[caption caption="sumber foto: moeflich.wordpress. Com "][/caption]
Kata Mbah Dalil, segala sesuatu itu harus menggunakan dalil. Tidak hanya urusan yang terkait dengan ibadah, perkara buang air pun harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Tapi, saking fanatiknya dengan yang namanya dalil, sebelum kencing pun Mbah Dalil harus membuka kitab hadits sohih terlebih dahulu.
Walaupun fanatik, namun Mbah Dalil dikenal tidak memiliki daya ingat yang baik. Karena kelemahannya itulah ia sering kesulitan menghafal hadits-hadits yang sebenarnya sudah diajarkan oleh gurunya sejak puluhan tahun lalu. Jangankan hadits beserta sanad dan perawinya, untuk mengingat isi hadits-nya saja, Mbah Dalil sudah nggak mampu. Maklum, usianya memang sudah cukup sepuh.
Sore itu, Mbah Dalil sedang menyusuri sungai yang arusnya mengalir cukup deras. Seperti biasa, ba'da Ashar, Mbah Dalil selalu mengisi pengajian di salah satu majelis terkenal di kampungnya. Sosok pria tua berjenggot lebat yang menggunakan gamis dan peci putih terus saja berjalan mengikuti arus sungai yang mengalir deras ke Utara.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba ia kebelet pipis. Mbah Dalil sudah nggak tahan. Belum habis satu batang rokok, rasanya air kecing sudah berada di ujung kepala burungnya. Tapi karena termasuk orang yang memiliki prinsip kuat dalam beragama, Mbah Dalil tidak mau kencing di sembarang tempat. "Kencing itu harus sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW," katanya.
Ketegasannya ini bukan tanpa alasan. Mbah Dalil ingin mengajarkan ke santri-santrinya bahwa ajaran Islam itu benar-benar luar biasa. Bahkan sampai urusan sepele pun diajarkan oleh Rasulullah SAW melalui sunnah-sunnah beliau.
Karena ingin meniru cara buang air ala nabi, Mbah Dalil berhenti di sebuah pohon beringin yang berada tidak jauh dari tepi sungai. Kemudian, ia mengambil salah satu kitab hadits sahih andalannya yang sering dijadikan referensi utama dalam masalah fiqh. Setelah menggelar sajadah, ia kemudian duduk dan membuka kitab hadits di bab thaharah.
Jarinya menunjuk dari atas ke bawah dan membuka lembar demi lembar kitab tersebut. Ia sempat membolak balik halaman di bab bersuci. Sebenarnya, Mbah Dalil sudah nggak tahan dan ingin segera buang air saat itu juga. Tapi yang namanya prinsip, tentu harus dipegang teguh. Karena sudah tak tahan lagi, akhirnya bocor juga.
Celana dalam Mbah Dalil sedikit basah.
Hebatnya, ia benar-benar konsisten dengan prinsipnya dalam mengamalkan hukum fiqh. Setelah mencermati satu demi satu hadits di kitab tersebut, akhirnya dalil tentang buang air kecil yang dicari-cari berhasil ia temukan. "Naaaaah... Ini dia dalilnya. Sialan! Hampir aku masuk neraka," katanya, girang.
Mbah Dalil kemudian membaca hadits sahih tersebut. "Hadits menurut Imam Tujuh dari Abu Ayyub Al Anshari Radiyallaahu'anhu berbunyi : "Janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya. Menghadaplah ke Timur atau ke Barat".
Setelah sempat berfikir sambil memahami teks hadits tersebut, ia kemudian memutuskan kencing menghadap ke Timur. "Kalau ke Barat kan menghadap kiblat. Sudah pasti ke Timur," simpulnya.
Dengan tergesa-gesa, Mbah Dalil membuka celana dalam dan mengangkat gamisnya tinggi-tinggi. "Aaaahhh.... Legaaaaa," ucap Mbah Dalil, sambil merem melek keenakan.
Sedang asik-asiknya buang air kecil, eeeh, Mbah Slamet lewat. Sambil cengengesan, ia berkata,"Kang, sampeyan kok kencing menghadap ke Timur? Itu membelakangi Ka'bah lho. Haram itu! Ati-ati masuk neraka," kata Mbah Slamet, sambil terus berjalan ke arah Mbah Dalil.
Mendengar ada orang nyeletuk di belakangnya, Mbah Dalil kaget. Lebih kaget lagi saat melihat orang yang nyeletuk adalah Mbah Slamet yang juga alumni di Majelis Al Glundungi.
"Lho, tapi tata cara kencing ini ada dalilnya. Ini sudah sesuai sunnah. Di hadits itu, kencing itu harus menghadap Timur atau Barat. Hadits ini sohih kang!" kata Mbah Dalil, sedikit ketus.
"Tapi kan kalau ke Timur itu membelakangi Ka'bah. Menurut saya sih, itu ndak boleh. Harusnya ke Utara saja atau ke Selatan. Kita ndak boleh grasa grusu dalam memahami hadits. Akal juga harus dipake," tepis Mbah Slamet.
Mbah Dalil rupanya masih ngeyel dan tetap konsisten berpegang kepada nash-nash hadits tersebut. Tidak salah kalau masyarakat setempat menjulukinya, Mbah Dalil.
"Yoo ndak bisa dong kang. Masa menghadap ke Utara atau Selatan. Itu jelas ndak ada dalilnya. Ingat kang, kita harus mengikuti sunnah nabi. Orang yang selamat adalah orang yang mengikuti sunnah-sunnah beliau,"kata Mbah Dalil, sembari buru-buru memasukkan burungnya yang belum sempat dicuci.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H