Tak seperti biasanya, hampir setiap malam puluhan warga di Pagatan berkumpul di satu tempat yang sederhana, jauh dari kesan hura-hura yang dewasa ini memang jauh lebih mendominasi budaya masyarakat di pesisir tenggara Pulau Kalimantan.Â
Nyaris di setiap kampung, berbagai lapisan masyarakat memadati lapangan berukuran 5 x 30 meter. Lapangan ini biasa digunakan warga Pagatan Kabupaten Tanah Bumbu untuk menggelar lomba "balogo".
Balogo merupakan salah satu jenis permainan tradisional yang populer sejak 1980-an. Balogo sendiri diambil dari kata "logo" yang bisa dimainkan oleh seluruh kalangan, dari anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan mereka yang sudah berumur.Â
Umumnya, permainan ini dilakukan oleh kaum pria, walaupun tidak menutup kemungkinan kaum wanita pun dapat ikut bermain dalam permainan unik ini.
Dalam permainan, seseorang harus dibantu dengan sebuah alat yang disebut penapak, masyarakat Kecamatan Kusan Hilir biasa menyebutnya dengan campa, yakni stik atau alat pemukul yang panjangnya sekitar 40 cm dengan lebar 2 cm. Campa berfungsi ntuk mendorong logo agar dapat meluncur dan merobohkan logo milik lawan yang sudah dipasang dengan teknik khusus.
Belakangan ini, Balogo menjadi sebuah fenomena yang bisa dibilang sangat unik. Sejak Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanah Bumbu menggelar lomba Balogo di event Pesta Adat Mappanretasi 2015, peminat permainan tradisional ini semakin banyak.Â
Saat itu, Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanah Bumbu menggelar lomba Balogo se Kalimantan Selatan. Lomba diikuti 48 grup Balogo dari beberapa kabupaten. Masing-masing grup beranggotakan tiga orang.
Masyarakat di Kecamatan Kusan Hilir paham betul, bahwa untuk membangkitkan permainan tradisional tidak harus dengan biaya yang besar. Bahkan suatu kali, pemenang lomba Balogo hanya diberikan belasan bungkus mie instan saja.
"Balogo merupakan sebuah fenomena unik. Karena peminatnya sangat banyak. Selama Ramadan, masyarakat menggelar lomba usai salat terawih," ujar Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata H M Thaha, Kamis (23/6/2016).
Bangkitnya permainan tradisional seperti Balogo merupakan sebuah pelajaran berharga bagi generasi muda, bahwa tradisi dan budaya, yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, sportivitas, kerja keras, dan persaudaraan memang perlu dibangkitkan kembali.Â
Hal ini tentu sangat penting jika melihat fakta bahwa sebagian remaja masa kini terkesan apatis dengan hal-hal yang bersifat tradisionalis.
Selain Balogo, tentu masih banyak sekali permainan tradisional yang perlu dibangkitkan dari kuburnya. Sejumlah pihak yang memiliki kepedulian tinggi memang terus berupaya untuk mengenalkan berbagai permainan tradisional kepada generasi muda.Â
Namun, upaya ini juga harus mendapat dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat. Akan lebih baik lagi, jika pemerintah daerah ikut mendorong bangkitnya berbagai permainan tradisional yang telah lama dilupakan oleh masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H