Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Potensi

11 Maret 2016   10:36 Diperbarui: 21 Maret 2016   16:52 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Intip akan dibahas di forum-forum resmi. Bahkan Presiden Barack Obama akan mengampanyekan Intip disela-sela pidato kenegaraan. Dan tokoh kontroversial Donal Trump akan meninggalkan tradisi makan daging babi. Karena ia sudah sangat gila dengan makanan ringan bernama Intip.

Karena gaungnya yang luar biasa besar, pertemuan forum umat Islam sedunia tak akan membahas soal persatuan mazhab, konflik Timur Tengah, atau apapun masalah tentang dunia Islam. Para ulama dari berbagai belahan dunia akan membahas soal Intip yang menurut mereka memiliki citarasa ajaib dan mengagumkan. Jumhur ulama dari berbagai mazhab sepakat mengakui bahwasanya Intip adalah makanan yang berasal dari Surga. Hanya sebagian ulama asal Iran dan Saudi yang menolak keras, dan malu-malu mengakui eksistensi Intip. Alasannya, karena Intip buatan Amerika. Hhhh...

Oh iya, harap bedakan antara Intip dengan rengginang. Keduanya memang mirip. Sebagian orang yang kurang paham sering menyamakan kedua kuliner tersebut. Tapi hakikatnya, perbedaan keduanya seperti Arab Saudi dengan Iran. Mereka seperti Amerika Serikat dan Rusia. Atau seperti Sunni dan Syiah.

"Belum paham mbah," celetuk seorang teman.

Waduuuuuh. Sepertinya sampeyan perlu mentradisikan budaya ngemut sandal supaya paham apa yang saya maksud.

"Tapi ini kan soal perbedaan intip dan rengginang. Bukan soal Saudi dan Iran, Rusia dan Amerika, apalagi Sunni dan Syiah,"katanya lagi.

Wuuaaaaasyuuuuuuu. Yo wes kalau nggak mudeng ya nggak usah dimudengi, nggak usah dipahami. Karena tidak semua hal yang kita ketahui, harus kita pahami. Saya juga nggak paham, kenapa kok emas di Papua itu kok ujug-ujug dikuasai orang Amerika. Padahal tanahnya milik orang Indonesia.

Saya juga nggak paham, kenapa orang asing yang membabat habis hutan di Kalimantan. Lalu setelah hutannya habis, mereka keruk tanahnya untuk diambil emas hitamnya. Lalu sekonyong-konyong mereka pergi begitu saja meninggalkan lubang-lubang menganga bekas galian batubara.

Lalu, warga Indonesia cuma bisa bilang, "lho kok?!"

Bagi saya, ini seperti saat kita bermpimpi memiliki sebuah kerajaan yang serba mewah, serba megah, dan serba-serba lainnya. Tapi setelah bangun, tiba-tiba yang kita lihat hanya sempak dan kutang yang menggelantung di tali jemuran. Lalu kita semakin kaget saat mengetahui kita berada di gubuk reot yang hampir roboh.

"Lho, lho, lho... Kok begini. Perasaan tadi saya punya istana megah yang sangat besar. Saking besarnya dan luasnya, mau ke toilet saja harus naik kereta kuda atau permadani. Sebab di kerajaan tak ada Gojek atau angkutan kota butut seperti di Kalimantan. Kemudian, di sebelah di samping kanan dan kiri saya ada tujuh bidadari yang kecantikannya puluhan kali lipat lebih cantik dari Miss Universe atau Miss World. Luna Maya atau Aura Kasih tentu tak ada apa-apanya"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun