yang layak untuk dijadikan sebagai seorang pemimpin. Di kesempatan lain, Habib Syech juga mengkritisi kebijakan yang memperbolehkan warung-warung buka di siang hari selama Ramadan.
Menurut beliau, warung yang buka di sore hari, rezekinya akan jauh lebih banyak dibandingkan orang yang membuka warung di siang bolong. Perseteruannya dengan KH Nuril Arifin atau Gus Nuril juga menjadi cerita tersendiri dalam perjuangan dakwahnya. Ulama yang punya kedekatan personal dengan Habib Muhammad Rizieq Shihab itu secara terang-terangan menyebut bahwa kiai yang hobi ceramah di gereja adalah kiai yang tidak patut untuk diikuti. Secara tidak langsung, jari telunjuk Habib Syech memang menunjuk ke wajah Gus Nuril yang hobi ikut natalan, sehingga sering mengundang reaksi keras dari para ulama lainnya.
[caption caption="dari kiri: Guru Zainuddin Rais, Wakil Bupati Tanbu H Sudian Noor, Habib Syech, dan Bupati Tanah Bumbu Mardani H Maming "]
Diluar dari pro kontra yang terjadi, Habib Syech tetap menjadi ulama panutan umat yang telah berhasil membangkitkan semangat berselawat umat Islam di Indonesia. Seperti yang beliau lakukan di Lapangan 7 Februari Pagatan Kabupaten Tanah Bumbu.
Malam itu, Habib Syech yang mengenakan gamis berwarna putih melantunkan selawat diiringi Majelis Ahbabul Mustofa Solo Raya selama setengah jam non stop. Bersama puluhan ribu jamaah, habib melantunkan selawat-selawat yang sebelumnya memang sudah sangat dikenal diantaranya, Ya Hanana, La Ilaaha Illallah, Ya Thoyyibah, Sidnan Nabi, dan Da’uni. Habib Syech juga melantunkan dua lagu andalannya berjudul Kisah Arrosul karya Habib Muhammad Rizieq Shihab, dan Padang Bulan karya Maulana Habib Lutfi bin Yahya, ulama sufi asal Pekalongan Jawa Tengah.
Para jamaah pun terlihat sangat antusias mengikuti selawat demi selawat yang dilantunkan. Bahkan, suasana semakin semarak karena banyak jamaah yang mengibarkan berbagai bendera termasuk diantaranya bendera merah putih, bendera Syechermania Tanah Bumbu, dan bendera hijau bertuliskan Nahdatul Ulama.
[caption caption="Habib Syech dan Bupati Tanah Bumbu Mardani H Maming "]