Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bangkitnya Permainan Tradisional "Balogo" di Kabupaten Tanah Bumbu

23 Juni 2016   13:53 Diperbarui: 23 Juni 2016   21:44 1245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak seperti biasanya, hampir setiap malam puluhan warga di Pagatan berkumpul di satu tempat yang sederhana, jauh dari kesan hura-hura yang dewasa ini memang jauh lebih mendominasi budaya masyarakat di pesisir tenggara Pulau Kalimantan. 

Nyaris di setiap kampung, berbagai lapisan masyarakat memadati lapangan berukuran 5 x 30 meter. Lapangan ini biasa digunakan warga Pagatan Kabupaten Tanah Bumbu untuk menggelar lomba "balogo".

Balogo merupakan salah satu jenis permainan tradisional yang populer sejak 1980-an. Balogo sendiri diambil dari kata "logo" yang bisa dimainkan oleh seluruh kalangan, dari anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan mereka yang sudah berumur. 

Umumnya, permainan ini dilakukan oleh kaum pria, walaupun tidak menutup kemungkinan kaum wanita pun dapat ikut bermain dalam permainan unik ini.

Salah satu desain logo yang sangat unik (dokpri)
Salah satu desain logo yang sangat unik (dokpri)
Logo terbuat dari tempurung kelapa. Garis tengahnya berukuran sekitar 5 sampai 7 cm dan memiliki ketebalan satu sampai dua cm. Bentuk logo bermacam-macam, ada yang berbentuk bundar, hati, dan berbentuk getas. Sementara motifnya sangat variatif. Dari motif bunga, burung, ular, wajah manusia, dan beragam jenis motif lainnya.

Dalam permainan, seseorang harus dibantu dengan sebuah alat yang disebut penapak, masyarakat Kecamatan Kusan Hilir biasa menyebutnya dengan campa, yakni stik atau alat pemukul yang panjangnya sekitar 40 cm dengan lebar 2 cm. Campa berfungsi ntuk mendorong logo agar dapat meluncur dan merobohkan logo milik lawan yang sudah dipasang dengan teknik khusus.

Belakangan ini, Balogo menjadi sebuah fenomena yang bisa dibilang sangat unik. Sejak Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanah Bumbu menggelar lomba Balogo di event Pesta Adat Mappanretasi 2015, peminat permainan tradisional ini semakin banyak. 

Saat itu, Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanah Bumbu menggelar lomba Balogo se Kalimantan Selatan. Lomba diikuti 48 grup Balogo dari beberapa kabupaten. Masing-masing grup beranggotakan tiga orang.

Salah satu logo milik warga yang bergambar kepala Elang (dokpri)
Salah satu logo milik warga yang bergambar kepala Elang (dokpri)
Sampai hari ini, Kabupaten Tanah Bumbu sudah memiliki lebih dari 60 grup Balogo yang seluruhnya terpusat di Kecamatan Kusan Hilir. Tingginya antusiasme masyarakat terhadap permainan ini juga dibuktikan dengan keberadaan tujuh lapangan Balogo yang tersebar di sejumlah desa di Kecamatan Kusan Hilir. Hal ini tentu memunculkan gairah baru untuk menghidupkan tradisi permainan tradisional yang sudah sejak lama mereka tinggalkan.

Masyarakat di Kecamatan Kusan Hilir paham betul, bahwa untuk membangkitkan permainan tradisional tidak harus dengan biaya yang besar. Bahkan suatu kali, pemenang lomba Balogo hanya diberikan belasan bungkus mie instan saja.

"Balogo merupakan sebuah fenomena unik. Karena peminatnya sangat banyak. Selama Ramadan, masyarakat menggelar lomba usai salat terawih," ujar Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata H M Thaha, Kamis (23/6/2016).

Desain dan motif lainnya juga tak kalah unik (dokpri)
Desain dan motif lainnya juga tak kalah unik (dokpri)
Popularitas Balogo yang semakin tinggi juga tidak bisa dilepaskan dari peran H. Burhansyah, salah seorang tokoh masyarakat Pagatan. Di berbagai kesempatan, termasuk di media sosial, Ketua Lembaga Ade Ogi itu juga ikut mensosialisasikan Balogo kepada masyarakat luas.

Bangkitnya permainan tradisional seperti Balogo merupakan sebuah pelajaran berharga bagi generasi muda, bahwa tradisi dan budaya, yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, sportivitas, kerja keras, dan persaudaraan memang perlu dibangkitkan kembali. 

Hal ini tentu sangat penting jika melihat fakta bahwa sebagian remaja masa kini terkesan apatis dengan hal-hal yang bersifat tradisionalis.

Selain Balogo, tentu masih banyak sekali permainan tradisional yang perlu dibangkitkan dari kuburnya. Sejumlah pihak yang memiliki kepedulian tinggi memang terus berupaya untuk mengenalkan berbagai permainan tradisional kepada generasi muda. 

Namun, upaya ini juga harus mendapat dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat. Akan lebih baik lagi, jika pemerintah daerah ikut mendorong bangkitnya berbagai permainan tradisional yang telah lama dilupakan oleh masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun